Chapter 25 : The Shooter

2.1K 41 0
                                    


Beberapa minggu telah berlalu begitu cepat. Dan tak terasa 2 hari lagi adalah hari ulang tahun Ash. Meski umur Ash sebentar lagi menginjak 23, entah kenapa dirinya sudah tidak lagi bergairah untuk merayakan hari ulang tahunnya dengan pesta megah dan bodoh. Entahlah, ia tidak tau apa itu karena ia sudah tidak lagi memiliki teman atau masa mudanya sudah terenggut oleh pernikahan kontrak yang terjadi padanya. Sekarang Ash mengerti kenapa ayahnya sangat menyukai slow living lifestyle. Yang Ash lakukan hanyalah beraktivitas santai di rumah seperti olahraga, memasak, membaca buku, dan bercinta. Dan tentu saja semua itu bisa dilakukan dengan mudah karena memiliki uang.

Dan Ash tidak mengerti bagaimana Eugino bisa menghadapi tekanan yang cukup besar baik dari perusahaan, mafia, dan ayahnya. Terkadang Ash sangat salut akan etos kerja yang dimiliki pria itu. Selain cerdas Eugino juga dibekali oleh tenaga yang benar-benar kuat. Ash memahami hal itu saat ia pertama kali diajak Eugino untuk mengikuti keseharian pria itu sebagai Don salah satu mafia besar di eropa terutama Italia. Pria itu akan rapat dari pagi hingga siang, dan berlatih dengan senjata, adu tinju, dan sebagai macam bela diri hingga sore. Dan ketika sudah menjelang malam, pria itu masih memiliki tenaga untuk bercinta dengannya selama berjam-jam.

Pernah waktu itu Ash bertanya bagaimana caranya pria itu memiliki tenaga yang sangat kuat dan tahan lama. Dan pria itu hanya menjawab 'Berolahraga dan seks itu penting, sayang'. Eugino selalu menjawab pertanyaannya dengan hal yang tidak masuk akal dan sulit dicerna oleh kepala mungilnya.

"Hei"

Ash meletakkan bukunya di meja dan menoleh ke arah sumber suara. Disana ia melihat seorang pria tampan yang tinggi dengan rahang serta tatapan yang tajam menuju ke arahnya. Pria itu selalu terlihat sangat sempurna dengan balutan jas serta kemeja yang masih membentuk tubuh atletisnya. Ash sangat yakin gadis manapun akan mengeluarkan air dari mulutnya saat melihat pria itu.

"Hei" Balas Ash.

Eugino tersenyum dan menghampiri istrinya dengan langkah yang perlahan. Ash tidak mengerti kemana pria itu akan pergi di jam 10 malam seperti ini. Club? Rasanya tidak mungkin, Eugino selalu pergi ke club bersama dirinya. Bahkan Jerry supir pribadinya mengatakan hal yang sama.

Eugino berdiri di belakang Ash seraya melihat wanita itu melalui cermin yang ada dihadapannya. Pria itu sejenak menghela napas dan tersenyum sendu.

Menyadari senyum aneh yang pria itu berikan, Ash langsung memposisikan tubuhnya duduk menyamping untuk menatap langsung ke arah pria itu. "Kau baik-baik saja?" Tanya Ash.

"I'm fine"

Ash menggelengkan kepalanya bersikap kontradiktif terhadap jawaban pria itu. "No you lying"

"I'm not" Jawab pria itu seraya meremas pundak Ash.

"Tell me the truth Eugino!" Suara Ash menjadi sedikit tegas kali ini.

Mata Eugino menggelap.

"I'm telling you the truth"

Ash terkekeh. Terkadang Ash melihat dengan jelas sisi bodoh yang pria itu munculkan. Ya, Eugino tidak bisa menutupi emosinya dengan benar saat berhadapan dengan Ash. Pria itu dapat dengan mudah menutup segala macam emosi saat bekerja, namun dengan Ash berbeda. Eugino akan sedih jika dia merasa sedih, pria itu akan senang jika ia merasa senang, dan pria itu akan marah jika memang ia merasa marah.

"Aku tidak ingin berbicara dengan patung" Ash bangun dari duduk seraya menepis tangan pria itu yang sedari tadi bermain di pundaknya. "Jadi, sebaiknya aku segera tidur. Besok aku memiliki kelas yoga pagi" 

"Aku akan pergi ke Italy malam ini"

Dan ucapan pria itu berhasil membuat Ash menghentikan langkahnya. Jujur saja Ash berekspektasi terhadap sesuatu yang mungkin benar-benar membuat pria itu terlihat sendu. Namun pergi ke Italia? Kenapa pria itu terlihat sendu jika memang itu untuk keperluan bisnis. 

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang