20 hari setelah ditinggalkan oleh Eugino membuat Ash lebih aktif lagi dalam beraktifitas. Ia tidak menyangka setiap sebelum tidur dirinya selalu memikirkan Eugino. Apa yang pria itu lakukan disana? Apa yang dimakan oleh pria itu? Apa pria itu dalam keadaan yang baik?. Tidak bisa dipungkiri kalau ia mulai merindukan sentuhan pria itu, perintah pria itu, dan wajah dingin yang selalu tersenyum untuknya. Eugino tidak mengabari Ash kapan ia akan pulang atau bagaimana keadaanya. Yang pasti Ash yakin pria itu sangat sibuk disana.
Ash menghabiskan 20 harinya untuk Yoga, Gym, dan memasak. Terkadang wanita itu sengaja menyibukkan diri sendiri agar dapat mengalihkan pikirannya. Dan sejauh ini rasanya berhasil. Namun seperti yang ia katakan jika setiap sebelum tidur dirinya selalu memikirkan pria itu. Hal itu membuat Ash bertanya, apakah perasaannya terhadap Eugino mulai tumbuh? atau ia memang sudah mulai jatuh cinta pada pria itu?
"Kau benar-benar terlihat seperti chef sekarang" Ucap Nancy.
Nancy adalah kepala pelayan di rumahnya. Wanita paruh baya itu sudah seperti ibu kandung Ash sendiri. Jika ayahnya sedang keluar kota, Ash akan minta ditemani oleh Nancy tiap malamnya. Nancy jugalah yang mengajarkan Ash banyak tentang hal terutama dalam memasak. Ia tidak bisa membayangkan jika ia menjalani masa kecilnya tanpa sosok seperti Nancy.
Ash tertawa pelan. "Jangan memujiku terlalu tinggi, Nancy"
"I'm not. I said what i just saw"
"I'm just cooking a pasta"
Nancy mengambil sebuah sendok dan mencicipi saus bolognese yang Ash buat sendiri. "Hmm. it's delicious!!"
"Thank you" Balas Ash dengan senyum manisnya. "It's just a bolognese everybody can make it"
Nancy mencolek hidung wanita itu. "Kau lupa aku orang Itali? Aku bisa merasakan mana saus yang enak dan tidak. Dan kau harus bangga karena saus buatanmu diakui enak oleh Nancy" Ucap Nancy.
Ash terkekeh. "You should open a restaurant"
"For a retirement?"
Ash mengangguk. "Hmm, kau tidak berpikir untuk bekerja di rumah ini selamanya bukan?"
Nancy tertawa pelan. Ekspresi wajahnya berubah menjadi sendi. "Aku tidak mengerti kenapa aku begitu mencintai rumah ini. Dulu ibumu lah yang mendesain setiap sudut dari rumah ini tak heran setiap orang yang masuk ke rumah ini akan kagum dengan setiap sudut rumah ini. Aku merindukannya, rumah ini rasanya sangat sepi tanpa dirinya"
Ash merengkuh bahu wanita itu. "You seems like you know her a lot"
Nancy tersenyum dengan matanya yang berair. "I do. She was my best friend in this house. Percayalah, dia yang mengajarkan aku memasak"
Mata Ash membelalak tidak percaya. "Really?"
Nancy mengangguk. "Masakannya adalah yang terbaik disini. Apa kau tau dulu ayahmu tidak memiliki koki pribadi?. Ya, karena ayahmu sangat jarang sekali makan diluar ataupun restoran mahal lainnya. Ia hanya ingin masakan ibumu"
Ash tertawa mendengarkan fakta baru tentang keluarganya. "Sekarang aku mengerti kenapa ayah selalu mengatakan makanan yang ia makan tidak ada yang enak"
Nancy mengangguk. "I wish you had met her"
"I wish too, especially on christmas" Ucap Ash.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan natal tahun ini?"
Ash terdiam sejenak. "I don't know"
Nancy tersenyum simpul melihat sikap Ash. Wanita itu membuang napasnya berat. "Kau merindukannya bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eugino merupakan seorang anak pungut yang dibesarkan oleh Gideon Leonard. Masih menjadi misteri apa motif dibalik seorang pengusaha terkenal mau merawat anak dengan asal-usul yang tidak diketahui. Dibesarkan tanp...