Ch. 17. Password

1.6K 139 15
                                    

Hola! Makasih yah yang udah baca! Don't forget to vote! Or comment! Or both! (aw yisss) Ok, enjoy...

"Aku harus mengambil cairan hijau pekat yang digunakan oleh Rita dan yang lainnya saat berada di luar bangunan ini," kata Melody. "Di mana kita bisa mendapatkannya?" tanya Bob.

"Di laboratorium, tentu saja," balas Melody. Mereka berdua sedang berjalan pelan di lorong yang cukup besar.

"Tempat ini menghubungkan ke beberapa ruangan," kata Melody. "Apakah laboratorium salah satunya?" tanya Bob.

"Tidak,"

Bob pun berhenti berjalan. "Jadi kita harus menghadapi orang lain lagi? Maksudku, para penjaga itu?" Melody mengangguk. "Kan sudah kubilang, ini berbahaya,"

Bob menghembuskan nafasnya. "Ya sudah, biar saja, deh," Melody menatap Bob. "Kau benar- benar yakin akan ini?" Bob tersenyum ke arahnya. "Asalkan kita bisa keluar dengan selamat dari bangunan ini. Tunggu, kau tahu letaknya di mana, kan?"

"Aku tahu pintu terdekat menuju laboratorium," jawab Melody. "Baiklah, ayo! Jangan berlama- lama!" sahut Bob. Melody mengangguk dan mulai berlari sambil membimbing ke arah pintu yang tepat. Setelah menaiki tangga di ujung lorong, mereka pun sampai di pintu yang diinginkan.

Pintu tersebut sangat kecil sehingga hanya bisa dimasuki satu per satu dari mereka. Bob tak berpikir itu terlihat seperti pintu, itu lebih mirip logam yang ditempel ke dinding. Tetapi Bob tak ingin repot- repot memberikan pendapatnya kepada Melody."Aku duluan," usul Melody.

Ia menendang pintu tersebut dengan keras dan mengejutkan Bob. "Bagaimana jika ada orang lain di luar?!" sahut Bob. "Tapi memang harus begini membukanya, yah mungkin sebenarnya tidak, tapi beginilah dulu aku melakukannya," kata Melody. "Sudahlah," lanjutnya.

Dari luar, pintu besi tersebut ditutupi oleh hiasan dinding agar tak disadari oleh orang lain.Bob awalnya bingung mengapa tak ada yang merasa janggal untuk melihat sebuah hiasan dinding yang dipasang terlalu rendah (hampir mendekati lantai). Tetapi, ia mulai paham begitu keluar dan melihat bahwa seluruh bagian dinding tersebut dihias oleh hal yang serupa. Mulai dari piagam penghargaan untuk perusahaan tersebut, foto- foto orang yang tidak pernah Bob lihat (kecuali Sheldon yang terlihat mengenakan jas mewah berwarna hitam dan sedang bersalaman dengan seseorang), serta lukisan- lukisan yang terlihat indah. Semuanya di pasang di tempat yang bermacam- macam, ada yang sangat tinggi, hingga sangat rendah seperti pintu besi ini. Bob tak menyangka semua hal itu bisa terlihat sangat bagus untuk dipadukan.

Setelahnya, Melody menutup lubang itu, sedangkan Bob melihat keadaan sekeliling. Melody berdiri. Kemudian, Melody berjalan diikuti oleh Bob. Ruangan itu terlihat lebih cerah. Bob menduga tempat itu tidak berada di dalam tanah seperti sebelumnya. Melody akhirnya berkata, "Ini lantai satu. Maksudku bukan lantai satu di bawah tanah, tapi yang di atas..."

"Iya, aku mengerti,"

Melody mengangguk. Ruangan bercat putih itu terlihat sangat bersih dan tempat itu terlihat cukup sepi. Bangunannya terlihat seperti rumah sakit. Lorong- lorong, pintu ganda, dengan beberapa jendela kaca yang sangat besar yang menunjukkan ruangan di baliknya.
Saat mereka melewati depan jendela kaca besar itu, mereka harus menunduk agar tidak ketahuan. Ada banyak orang dalam ruangan di baliknya.

"Apa itu?" tanya Bob dengan pelan. "Laboratorium," balas Melody. Bob mengerutkan alisnya. "Bukankah itu tempat yang kita tuju?" Melody menggeleng. "Laboratorium yang berbeda," Bob mengangguk dan mereka terus berjalan sambil menunduk. Mereka sejauh ini belum menemukan satu pun penjaga, yang sebenarnya cukup aneh. Mungkin mereka berkumpul di depan Pintu B, mengira masih ada pertarungan sengit di dalam. Tetapi Bob bahkan tak keberatan jika mereka memang mengira begitu. Itu hal yang cukup bagus.

Empty StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang