Chapter 34 : All Talk

1.9K 39 0
                                    


Setelah mereka selesai mandi bersama, Eugino langsung keluar kamar dan mengatakan pada Ash ada hal yang perlu ia urus sebentar. Ash hanya mengedikkan bahunya dan lanjut bersiap-siap. Malam ini terasa sedikit berbeda, seolah langit memberikan secercah ribuan harapan pada pemintanya. Namun bagi seorang pria berparas dingin malam ini adalah kesempatan baginya untuk membantai para musuhnya.

"Semua divisi yang kita siapkan telah dipersenjatai dengan lengkap. Setelan jas dan kemeja khusus yang kau buat untuk menahan peluru telah terbukti sangat kuat untuk menahan ribuan peluru" Ucap Giovanni.

Eugino mengangguk. "Apa ada kabar dari divisi 1?" Eugino menyalakan sebatang rokok. 

Giovanni menggelengkan kepalanya pelan. "Tanpa kabar dari mereka sejauh ini"

Eugino membuang asap rokoknya pelan. "Huh, apa mereka akan mengundurkan rencana invasi mereka lagi?" Mengingat betapa pengecutnya para mafia russia itu.

Entah kenapa perasaan Eugino untuk malam ini sedikit aneh. Bahkan ketika melihat wajah tangan kanan kepercayaannya itu, rasa khawatir semakin memuncak di dalam dirinya. Eugino berpikir, apakah ia salah langkah kali ini?

"Kurasa mereka melakukan rencana yang sama. Antara mereka mengundurkan atau mempercepat" Ucap Giovanni.

Eugino menatap ke arah pria itu. "Siapkan divisi pertahanan depan segera. Dan berikan informasi kepada divisi 1 untuk bersiaga, terhadap apapun dan siapapun" Ucap Eugino.

"Baik tuan" Giovanni segera melangkahkan kakinya menjauh dari pria itu.

Eugino benar-benar berpikir keras. Dia adalah seorang pria yang selalu berusaha menyempurnakan sesuatu meskipun orang-orang selalu mengatakan tidak akan ada sesuatu yang sempurna. Namun jika itu membahasa sebuah strategi perang, Eugino yakin jika ada sesuatu yang sempurna. Setiap perasaannya mengatakan sesuatu yang negatif, pikirannya secara langsung menuju kepada istrinya. Perasaan takut akan kehilangan seseorang yang bernilai tinggi di hidupnya menyelimuti pria itu tiap waktunya.

"Kau terlihat berduka"

Tatapan nyalang Eugino langsung teralih ke arah sumber suara tersebut.

"Terkutuklah aku jika seorang Eugino Ernest kalah dalam strateginya sendiri" Tambah Jerry seraya pria itu memasang wajah menyebalkannya.

Eugino menghela napasnya dengan kasar. "Kau tidak dalam daftar orang-orang yang dapat seenaknya memanggilku 'kau' Jerry" Rasanya Eugino ingin meledakkan kepala anak ini jika Ash tidak memperdulikan nyawa Jerry.

"Ash menyuruhku memanggilmu sebagai teman" Lagi dan lagi Jerry menunjukkan seringai yang sangat ingin Eugino hapus dari wajah pria itu. 

"Well, jangan dengarkan dia karena aku adalah bosmu. Patuhlah kepadaku" Eugino mulai jengah. Pria itu mematikan rokoknya. "Dan aku bukan temanmu" Tambah Eugino.

Jerry tertawa pelan. "Kuharap kau tidak lupa jika Ash adalah bosku dan semua anggota divisi. Dia adalah ratu kita bukan? Kau sendiri yang mengumumkan hal itu bahkan sejak Ash masih kuliah" Jika Jerry hanyalah anggota kartel biasa mungkin Eugino sudah meledakkan kepala pria itu saat ini.

Darah Eugino sedari tadi sudah mendidih dan Jerry baru saja menambahkan suhu pada dirinya. Mungkin jika pria itu mengatakan satu hal menyebalkan lagi Eugino akan kehilangan kontrolnya. Ia berharap saat ini dirinya dan Jerry sedang di gudang jadi pria itu dapat dengan mudah membunuhnya lalu mengatakan pada istrinya Jerry mengkhianati klan dan kabur darinya.

"Pergilah. Aku akan makan malam dengan istriku dan aku tidak ingin ada seseorangpun yang merusak suasana hatiku" Tegas Eugino.

Jerry mendesis pelan. "Seperti kau pernah dalam suasana hati yang benar saja"

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang