Semua orang terdiam dan terpaku menatap layar. Beberapa detik yang terasa amat sangat singkat kemudian, James langsung berdiri dan hendak berjalan keluar dari van.
"James!"panggil Wendy. Pria itu tetap tidak berhenti dan menapakkan kakinya ke tanah.
"Tunggu di sini. Jangan sekali-kali berbuat kebodohan macam apa pun," tegasnya begitu ia berbalik dan menghadap semua orang melewati kedua pintu belakang van yang terbuka. Tentunya, ucapannya itu terdengar seperti ancaman di telinga setiap orang.
Wendy menelan ludahnya dan tanpa sadar mengangguk pelan. Ia lalu memperhatikan semua teman-temannya yang terlihat gugup. Kejadian yang menimpa Cliff memang masih belum jelas apa, namun semua orang sadar tanpa harus diberitahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang baik.
"Kau mau ke mana? Masuk ke dalam?" tanya Bob. James mengangguk. "Kalau begitu aku-"
"Tetap. Di sini." Kata- kata itu sudah cukup untuk membuat kaki Bob serasa tertempel kuat di permukaan di bawahnya. Setelahnya, James berlalu dan memanggil beberapa orang suruhan Lefler yang sedang berada di dekat sana. Dan dengan itu mereka pergi, berusaha memasuki gedung Falcon.
***
Wendy memutuskan untuk berjalan mondar- mandir di dekat van yang berisikan para teknisi yang ada. Beberapa teman- temannya kembali ke mobil kecuali Bob yang ingin tetap mengawasi kejadian di dalam van yang sebelumnya, dan Bim yang terduduk di pangkal lantai bagian belakang mobil tersebut. Ia tampak seperti sedang termenung, beberapa kali menoleh ke arah bangunan besar yang terletak tak begitu jauh dari sana.
Hal tersebut tidak mengganggu Wendy. Termenung, itu pula lah yang sedang dilakukannya. Ia tidak bisa diam dan merasa kelewat takut. Tak jarang matanya melirik bolak-balik antara gedung dan ujung kedua sepatunya. Tidak ada penjaga dari lab yang terlihat berkeliaran. Yang ada malah orang- orang yang berpakaian sama dengan rombongan Jimmy. Itu Wendy anggap sebagai pembuktian perkataan Cliff. Bangunan telah "dikuasai" oleh pihaknya. Meskipun dari yang terlihat hanya dibagian luar, namun setidaknya itu berarti keberadaan Wendy di sana tak akan mengancam nyawanya.
Ketika ia sedang berjalan berputar- putar sambil mengamati pepohonan yang hampir tak terlihat serta langit berbintang di atas, Bim akhirnya mengeluh, "Wendy, tolong jangan lakukan itu,"
Gadis itu berhenti selama kurang dari dua detik, menatap cowok itu, lalu kembali melanjutkan kegiatannya barusan. "Seperti yang bisa kau lihat, aku gugup," ujar Wendy singkat.
Bim menepuk pelan kedua lututnya. "Aku tahu. Tetapi tindakanmu itu membuatku tidak kalah gugup. Malahan, ketakutanku semakin menjadi- jadi,"
Wendy mengangkat bahunya. "Kurasa tidak apa- apa untuk merasa demikian. Kuyakin semua orang saat ini sedang merasakan hal yang sama,"
"Ya, tetapi hal ini tidak membuatku nyaman, kau mengerti? Rasanya seperti aku menunggu- nunggu sesuatu untuk terjadi, namun aku sendiri bahkan tidak tahu apa itu, apa yang sebenarnya kuharapkan,"
Wendy mengangguk. Ia sadar bahwa apa yang dirasakan Bim itu adalah apa yang juga telah ia rasakan selama ini. "Aku akan pergi sebentar," Ia melihat bahwa mobil- mobil masih terparkir bahkan beberapa meter dari sana, jadi Wendy merasa akan baik-baik saja jika ia berkeliling sebentar.
"Jangan terlalu jauh." pesan Bim.
Dengan emosi yang tidak keruan, Wendy menelusuri celah-celah di antara batang- batang pohon yang berada di mana- mana. Beberapa orang berperawakan jangkung terlihat sedang berada di dalam mobil, mengobrol, berkutat dengan gadget yang terlihat aneh, melakukan apapun itu tugas mereka. Namun, sepertinya Wendy tidak sadar bahwa ia telah melamun dan berjalan melewati mobil terakhir yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Street
Science Fiction'Saat melihat pemandangan di luar, lututnya tiba- tiba melemas dan ia pun terjatuh pelan di depan pintu' Wendy Train terbangun suatu pagi dengan menyadari beberapa hal yang ganjil. Orang tuanya sedang pergi ke negara lain dengan alasan pekerjaan, ja...