Chapter 30 : Situation

1.4K 34 0
                                    


"Well, that's a terrible rip off" Ucap Nicholas seraya menghembuskan asap rokoknya.

Eugino masih memukuli wajah pria yang kini sudah berlumuran darah. Pria itu tidak berhenti meskipun tawanannya sudah terbatuk darah dan lemas tak berdaya. Tak ada belas kasihan untuk penghianat bagi Eugino. Dan penghianat tidak layak untuk diberikan kematian yang mudah. Maka dari itu Eugino akan memilih untuk memukuli mereka hingga hampir mendekati kematian lalu memberikan waktu untuk menyembuhkan diri dan ia kembali melakukan penyiksaannya.

"Apa orang itu akan segera mati jika terus dipukuli seperti itu?" Tanya Kenzo.

Kenzo adalah tangan kanan Nicholas sejak pria itu kecil. Mereka sudah bersahabat dengan baik selama mereka hidup. Baik ayah Nicholas dan Kenzo juga merupakan sahabat sejak kecil. Dan ikatan tersebut sudah tertanam murni di hati mereka. Maka dari itu, keduanya saling melindungi satu sama lain layaknya saudara satu darah.

Nicholas mengedikkan bahunya. "Biarkan saja"

"Yup, pria itu akan benar-benar mati" Ucap Kenzo.

Eugino menghentikan pukulannya saat ia sadar pria yang sedari tadi ia pukuli itu kini tak lagi bernapas. Wajah datar pria itu terlihat mengerikan bagi siapapun yang melihatnya secara langsung. Bagaimana bisa manusia normal yang telah membunuh orang dengan tangannya sendiri masih tidak dapat menunjukkan emosi sedikitpun.

Eugino berdiri dan menginjakkan salah satu kakinya di wajah pria itu. "Gio, ambilkan aku handuk"

Giovanni mengangguk pelan. "Baik tuan"

"Damn it man, how come you kill a person with only 134 punch?" Tanya Kenzo.

Nicholas terkekeh. "Pria itu pernah diculik oleh sekelompok gangster dan berhasil lolos dengan 7 anggota gangster yang meninggal dan 4 dari mereka lumpuh. Nasihatku, jangan bermacam-macam dengan pria itu Kenzo"

Kenzo tertawa pelan. "Kau benar. Beruntung aku tidak memiliki bos seperti dia"

"Sialan kau. Seharusnya aku mengajarkanmu untuk lebih bersyukur" Ketus Nicholas.

Kenzo menaikkan sebelah alisnya. "Bersyukur untuk apa huh?"

"You guys are really pissing me off right now!" Ucap Eugino dengan jengah.

Nicholas berdecak. "Setidaknya kau harus berterima kasih padaku karena telah menyiapkan tempat untuk pembunuhan berencanamu"

"Tuan Nicholas benar" Sahut Kenzo.

Eugino tak menghiraukan dua pria tolol tersebut. Ia lebih memilih untuk keluar dari gudang menjijikan ini dan membersihkan dirinya lalu menghubungi istrinya. Sementara itu di gudang Nicholas dan Kenzo berdiskusi dengan para bawahan untuk merencanakan sesuatu sekaligus membersihkan sisa-sisa mayat yang masih berbau darah segar.

"Kau pikir kita memiliki waktu yang cukup?"

Nicholas menghisap rokoknya lalu menghebuskan asapnya ke udara dengan santai. "Kurasa kita hanya bisa melakukan yang terbaik saat ini. Selesai atau tidak dengan waktu yang kita punya, kita harus siap menghadapi masalah yang akan datang"

Kenzo mengangguk. "Hanya perasaanku saja, namun sepertinya dua mafia besar di eropa akan dapat dengan mudah membantai satu kartel bukan?"

Nicholas mengangguk setuju. "Kau benar. Kekuatan mafiaku dan Eugino sudah sangat berlebihan jika digunakan hanya untuk membantai satu kartel. Namun sebaiknya jangan terlalu lengah. Permainan licik dari semut bisa dengan mudah menjatuhkan 10 gajah bersamaan"

"Gio mengatakan padaku instalasi ulang senjata sudah mencapai 58% lebih cepat dari perkiraan" Ucap Kenzo.

Nicholas bangun dari kursinya lalu menghampiri Kenzo dan menepuk bahu pria itu dengan pelan. "Siapkan 10 divisi mata-mata untuk malam ini Kenzo, aku merasakan hal yang tidak nyaman"

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang