Chapter 5 : Goods

4.5K 116 0
                                        


"Nona, ini makan siang untuk nona. Dan saya juga membawa vitamin untuk nona. Tuan Gideon telah memerintahkan semua pelayan untuk selalu memberikan anda vitamin setiap harinya" Ucap Pelayan.

Setelah resmi menjadi pemilik dari segala aset keluarga Leonard, Gideon sudah membuat beberapa aturan-aturan baru dibawah atap kediaman Leonard. Meski sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian tetek bengek warisan itu, Ash masih tidak bisa terima kalau ayahnya benar-benar memberikan semua aset yang dimilikinya pada Gideon. Kecuali halaman di belakang rumah, ya hanya itu yang menjadi miliknya.

Setelah ucapannya tidak digubris sama sekali, pelayan itu segera meletakkan tray makanan di atas nakas yang ada di sebelah kasur.

"Fuck" Umpat Ash yang masih dalam jiwa bangun tidurnya.

Ash pun bangun dari tidurnya dan berganti posisi duduk bersandar di kasur. Beberapa hari terakhir ini stress membuat badannya tidak enak. Baik dari aktivitas maupun makan ia pun tidak lagi berselera. Ash masih tidak mengerti mengapa ia begitu kecewa dengan segala hal yang terjadi belakangan ini. Terutama kepada ayahnya. 

Ash berpikir jika tidak seharusnya ia bereaksi berlebihan seperti ini. Ia seharusnya menghargai keputusan yang telah ayahnya buat. Berkali-kali Ash mencoba berpikiran seperti itu dan gagal. Sampai sekarang ia masih saja larut dalam kekecewaanya. 

"Sebaiknya kau segera makan"

Tubuh Ash seketika tegang dan terkejut akan kehadiran Eugino yang secara tiba-tiba.

"SHIT! Apa yang kau lakukan disini?!" Tanyanya dengan wajah kesal.

Eugino tidak menjawab namun pria itu hanya menampilkan wajah datarnya dengan tatapan ke arah dada Ash.

Ash yang sadar kemana arah tatapan pria itu langsung menaikkan selimut menutupo tubuhnya hingga leher. Ash lupa jika ia tidak pernah memakai bra saat sedang tidur dan tubuh atasnya hanya dibalut kain tipis yang mencetak jelas puting wanita itu. Jika disuguhkan seperti itu, Eugino tidak bisa menyalahkan dirinya apabila pria itu lebih tertarik melihat gundukan indah seperti itu. Sampai Eugino sadar bahwa Ash adalah batas yang tak boleh ia lewati.

"Don't look!" Ucap Ash sembari menunjuk pria itu seolah mengancam.

Eugino terkekeh pelan. "You make me to" Ucapnya seraya duduk di pinggir ranjang dekat dengan tray makanan yang ada di atas nakas.

Ash menghela napasnya pelan. "Eugino, i say this for one last time. Go to your own room" Ucap Ash penuh penekanan.

Dengan acuh, Eugino mengambil tray makanan yang ada diatas nakas tadi. Ia ambil roti dan pil-pil vitamin. Keduanya terdiam tidak mengatakan apapun. Dengan santai Eugino menyuapi Ash dengan roti yang sudah ia taruh pil-pil vitamin tersebut.

Mata Ash membelalak terkejut, bukan cuma dari perlakuan pria itu yang secara tiba-tiba hangat namun pria itu mengetahui bahwa Ash tidak terlalu bisa menelan pil tanpa makanan. Seketika Ash berpikir kalau ayahnya sering menceritakan tentang dirinya ke pria ini.

"Open your mouth" Pinta Pria itu.

Tanpa menjawab Ash membuka mulutnya secara perlahan dan membiarkan roti itu masuk ke dalam mulutnya dengan sukarela.

"Mulai sekarang, kau harus makan sarapan yang sudah diberikan. Dan jangan lupa untuk minum vitaminmu secara rutin Ash" Ucap Eugino yang menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Ash berdeham setelah menelan air di tenggorokkannya.

Ash menatap pria itu dengan kerutan di dahinya. "Ini aneh. Kenapa tiba-tiba kau mulai perhatian kepadaku seperti ini? Apa kau kerasukan Eugino?" Ucap Ash.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang