"Dan disini kita sudah menyiapkan semua gaun-gaun indah ini hanya untuk pernikahan kalian. Dan gaun pertama disini kita terinspirasi dari Indahnya danau Como, kita bereksperimen untuk membuat warna gaun dimana jika kau lihat dari jauh, warna gaun ini akan terlihat putih dan ketika kau melihatnya dari dekat gaun ini akan memberikan corak garis warna biru. Dan disini kita memiliki gaun putih dengan gaya klasik italia yang khas dengan kami berikan sentuhan moderenisasi. Gaun ini akan memberikan suasana pengantin italia klasik yang kuat-"
Ash berdeham guna memotong ucapan si pelayan butik. "Kenapa semua gaun ini terlalu tertutup? Bahkan bagian punggung tidak terlihat sama sekali. Jujur saja, aku tidak menyukai gaun yang sangat penuh dan tidak membentuk badanku yang bagus ini" Ucap Ash.
Si pelayan butik tersebut menelan ludahnya gugup. "T-tapi nona.. Bukankah anda yang meminta untuk membuat semua gaunnya tertutup dan tidak membentuk tubuh?" Balasnya dengan nada suara yang terdengar sangat panik.
Ash mengerutkan keningnya. "T-tidak a-aku.." Ucapan Ash terbata-bata. Wanita itu menggeram kesal, tidak salah lagi kalau Eugino yang merancang semua ini. Ash semakin geram dengan pria itu yang mulai mengatur segalanya seenaknya tanpa berifkir untuk mengajaknya berdiskusi.
Ash berdiri dari duduknya. "Please wait a minute okay" Ucap Ash yang hanya dibalas dengan anggukan oleh pelayan butik tersebut.
Ash pun keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menghampiri Eugino yang sedang berbicara dengan bawahannya.
"I do think this is such a great investment if you are trying to expand your bussiness with such a less storm coming. Like backup investment"
Eugino mengangguk sembari memikirkan keputusan yang tepat untuknya. "Yeah we-"
"There you are!!"
Eugino menoleh ke sumber suara yang sedikit mengejutkannya. Kedua alisnya menyatu, ia tidak menyangka kalau akan secepat ini untuk mencoba gaun-gaun pernikahan yang besar itu.
"Kau sudah selesai?" Tanya Eugino membuang puntung rokoknya di jalan.
"Nope. Dan sepertinya kau harus ikut aku masuk, kau harus melihat apa yang sudah kau kacaukan Gino" Balas Ash dengan tangannya yang melipat di dada.
Eugino diam tak membalas segala ocehan wanita itu. Ada hal yang mengalihkan segala pusat perhatian pria itu. Dada Ash yang membusung tinggi akibat tekanan dari tangan Ash yang melipat di dada hingga membuat buah dada wanita itu terlihat.... menggoda.
"Eugino!!" Pekik Ash membuat Eugino kembali pada kesadaran normalnya.
Pria itu mengarahkan tatapan datarnya pada Ash. "Apa maumu hmm?" Dengan suaranya yang rendah.
Ash menelan ludahnya. "Temani aku melihat gaunnya" Jawab Ash.
Seketika Ash merasa menjadi wanita paling bodoh di dunia. Kenapa ia bisa gugup hanya karena tatapan dan suara pria itu? Seolah kedua hal itu adalah hal paling memabukkan untuk dirinya. Dan mengapa ia membalas pertanyaan pria itu seolah ia menginginkan gaun pernikahan itu?. Entahlah mendadak kepalanya seperti sedang terbentur oleh tiang besi.
Keduanya pun kembali masuk ke ruang khusus di dalem butik tersebut. Dari situ Eugino melihat gaun-gaun yang masih terpasang di mannequin-mannequin itu.
"Kau belum mencoba satupun?" Tanya Eugino dengan alis mengkerut.
Pelayan langsung menghampiri mereka berdua sembari memberikan salam menunduk. "Maaf tuan, tapi kami sudah yakin 100 persen kalau kami sudah membuatkan gaun sesuai dengan pesanan anda tapi se-"
"Aku benci semua gaun yang kau pesankan" Potong Ash.
Mendengar itu pelayan butik hanya bisa menunduk tanpa melihat kedua pasangan dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eugino merupakan seorang anak pungut yang dibesarkan oleh Gideon Leonard. Masih menjadi misteri apa motif dibalik seorang pengusaha terkenal mau merawat anak dengan asal-usul yang tidak diketahui. Dibesarkan tanp...