Kelopak mata cantik itu mengerjap kala mendapati cahaya yang menusuk bola matanya. Suara burung berkicauan di pagi hari yang indah membuat Ash semangat untuk bangun dari kantuknya dan menjalani harinya. Ash menyempatkan dirinya untuk menolah ke sebelahnya namun tidak mendapati keberadaan pria itu di ranjang. Ash kemudian memposisikan dirinya duduk di bersandar pada kepala ranjang. Dirinya mendapati tirai kamar yang terbuka sedikit sehingga cahaya yang barusan membuatnya bangun dari tidurnya masuk ke dalam kamar.
Setelah dipikir-pikir, seharian kemarin Ash tidak sempat untuk berkeliling rumah milik Eugino ini. Rumah besar dengan interior serta furniture yang modern ini tidak terlalu buruk. Meski Ash lebih suka jika rumahnya memiliki sentuhan tradisional atau vintage di seluruh aspek. Yang menjadi masalah hanyalah orang-orang yang tinggal di bawah atap rumah ini.
Ash tidak bodoh, ia tahu rumah ini menjadi tempat utama dimana pertemuan atau pekerjaan mafia milik Eugino dilakukan. Yap, Ash mengetahui semua itu hanya dengan mengintip file yang tak sengaja Eugino tinggal di ruang kerjanya kemarin. Semua tertulis kertas tersebut, bahkan disana terdapat pemindahan harta warisan miliknya menjadi milik pria itu. Mengingat itu membuat Ash ingin menangis, namun Ash tau menangis tidak akan mengubah apapun yang sudah terjadi. Hingga Ash sampai dititik untuk melanjutkan hidupnya seolah hidupnya tidak lagi berarti. Toh, ia juga akan mati ditangan pria yang telah membunuh ratusan orang dipernikahannya sendiri.
Ash pun mengibas selimut yang sedari tadi menutup tubuh telanjangnya dan berusaha beranjak dari kasur. Ia berjalan ke arah kamar mandi dan segera menuju shower. Sedari tadi Ash sudah membayangkan betapa nikmatnya tubuh yang semalam penuh keringat ini dapat merasakan air hangat dari shower.
Hingga tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkar di perutnya. Tanpa perlu menoleh Ash sudah bisa menebak siapa yang melakukan itu. Tangan tersebut merayap dan merengkuhnya lembut. Ash yang sedang menikmati guyuran air hanya berusaha untuk tenang meskipun jantungnya berdetak kencang saat ini.
Eugino meletakkan rahang tegasnya di pundak istrinya dan kemudian memberikan kecupan singkat di pipi Ash.
"Kenapa kau tidak memanggilku terlebih dahulu hmm?" Ucapnya dengan suara berat dan serak yang membuat sekujur tubuh Ash berdesis.
Kebingungan seketika melanda di kepala wanita itu. "Untuk apa?" Tanya Ash.
Eugino menggigit leher wanita itu hingga Ash mendesis sakit, namun tak lama pria itu menambahkan kecupan di area yang barusan ia gigit itu. Eugino memutar tubuh Ash hingga kini tubuh indah istrinya yang tak terbungkus apapun menghadap tepat ke arahnya. Tatapan Eugino seketika menggelap ketika dihadapkan oleh sesuatu yang indah seperti ini.
"Mulai hari ini kita akan selalu mandi bersama. Tidak ada penolakan maupun perlawanan. Tentu saja jika aku sedang tidak diluar rumah. Mengerti?" Pria itu mengatakan dengan nada yang cukup tegas.
Ash menatap mata pria itu yang juga menatapnya dengan mata yang menggelap. Tidak ingin melawan Ash hanya mengiyakan apa yang pria itu ucapkan dengan anggukan pelan.
Dan saat Ash ingin berbalik badan, pria itu dengan cekatan menahannya dan kemudian menarik tenguk Ash untuk mendaratkan bibirnya pada milik Ash. Penyatuan bibir tersebut dilakukan Eugino dengan kasar dan penuh dominasi. Pria itu melumat habis bibir Ash bahkan ia menggigitnya. Bahkan hal sekedar ciuman saja Eugino sangat amat menyukainya apabila dilakukan dengan kasar dan liar. Ash pun ikut terbawa oleh permainan pria itu hingga ia juga memainkan bibir serta lidahnya.
Dan setelah beberapa saat Eugino melepaskan pangutannya dan merengkuh wajah cantik istrinya dengan kedua tangannya. "Jika aku menanyakan sesuatu padamu, jawablah dengan ucapan bukan anggukan. Mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eugino merupakan seorang anak pungut yang dibesarkan oleh Gideon Leonard. Masih menjadi misteri apa motif dibalik seorang pengusaha terkenal mau merawat anak dengan asal-usul yang tidak diketahui. Dibesarkan tanp...