Ch. 38. Something Better

326 31 1
                                    

Berbeda dari dugaan Wendy sebelumnya, Los Angeles ternyata memang menakjubkan. Awalnya, ia pikir tempat tersebut sering kali terlalu dilebih-lebihkan kehebatannya. Namun pada nyatanya, Wendy menikmati apa yang ada di sekitarnya, dan ia baru berada di sana selama kurang dari dua jam.

Ketika ayahnya pertama kali berkata bahwa mereka sekeluarga akan pindah ke kota lain, Los Angeles bukanlah tempat pertama yang terlintas di benaknya, jelas. Dan sesungguhnya, Wendy tidak tahu apa perasaannya setelah mendengar berita baru itu.

Rasa-rasanya, baru kemarin ia bertemu dengan Bob dan Bim serta yang lainnya. Rasanya, jalanan tidak seharusnya ramai seperti yang ada sekarang, dengan para pejalan kaki yang berhamburan sembari melakukan dan melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Rasanya, ketenangan belum pernah terasa begitu nyata hingga saat ini.

Sayang, di balik semua perasaan lega itu, ada sesuatu yang lain yang agak mengganjal hati Wendy. Mungkin ia memang agak merindukan petualangannya bersama dengan teman-temannya. Kalau dipikir lagi, tidak mungkin Wendy akan memikirkan tentang hal tersebut sebelumnya, ketika ia dan teman-temannya masih punya misi yang harus dituntaskan.

Wendy hanya merindukan semua perasaan itu. Masa di mana ada meski ada banyak sekali kesulitan, ia tahu bahwa ia tidak sendirian dan tanpa harapan, bahwa ia masih punya teman-teman yang berada di sisinya, walau mereka berasal dari tempat yang berbeda-beda dan tidak pernah menyangka akan saling bertemu dan berkenalan hingga sedekat itu. Menemui tantangan baru, pengalaman baru. Wendy selalu berusaha untuk melihat sisi cerah dari segala hal yangterjadi.

Para warga kota tampaknya tidak pernah melupakan kejadian mengerikan itu. Tentu, mereka menjalani aktivitas dan semua terlihat seolah kembali normal. Tetapi Wendy tahu bahwa pasti ada sebagian orang yang masih dihantui oleh mimpi buruk yang pernah menimpa mereka tersebut. Mungkin saja mereka pernah melihat sesuatu yang jauh lebih buruk dari pada yang sudah disaksikan oleh Wendy, Bob, Bim, dan yang lain. Ia membayangkan salah satu, atau mungkin lebih, dari masyarakat yang ada pulang kembali ke rumah, hanya untuk mendapati anggota keluarga mereka terkapar tak bernyawa di lantai dengan kondisi yang sangat buruk.

Jadi, apakah Wendy senang dengan semua hal yang telah terjadi? Ia hanya merindukan beberapa kesenangan, yang mungkin hanya sedikit, ketika ia bersama teman-teman barunya. Namun apakah ia ingin semua itu terulang kembali? Tentu saja tidak. Ia sangat bersyukur bahwa keadaan telah kembali seperti dulu lagi. Semuanya menjadi jauh lebih baik, seperti yang ia harapkan.

Akan tetapi, pikirannya tentu masih kadang kala didatangi oleh sejumlah pertanyaan. Apa yang terjadi pada Jimmy? Bagaimana dengan Nash dan Melody, apakah mereka baik-baik saja? Dan Cam, serta yang lainnya?

Wendy terutama memikirkan soal Nash dan Melody. Kedua temannya yang seharusnya bisa mendapatkan kehidupan yang layak untuk dijalani. Sangat sulit membayangkan untuk menjadi mereka. Tertidur selama lima tahun,terbangun ketika sesuatu yang parah sedang terjadi, dan kemudian terpaksa melanjutkan hidup dengan bersembunyi dari hampir semua orang. Wendy selalu berharap mereka mendapatkan kehidupan yang mereka inginkan.

Ketika taksi akhirnya sampai di daerah perumahan dan berhenti di salah satu bangunan rumah besar berdinding bata merah, Wendy turun dan mengamati sekelilingnya. Pepohonan di sekitar deretan rumah, kotak-kotak pos, pagar kayu yang catnya terlihat masih baru, serta halaman-halaman depan rumah yang terlihat bersih. Mungkin semua ini memang tidaklah buruk. Sama seperti teman-temannya, ia harus melanjutkan kehidupannya. Dan mungkin ini adalah tempat yang tepat untuk memulai segala sesuatunya lagi dan berusaha sebisa mungkin agar bisa membuat semua hal terasa lebih baik.

***

"Wendy, siapa ini?" tanya teman baru Wendy, Kelsey, yang sedang meminjam ponsel Wendy dan iseng melihat-lihat kumpulan-kumpulan foto di galeri. Kelsey sedang membuka sebuah foto yang menampilkan Wendy, dengan balutan gaun berwarna ungu tua yang tampak berkelap-kelip terkena sinar dari lampu-lampu dalam ruangan serta flash dari kamera ponsel. Di sebelahnya, berdiri lelaki berambut cokelat yang menyengir dan melingkarkan lengannya ke pundak Wendy. "Kau sudah punya pacar?" Kelsey lanjut bertanya. Ia kembali fokus ke layar ponsel dan menggeser untuk melihat foto-foto yang lain.

Wendy, yang sedang mengunyah makan siangnya, dengan santainya menaikkan kedua alis sebagai pengganti kata, Ya.

Kelsey mengangkat kepalanya hanya selama sedetik untuk melihat respon Wendy, dan ia tampak terkejut. "Kau meninggalkannya di Minnesota? Kalian hebat sekali jika bisa berhubungan jarak jauh seperti itu,"

"Aku tidak meninggalkannya," balas Wendy sambil memutar kedua bola matanya. Ia melanjutkan melahap makanan di depannya.

Kelsey hanya menyeringai dan mengangkat kedua pundaknya."Ya, ya, terserah. Pacarmu lumayan juga, omong-omong,"

Mendengar hal itu, Wendy berusaha menahan dirinya dari tersedak akibat menahan cengiran terbentuk di wajahnya. Ia hanya mengangguk pelan. Dan selanjutnya, baik Wendy maupun Kelsey tidak saling berbicara. Wendy yang sibuk dengan mac and cheese, dan Kelsey yang mengutak-atik ponsel Wendy, kini sedang membuka-buka akun Instagram-nya.

Baru dua minggu Wendy berada di sekolah barunya, namun ia sejauh ini cukup menikmati waktunya di sana. Ia bertemu dengan Kelsey, yang langsung mengajak Wendy berbicara ketika melihatnya sedang membaca buku The Maze Runner ketika sedang istirahat makan siang di hari pertama Wendy datang ke sekolah. Dan kemudian, mereka mulai mengobrol lebih banyak lagi tentang hal-hal kesukaan mereka yang kebanyakan sama. Kelsey merupakan orang yang menyenangkan, dan Wendy lega berkenalan dengan gadis itu. Walau kekonyolan serta sikap Kelsey yang agak blak-blakan bertolak belakang dengan Wendy.

Tiba-tiba saja, Kelsey memulai kembali, "Kau tahu perusahaan Falcon? Tentu saja kau tahu. Awas saja kalau tidak tahu,"

Entah mengapa pasta yang Wendy makan terasa agak sulit untuk ditelan. "Falcon yang itu?"

"Ya, yang sempat dicurigai berkaitan dengan kejadian virus itu,"

Wendy mengangguk. "Ya, tentu. Ada apa, memangnya?"

"Aku tahu ini mungkin terdengar salah. Tunggu, ini tidaklah salah, ini memang faktanya. Tapi pemilik baru perusahaan itu sangat tampan,maksudku, lihatlah!"Kelsey menyorongkan gambar berita, dan di berita tersebut terpampang fotoseorang pria yang Wendy sangat kenali. Rambut ikal yang sama, senyuman tipisyang sama.

James.

"Dia masih sangat muda! Usianya masih dua puluh tahun-an, kau percaya itu? Dan dia sudah memiliki sebuah perusahaan, dan poin lain untuknya karena ia sangat tampan dan terlihat seperti seorang jenius. Hatiku membara,Wendy, mem-ba-ra!"

Andai keadaannya lain, Wendy pasti sudah tergelak melihat sikap berlebihan temannya itu. Namun kali ini pengecualian. Wendy akhirnya mendengar kabar tentang James setelah sekian lama, dan munculnya dengan sangat mengejutkan.

"Bukankah perusahaan itu masih terlibat skandal?" Wendy bertanya dengan agak terlalu serius. Ia berusaha mengambil ponselnya, namun Kelsey menahannya dari melakukan hal tersebut.

"Kurasa mereka sudah menyelesaikan segalanya. Entahlah. Yang pasti, pria ini sangat keren. Siapa namanya, lagi? James. James! Pria tampan baru untuk dicari tahu informasinya," Kelsey terus saja memainkan ponsel Wendy, dan setelah agak lama Wendy mulai menyerah. Ia membiarkannya.

Dalam hati, Wendy tersenyum setelah memikirkan pernyataan Kelsey soal mencari-cari informasi tentang James. Ia sudah pernah bertemu secara langsung dengan orang itu. Dan ia cukup tahu betapa hebatnya James. Meski sudah lama tidak bertemu secara langsung, Wendy senang dan lega akan informasi baru yang didapatnya. James baik-baik saja, dan Wendy sungguh berharap hal itu akan terus berlanjut.

Ketika Wendy sudah merasa hatinya ringan dan mengira semuanya cukup sampai di sana untuk hari itu, kejutan lain muncul.





*Di media: Annalise Basso*

Empty StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang