26. Bersekutu

18.6K 3.5K 1K
                                    











Sejujurnya, Mahika tak pernah punya sahabat semasa sekolah ataupun kuliah.

Alasannya? Karena ia bukan orang yang gampang di temani. Berteman dengan Mahika itu membosankan. Ia sulit untuk di ajak keluar, apalagi kelayapan sampai malam. Kebebasannya sangat terbatas. Dalam hal bergaul, Hima, adiknya, lebih di beri kelonggaran daripada jamannya dulu. Setidaknya Hima punya waktu main sesukanya sepulang sekolah dan di hari Minggu. Asal ia sudah ada di kamar saat maghrib menjelang, maka semuanya aman. Ibuk tak akan marah-marah, Bapak tak akan ribut ingin menjemput.
Kalau Mahi, boro-boro. Jangankan kelayapan bersama teman-teman tiap Minggu, keluar rumah saat libur kenaikan kelas saja harus di temani supir atau salah satu simboknya. Wajib, selalu. Kalau ia menolak, maka tak boleh pergi. Bapak sangat protektif padanya, dan Ibuk selalu memperlakukannya macam anak lima tahun sampai ia dewasa. Keluar sedikit saja, Mahika akan pulang di sambut kepalan tangan Ibuk dari kejauhan di tambah seruan yang berbunyi, 'jangan pulang sekalian! Minggat sana!'. Dan dulu Mahika takut sekali tiap Ibuk sudah berkata demikian.

Ada, beberapa orang di SMA yang pernah Mahika klaim sebagai sahabat. Tapi rupanya, pengakuan itu hanya sepihak. Mahi menganggap mereka teman dekat, sementara mereka hanya menganggapnya teman kelas saja. Ada satu waktu dimana Mahi mendengar mereka berkata, "Oh, Mahika? Iya. Dia sekelas sama kita. Tapi nggak begitu dekat, sih. Cuma kenal aja." Lalu patahlah hati Mahika muda. Sejak saat itu ia tak berani menganggap teman-teman sekelasnya sebagai sahabat lagi.

Ya berteman saja. Sudah. Menyapa dan berlaku baik pada semua orang sebisanya, tak berlebihan. Jadi ketika teman-temannya bergerombol di jam olahraga dan pamer barang-barang couple, Mahika tak sedih-sedih amat. Prinsip itu ia terapkan hingga tua.

Jika pun ada satu-satunya sahabat yang ia miliki, sudah tentu itu Sani, kakak sepupunya sendiri. Meski berbeda dua tahun, tapi Sani cukup baik hati menemaninya menghabiskan waktu libur saat ia sendirian. Mereka bertukar baju, jepit rambut, dan sepatu. Saling bercerita ini itu, selayaknya yang di sebut sahabat. Tapi tetap saja, ada waktu dimana Sani main dengan teman-teman dekatnya sendiri, Mahika tak pernah diajak. Bukan salah Sani. Sebab kalau jadi dia, Mahi pun pasti ogah harus minta ijin, mendengar ceramah Ibuk yang panjang, dan berjibaku dengan drama simbok serta supir yang wajib mengikuti mereka tiap kali hendak mengajaknya main bersama. Sudah di bilang, masalahnya bukan ada di orang lain, tapi masalahnya ada di Mahika.

Maka jangan heran, tiap kali Luisa lantang menyebutnya sebagai sahabat, Mahika akan tersipu-sipu, pipinya merah merona seperti tomat busuk dan matanya mengerjap-ngerjap salah tingkah. Lebih dari ketika Djati memujinya, Luisa bisa membuatnya melambung ke angkasa.
Kadang, Luisa mengingatkannya pada sosok Sani. Sebab keduanya sama bawel dan ribetnya. Bedanya, Sani lebih dewasa, selalu memposisikan diri sebagai sosok kakak, sementara Luisa sebaliknya. Meski Luisa setahun lebih tua darinya, entah kenapa Mahika selalu merasa jadi 'kakak' saat mereka bersama.

"Apa kita kubur aja si Mas Raffan biar nggak perlu nunggu dia nikah, ya?"

Luisa dan isi kepalanya. Mahika mendengus pelan. Masih duduk bersebelahan dengan Luisa di depan kaca rias kamarnya, sibuk meratakan pelembab di wajah.

"Kupikir dia udah nggak ada," sahut Mahi jujur. Mengoleskan sisa krim di punggung tangannya ke pipi Luisa, meneruskan. "Banyak yang bilang anak pertama Gustipradja udah meninggal. Aku juga tahunya gitu."

"Orangnya sih masih hidup, hatinya doang yang udah mati. Nggak bisa merasakan cinta."

Mahika terkekeh. Menoleh dan menarik dagu Luisa, sibuk meratakan krim di wajah gadis itu. "Kulitmu kering banget, Cha," komentarnya.

"Iya. Tambahin moisturizernya," jawab Luisa merem. Membiarkan tangan Mahika meratakan krim diatas kulit wajahnya sambil meneruskan. "Kata Djiwa, dia pulang semalam. Kamu udah pernah ketemu, belum?"

Narasi patah hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang