17. Kayu bakar dan perapian (2)

19.3K 3.5K 957
                                    






"Dia basic-nya memang suka alam, Pa. Aku ngikutin kegiatannya selama disana. Dan selain lelang malam itu, hampir semua jadwalnya berkaitan sama pelepasan penyu dan penanaman pohon di bahu-bahu jalan. Dia nyumbang sepuluh ribu bibit pohon pakai uang pribadinya tiap enam bulan sekali. Ngasih edukasi ke warga soal pohon-pohon mana yang sudah boleh di tebang dan mana yang belum boleh. Selain itu, dia juga tertarik sama tumbuh kembang anak-anak gajah di Tangkahan. Dia berperan aktif disana, makanya sering bolak-balik ke Sumatera Utara." Djati menjabarkan kegiatannya beberapa hari belakangan pada Ayahnya dengan lancar. "Dia mungkin tahu bapaknya aneh, tapi dia nggak terlibat. Atau belum, ya. Nggak tahu nanti," tambahnya. "Soalnya kayak yang kubilang waktu itu, Hastani udah ada tanda-tanda mau masukin anaknya ke partai dia sendiri," ujarnya. "Semua file tentang dia udah ku kumpulin di situ. Bisa di cari tahu ulang kalau memang belum yakin sama perkataanku."

Arman dan Sumarji yang juga ada di ruangan itu ikut mendengarkan dengan seksama. Sementara Saleh tersenyum santai, tampak puas dengan hasil kerja putranya yang seirama dengan harapannya soal Harsya Ekalaya yang ingin ia tarik serta dalam jajaran staf barunya nanti.

"Hastani ingin memasukkan putranya ke partai?" tanya Arman penasaran.

Djati mengiyakan. "Di acara lelang dia menggantikan bapaknya," katanya. "Awalnya di acara-acara macam itu, mungkin supaya orang-orang terbiasa melihatnya. Setelah itu, mungkin dia mulai di gabungkan ke rekan-rekannya, baru betulan masuk ke partai. Bukannya semua orang tua yang membawa anaknya atau keponakannya atau siapapun sanak familinya selalu punya ritme yang sama, ya?" tanyanya, setengah menyindir.

"Hei, anak muda. Kamu di bayar untuk cari informasi, bukan untuk memojokkan kami," sahut Saleh, mengetuk meja kacanya dengan punggung jari pelan, membuat bibir Djati segera bungkam dan kepalanya mengangguk paham.  "Jadi bagaimana?" tanya Saleh antusias. Melirik Arman dan Sumarji untuk menanti dukungan atas keinginannya yang masih tertahan. "Kita undang anak itu untuk makan siang di rumah?"

"Menurut Mas Djati bagaimana?" tanya Sumarji, menoleh pada Djati dengan serius. "Apa dia cocok jadi staf khususnya Papa?"

Djati mengerjap sejenak, melirik sang ayah yang berkedip-kedip tak wajar, seolah menyuruhnya mengangguk saja. Djati berdekhem, mengendikkan bahu pelan. "Kurang tahu, terserah kalian," katanya, tak mau ambil bagian. Takut di libatkan jika ada apa-apa di masa depan. Djati paling tak suka cari perkara. Hidupnya yang begini saja sudah susah.

"Menurut pandangan Mas Djati, apakah Harsya Ekalaya patut di beri amanah sebesar itu?"

Djati terdiam sejenak, bergumam panjang dan kembali mengendikkan bahu, tak tahu menahu.
Saleh yang melihatnya pun berdecak geregetan, spontan berseru. "Bilang saja apa pendapatmu, setelah itu keluar dari sini!"

Djati mengangguk. Baru mengiyakan setelah di iming-imingi kata 'keluar' oleh ayahnya. "Dia kelihatan bisa di andalkan," katanya. "Terlepas pekerjaannya nanti akan bagus atau tidak, tapi dia cukup tahu kondisi lapangan," lanjutnya. "Papa bilang mau nyari orang yang bisa mengembangkan ekowisata di daerah-daerah yang kurang perhatian. Yang namanya ekowisata berarti harus ada kerjasama buka cuma antara kita dan alam, tapi juga antara kita dan warga sekitar. Dan dari pengalamannya sih, Harsya cukup terampil bicara hati ke hati dengan masyarakat setempat. Kayak perannya waktu ada tragedi gajah-gajah turun ke perkampungan, dia bisa membantu dan rela menggelontorkan dana pribadi untuk ikut serta menghentikan masyarakat yang menganggap gajah-gajah itu hama," jelasnya. Mengangguk lagi yakin. "Artinya dia cukup nyambung dengan posisi yang Papa mau berikan. Kenapa nggak di beri kesempatan?"

"Meskipun ayahnya orang yang selalu bersebrangan dengan kubu kita?" tanya Arman.

Djati mengangguk. "Dia orang yang cukup bijaksana. Pasti dia tahu kapan waktunya kerja dan kapan waktunya berbakti sebagai anak."

Narasi patah hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang