Ash membasuh mukanya dengan air hangat dengan harapan wajah sembabnya dapat segera hilang. Mata tajamnya mengarah ke kaca menatap dirinya sendiri seolah mengolok atas kebodohan yang telah ia buat. Awalnya Ash memang berpikir jika jatuh cinta tidak seburuk dan semenyakitkan seperti yang orang-orang katakan. Nyatanya mereka benar. Cinta itu sangat buta dan menyakitkan. Bahkan terkadang cinta membutuhkan korban yang tidak pernah kita bayangkan. Rasa sayang, nyaman, dan bahagia hanyalah bonus setelah berhasil menghadapi ego, amarah, kesulitan dan kesakitan yang dialami.
Dan ini adalah sakit hati pertama yang ia rasakan selama ia hidup. Ia tidak percaya dengan fakta bahwa ayahnya memiliki kanker otak karena Eugino, anak angkat ayahnya dan suaminya sendiri yang telah menanamkan kanker itu entah bagaimana caranya. Memang Ash tidak sengaja menguping saat dirinya terbangun kala pria itu mengelusnya. Hanya saja, ia tidak menyangka akan mendengarkan fakta akan ayahnya saat itu.
Ash senang ketika ia merasakan jatuh cinta sesungguhnya beberapa bulan belakangan ini. Ia sangat mencintai Eugino. Ia merasakan bagaimana pria itu merebut jiwanya dengan mudah hanya dengan satu tatapan tajam darinya. Dan ia merasakan betapa lembut pria itu menyayanginya. Dan juga ia sadar betapa besar obsesi yang pria itu miliki terhadapnya.
Ash sangat takut dengan keadaannya sekarang. Meskipun jauh di lubuk hatinya ia masih bertanya-tanya apa Eugino adalah orang yang benar-benar menanamkan kanker di tubuh ayahnya? Apa pria itu membunuh ayahnya demi mendapatkan dirinya? Karena jika dipikir-pikir satu-satunya halangan Eugino saaat itu hanyalah ayahnya seorang.
Eugino adalah orang yang patuh pada Gideon. Pria itu tidak ingin mengecewakan ayahnya dan hanya mendengar apapun nasihat dan saran dari Gideon. Selama Ash hidup, ia bahkan tidak pernah melihat mereka berseturu sekecil apapun. Gideon benar-benar menganggap Eugino sebagai anak kandungnya. Pria itu diberikan rumah dan kemewahan untuk dinikmati. Eugino adalah anak pungut yang beruntung dapat tinggal bersama billionaire ternama di eropa.
Ash mencoba berpikir jernih namun ia tidak bisa. Banyak hal yang telah terjadi di hidupnya dan semuanya hampir berkorelasi dengan fakta yang terjadi. Ia mengingat bagaimana Eugino menghilang saat ayahnya dalam keadaan kritis dan kembali ke rumah untuk mengambil warisan yang telah diberikan oleh ayahnya.
Apa surat wasiat ayahnya itu palsu? Apa semua ini hanya startegi pria itu untuk merampas semua harta milik keluarganya? Jika memang ini adalah obsesi untuk memilikinya, kenapa pria itu harus membunuh ayahnya?
"Fuck" Erang Ash.
Kepalanya semakin pusing tiap detiknya memikirkan hal itu. Setelah mengunci pintu, ia berharap pria itu dilarutkan oleh pekerjaannya dan lupa untuk kembali ke kamar untuk tidur. Ya, Eugino sering ketiduran di ruang kerjanya hingga Ash seringkali kebingungan kemana pria itu pergi saat ia bangun tidur.
Tok. Tok. Tok.
Helaan napas jengah keluar dari hidungnya. Ash benar-benar tidak ingin berinteraksi dengan siapapun saat ini dan saat ia mengatakan siapapun maka itu adalah seluruh manusia yang ada di bumi.
Ash pun berjalang dengan langkah kaki yang malas menuju pintu. Dengan tarikan napas ia memutar knop pintu dan menariknya. Dan dengan terkejut ia melihat sosok Jerry di balik pintu tersebut. Hal itu membuat Ash tanpa sadar memincingkan matanya seraya berpikir. Apa Jerry tau jika ia mendengarkan percakapan mereka?.
"Ada apa?" Tanya Ash dengan nada sedikit ketus.
Jerry melihat ke kanan dan ke kiri secara perlahan. "Aku ingin kau mengikuti langkahku menuju mobil yang sudah aku siapkan di halaman belakang, dengan perlahan dan tanpa banyak bertanya sampai aku bilang kita aman. Mengerti?" Desis Jerry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eugino merupakan seorang anak pungut yang dibesarkan oleh Gideon Leonard. Masih menjadi misteri apa motif dibalik seorang pengusaha terkenal mau merawat anak dengan asal-usul yang tidak diketahui. Dibesarkan tanp...