Beberapa hari belakangan, bengkel berubah jadi warna-warni, cerah ceria seperti taman berbunga. Wajah-wajah kusam penuh oli di susupi kegembiraan tiap hari. Menutup lelah yang biasanya tercetak tebal di rupa. Para pekerja makin rajin berangkat pagi tanpa harus di spam pesan oleh Djati lewat WhatsApp. Pulang pun sengaja dimalam-malamkan dengan berbagai alasan. Jadwal menginap di bengkel yang dulunya jadi oper-operan kini diperebutkan.
Ya. Benar. Tentu saja keberadaan Mahika disana adalah penyebabnya. Mahika bagai pendongkrak semangat bagi --bukan hanya segenap warga bengkel-- tapi juga semua customer yang datang ke sana. Gadis itu ramah, menyenangkan, anggun dan rajin dalam segala hal. Beda seratus delapan puluh derajat dengan Luisa yang tiap habis sholat subuh tidur lagi, ngorok sampai siang hari. Mahika tidak demikian adanya. Gadis itu berteman dengan kemoceng dan sapu. Bicara dengan tanaman-tanaman dalam pot yang ia siram habis subuh. Membuka gerbang bengkel jam tujuh 'teng' dalam kondisi bersih, kinclong, dan wangi, macam bangunan baru jadi.
Mahika dan Luisa adalah gambaran sisi terang dan sisi gelap manusia. Djati menyadarinya pagi ini, ketika turun dari motor dan melihat Mahika tengah menunduk, menggapai debu di sudut kursi menggunakan sapunya, sementara Luisa duduk diatasnya, mengangkat kedua kaki sambil cekikikan tanpa rasa berdosa.
Terkutuk Luisa Roestam. Ingin Djati seret rasanya gadis tukang numpang itu dari tempat kerjanya. Sepet matanya melihat tingkah Luisa pagi-pagi begini.
"Mahika hobi bebersih," sahut Luisa saat Djati menegurnya. "Salah gue apa? Gue cuma duduk, nemenin dia nyapu sama ngelap kaca. Gue gerak aja enggak."
Setelah memberi pembelaan pada diri sendiri, anakan Roestam itu putar badan, melenggang naik ke tempat istirahat lagi. Meninggalkan Mahika yang lanjut menyapu bagian depan bengkel dengan gembira. Sementara Djati hanya bisa mengatur napas baik-baik agar tidak berakhir menjewer kuping calon iparnya yang pemalas tingkat tinggi.
Tentu Luisa adalah salah satu yang paling gembira di sini. Selain dapat teman perempuan, ia juga jadi punya alasan lebih banyak untuk mangkrak di bengkel, yang mana biasanya tak pernah Djati ijinkan kecuali kepepet sekali.
Sedangkan Djati adalah pihak yang ketar-ketir dengan keberadaan gadis itu. Bukan. Bukan ia tak suka dengan Mahika. Hanya saja, keberadaan Mahika membuat bengkel jadi ramai dalam artian yang tidak menguntungkan.
Semakin hari, semakin banyak remaja iseng yang mondar-mandir di depan bengkel tanpa tujuan jelas. Padahal bengkelnya bukanlah bengkel yang bisa didatangi sembarang orang. Hanya beberapa kenalan dan teman-teman terdekatnya yang sering ke mari. Kalaupun ada customer baru, biasanya mereka harus lebih dulu menghubungi dirinya atau Djiwa untuk sekedar membuat janji. Ini disebut eksklusivitas, dan Djati suka dengan konsep bengkelnya yang macam itu."Kayaknya Pawon Simbah bakal rame pas buka nanti," kekeh Djiwa, mengusap tangan kotornya dengan lap, menghampiri Djati yang duduk kalem di kursi, mengamati satu objek sejak tadi. "Sekarang aja Mahika udah bisa fanmeeting." Djiwa duduk sambil tergelak, menertawakan ekspresi kembarannya yang masam. Kalau tidak ingat siapa Bapak mereka, pasti Djati akan berdiri dan menjungkirbalikkan para remaja caper itu. Djiwa yakin seribu persen.
"Itu bocah-bocah baru bisa ngaceng udah banyak aja tingkahnya," ujar Djiwa lagi. Menatap dua motor yang ngegas dan pamer suara knalpot di depan bengkelnya dengan geli. "Kesian. Mana yang dicaperin nggak paham.""Pawon Simbah mulai renov hari ini, ya?" tanya Djati, mengalihkan pembicaraan.
Djiwa mengiyakan. "Berhubung rumah belakang udah mau finish, jadi sekarang bakal mulai ke Pawon Simbah-nya," katanya.
"Siapa yang pegang?" tanya Djati lagi, penasaran.
"Anak perusahaannya Luis. Icha yang ngasih rekomendasi," jawab Djiwa santai. Mesem-mesem mendapati fokus Djati masih tertuju ke arah yang sama meski tengah bicara dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi patah hati
RomancePernikahan yang ada di depan mata hancur berantakan dalam semalam. Mimpi, cinta, usaha dan segala hal yang selama ini ia tapaki seolah runtuh bersama dengan pengkhianatan yang ia terima. Mahika tak pernah menyangka hidupnya yang adem ayem akan menca...