Ch. 31. Twix

436 38 15
                                    

Mungkin membiarkan Nash mengendarai sebuah mobil yang tidak Wendy ketahui apa namanya, namun terlihat cukup keren, adalah sebuah kesalahan besar. Wendy dan semua temannya yang telah berkumpul memang bisa melewati penjaga pintu garasi dengan alasan hanya ingin melihat-lihat. Namun, betapa terkejutnya para penjaga di pintu keluar garasi ketika menemui Nash yang mengendarai salah satu dari koleksi Lefler dengan kecepatan tinggi. Mereka membuat pilihan yang tepat dengan membukakan pintu garasi, karena kalau tidak, entah bagaimana jadinya nasib lempengan logam serta alat transportasi itu. Mereka tentu tidak menginginkan mobil mulus itu mendapatkan goresan macam apa pun. Ketika Wendy menengok ke belakang, para penjaga yang ada tampak panik dan berbicara kewalkie talkie mereka.

"Demi apapun, Nash, pelan- pelan!" pekik Melody yang duduk di bangku sebelah pengemudi. Tampaknya bukan hanya Wendy yang ketakutan dengan cara mengemudi Nash. Ia malah tidak terlalu yakin bagaimana Nash bahkan bisa mengemudi, mengingat masa lalu yang membuatnya tertidur selama lima tahun, dimulai ketika usianya masih sangat muda.

Di jok paling belakang mobil berwarna hitam pekat itu, Haley berteriak, "Apakah kalian semua selalu melakukan hal menegangkan macam ini ketika sedang berluntang- lantung tanpa arah tujuan?" Tak ada yang repot- repot menjawab.

Ketika Nash akhirnya secara ajaib bisa menjalankan dengan lebih mulus, gerutuan orang- orang mulai mereda, hingga sampailah pada kondisi di mana tidak ada yang berbicara. Mereka sama- sama butuh waktu untuk meresapi dan menyadari bahwa mereka ternyata masih hidup setelah beberapa menit yang menakutkan itu.

Ban mobil berputar lurus, mengikuti jalan yang ada di depan. Wendy lagi- lagi menoleh ke belakang. Tidak ada yang mengikuti mereka. Aneh. Seharusnya Lefler tidak membiarkan orang asing macam mereka membawa kabur mobilnya tanpa memberitahu tahu alasan yang masuk akal. Tetapi di saat yang bersamaan ia mensyukurinya.

"Nash," ucap Bob beberapa lama setelahnya. "memangnya kau tahu di mana tempat yang dimaksud Jimmy?" Semua pandangan tertuju ke arah Nash.

Nash berdeham, membersihkan tenggorokannya. "Yah," ia memulai. "mari anggap bahwa aku ini anak yang sering termakan rasa penasaran,dan sudah diam- diam mengintip detail- detail rencana ayahku."

"Kau memang tahu tempatnya. Masalahnya, apakah kau tahu arah jalan ke sana?"

***

Pohon. Rumah. Halaman depan. Kotak surat. Trotoar. Semuanya telah mereka lewati, entah sudah berapa lama.

Trilly mengerang dari tempat duduknya. "Jangan buat kita tersesat di tempat asing ini, Nash. Itu saja, sungguh,"

Perkataan Trilly jelas mempengaruhi yang lain. Mereka semua mulai membuka mulut dan membuat mobil itu terasa seperti sebuah festival makanan yang pernah Wendy datangi. Orang- orang, baik penjual, pembeli, maupun pejalan kaki yang melewatinya, tiada henti-hentinya berbicara.

"Oke, oke!" sahut Nash. "Baiklah, baiklah. Aku mengakui kecerobohanku, sungguh. Maaf karena malah membuat semuanya berujung seperti ini. Namun jangan lupa bahwa aku sedari awal tidak pernah memaksa kalian untuk ikut,"

Sayangnya, kalimat terakhirnya memulai kembali segala perdebatan. Nash yang sudah putus asa menghantamkan pelan keningnya ke kemudi mobil.

Akan tetapi, semua orang kembali terdiam ketika Melody menunjuk ke depan dan bertanya, "Apakah itu sebuah robot?" Kepala semuanya bergerak ke arah yang sama. Beberapa meter dari tempat mereka, hampir tidak tersorot oleh cahaya lampu mobil, sesuatu yang tampaknya terbuat dari logam berwarna hitam tergeletak di pinggir jalan.

Ketika melihat sekelilingnya, Wendy sadar bahwa mereka telah meninggalkan deretan rumah dan kini sedang berada di jalan raya. Entah apa yang mengelilingi di kanan- kiri, karena gelapnya malam itu benar- benar membutakan mereka semua.

Empty StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang