Ch. 18. Shopping Time (?)

1.4K 133 31
                                    

Yooo!!! Don't forget to vote + comment, yeah? Thanks!!! Hope you like it -3-

"Kita harus kembali ke Fairmont, kemudian ke Rapid City Airport. Bolak- balik, sih, tapi kita harus menjemput yang lain," kata Bob. Melody mengangguk. Setelah suasananya menjadi hening, Melody memecahkannya. "Hey, apakah menurutmu... kau bisa menggunakan cairan yang sebelumnya kau berikan untukku kepada Nash juga nanti?" Bob menatap ke arahnya sambil mengangguk. "Memang harus, kan?"

Melody pun tersenyum kecil. "Maaf aku memanggilmu sialan,"
Bob balik bertanya, "Kapan memangnya kau pernah berkata begitu?"

"Sebelum kau memberikan penawar kepadaku,"

"Oh. Tenanglah, tidak apa- apa, kau saat itu belum mengerti aku ingin membantumu,"

"Tapi, kau... baik sekali. Kau bahkan membawaku bersamamu," kata Melody. Ia bergerak dengan gelisah di tempat duduknya dan menatap ke jalan raya di depan.

"Hey, aku telah berjanji pada Jimmy untuk menyelamatkan kau dan Nash. Ia juga telah membantu Bim, Wendy, dan aku. Lagipula, jika aku tidak membawamu, mungkin aku tak akan pernah melewati terowongan rahasia yang keren itu dan mungkin aku tak akan pernah bisa menyemprotkan pemadam api ke hadapan orang- orang itu tadi di McDonald's,"

Melody pun tertawa. "Kau benar- benar melakukan itu kepada mereka?" Bob mengangguk. "Lalu, kuambil senjata dari salah satu orang dan mulai menembak dengan itu, hingga akhirnya berhasil kabur. Itu terasa sangat menakutkan," Melody mengangguk.

"Oh, ya, bagaimana dengan kata sandi tabung itu? Bagaimana bisa kau tahu? Kau memangnya mendengar saat Rita menyebutkan kata sandinya?" tanya Bob. Melody menggeleng.

"Aku saat itu ingat bahwa di ruangan tempat Sheldon bertanya, ada aku dan Nash. Rita menatap ke arah kami, lebih tepatnya Nash, dengan tidak nyaman dan langsung menuntun ayahnya ke arah tabung itu, sepertinya ia tidak mau mengatakannya dengan nyaring,"

"Lalu?" tanya Bob. Melody menggeleng- gelengkan kepalanya dengan dramatis. "Ya ampun, Rita itu gampang sekali ditebak..." Bob memotongnya. "Tidak bagiku,"

Melody melanjutkan, "Yah, pokoknya, aku tahu bahwa ia sudah menyukai Nash sejak kecil, meskipun Nash sudah menyukai seorang gadis di kelasnya. Dan berdasarkan sikap Rita tentang kata sandi itu, aku bisa menebak jawabannya,"

Bob tertawa tanpa suara dan wajahnya memerah. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja Melody katakan. "Oh, ya ampun, dia menggunakan nama Nash sebagai kata sandi untuk hal yang begitu penting?!" Melody tertawa sambil mengangguk. "Aku tadi hanya menebak Nash, NR, dan yang lainnya yang berhubungan dengan Nash. Aku merasa sangat bangga kepada kembaranku itu,"

"Apa yang benar jawabannya?" tanya Bob. "Blues," jawab Melody. Bob mengerutkan alisnya sambil terkekeh pelan. "Apa..."

"Itu nama panggilan Nash dari Rita, Blues. Rita selalu bercerita kepadaku tentang betapa bagusnya mata Nash," timpal Melody. Ia mendesah pelan.

"Dan apakah kau menceritakan kepada Nash semua obrolanmu dengan Rita tentangnya?" tanya Bob. Melody mengagguk. "Selalu," Bob pun tertawa.

Selama sesaat, mereka berkendara dalam ketenangan. Kemudian Bob sadar bahwa selama ini ia berkendara tanpa tahu arah.

"Tunggu. Kita harus mencari peta. Aku juga harus mencari sepatu, kurasa," kata Bob. Melody akhirnya menunjukkan Bob salah satu mall yang ia lihat dalam perjalanan kemari.

Sebelum turun, mereka memeriksa keadaan sekitar mereka. Saat mereka akhirnya berjalan keluar, Melody tak lupa membawa kantong kainnya.

Bob memecahkan pintu kaca mall meskipun ia tak tahu apakah itu sebenarnya terkunci atau tidak. Ia merasa lega hanya dengan melakukannya. Sebenarnya, ia sebelumnya sudah merasa lega hanya dengan melihat sinar matahari begitu keluar dari bangunan yang super besar dan gila tempat ia hampir dijadikan kelinci percobaan itu.

Empty StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang