Ch. 7. We're the Real "Target"

3.5K 220 20
                                    

Yoooo!!!! sup? -3- please enjoy this story and don't forget to vomment!!!!~ k? ok? okay? Okay? OKAYYYY??? C: I appreciate it~ :V okelah, langsung aja~ (teehee) xD

Bob menatap Trilly dengan kaget. Trilly pun menatapnya dengan terkejut, kemudian berlari ke arah Bob dan memeluknya dengan erat. Bob terlihat terganggu dan mendorong Trilly agar menjauh. Trilly, bagaimanapun juga tetap terlihat lega saat melihat Bob.

"Kenapa kau bersikap seperti itu kepada kakakmu yang sudah tidak kau temui selama 6 tahun?" tanya Trilly. Bob hanya mendesah. Ia menyadari bahwa Wendy, Cam, dan Bim menatap mereka berdua. "seharusnya kita tidak pergi ke sini. Padahal masih banyak tempat lain," kata Bob dengan terang- terangan sebelum mendesah . Setelah mendengarnya, Trilly menunduk, namun dengan segera pula ia mendongakkan kepalanya.

"Jangan bersikap kasar begitu kepada kakakmu!" kata Trilly dengan bahagia dan kemudian memeluk Bob. "H... hentikan!" teriak Bob sambil melepas pelukan Trilly. Bim menyadari bahwa raut wajah Bob menunjukkan amarah, namun begitu pula dengan kesedihan. "Bob..." kata Wendy dengan rasa tak percaya. Bob hanya merengut dan melihat ke langit- langit. Seperti bukan Bob saja. Trilly kemudian terdiam dan tidak kelihatan terluka sama sekali. "Baiklah! Ini pertemuan yang tak terduga dan menegangkan! Tapi, biar saja! Namaku Trilly Fancy, teman- teman sekalian!"

Bim terlihat bingung ketika mendengar Trilly mengucapkannya. "Fancy?" tanya Bim. Trilly tertawa dengan sangat kencang. "Aku hanya bercanda, itu nama panggilanku di sekolah. Namaku Trilly Gold. Teman- temanku menyebutku Fancy karena nama belakangku Gold, dan, yah, kuharap kalian mengerti maksudnya," kata Trilly. Kemudian mereka semua pun memperkenalkan nama mereka masing- masing.

"Oh ya, ngomong- ngomong, bukankah seharusnya nama belakangmu sama dengan Bob? Kau tahu, karena kau bilang kau adalah kakaknya," tanya Wendy. Dan setelahnya, Wendy sadar bahwa itu bukanlah pertanyaan yang bagus untuk diajukan saat ini. Bob langsung menatap Wendy dengan kaget kemudian menghembuskan nafasnya. "E... eh? Maaf?" kata Wendy dengan canggung dan merasa bersalah. Tiba- tiba, Bim menjitak kepala Wendy. "Bo- doh!" kata Bim dengan galak. Wendy pun menutup mulutnya sendiri dan menepuk mulut Bim dengan keras. "Heh, afha- afhaan..." kata Bim dengan tak jelas.

Trilly yang awalnya terlihat gembira langsung terlihat merengut. Cam dari tadi hanya terdiam dan mengamati kejadian itu berlangsung. "I... Itu jangan dulu dipikirkan!" kata Cam. "Yang penting, kita menemukan orang lain, bukan? Trilly, bagaimana bisa kau ada di sini?" lanjut Cam.

Trilly pun menjawab, "3 hari yang lalu aku begadang..." namun dipotong oleh Wendy, "Tunggu! 3 hari?! Berarti kita tertidur lama sebelum kita ke sini! Di rumah Jimmy atau di mobil? Bagaimana bisa?" 

"Ssst! Diam dulu! Biarkan Trilly melanjutkan ceritanya! Lagipula, yang penting kita sudah tahu kenapa kita bisa seperti ini!" sentak Bim. 

Wendy pun mengangguk. "Baiklah, jadi... aku terbangun keesokan paginya dan tak bisa menemukan seorang pun selain aku. Aku sudah mengecek sekolah dan hasilnya sama. Kemudian aku pulang ke rumah dan berdiam diri sambil merenung, namun hari ini aku lapar namun tak ada bahan- bahan untuk memasak, jadi aku ke Target," kata Trilly sambil terkekeh pelan, kemudian ia melanjutkan, "Oh, ya, siapa Jimmy?"

"Nanti saja menjelaskannya," Kata Bob. "Wah! Kau bilang nanti! Berarti aku akan ikut bersama kalian! Hore!" kata Trilly dengan ceria. Bob terlihat ingin membantah namun tak jadi. "Terserah," katanya.

Semua orang kecuali Bob pun tersenyum. "Baiklah! Bim, Wendy, sana ambil peralatan mandi!" kata Cam. "Wendy saja, aku malas." Kata Bim. "Sialan! Kan kau yang tadi minta ke Target!" kata Wendy. Bim pun hanya bersandar di dalam troli dengan santai. Wendy pun menarik telinga Bim sampai kepalanya terkena bagian samping troli. "Oke, aku serius! Itu sakit, tahu!" teriak Bim. "Kau harusnya mendapatkan sebuah penghargaan untuk kategori Orang Paling  Menyebalkan Tahun Ini," balas Wendy.

Empty StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang