Nioko Ogayama

2.2K 127 1
                                    

"Nioko-chan!"

Aku terhenti dari kegiatan ku memasukkan buku-buku ke dalam tas sekolah saat sebuah suara memanggilku.

Aku menoleh dan melihat Harumi, teman sekelasku, melambai sembari berlari kecil menghampiriku.

"Ne ne Nioko-chan, karena hari ini adalah hari terakhir kita disekolah, teman-teman berencana untuk berlibur bersama ke Disneyland! Nioko-chan tentu ikut bukan?"
Tanyanya antusias.

Ah, benar. Saat ini aku sudah lulus dari Tokyo High School dengan lulusan terbaik peringkat pertama -dan selalu seperti itu sejak dulu- yang saat ini sedang mengambil barang-barang ku yang masih tersisa di loker kelas.

"Eh-etto.. Gomennasai Harumi-chan, sepertinya aku tidak bisa ikut".
Jawabku seraya menunduk, merasa tidak enak karena menolak.

Sungguh, sebenarnya aku ingin ikut, namun seperti peraturan yang sudah turun temurun di keluarga ku, bahwasanya tidak boleh berkeliaran jika bukan karena pekerjaan.

Pekerjaan? Yap. Kalian tidak salah baca. Baiklah aku akan menjelaskan nya. Namaku adalah Ogayama Nioko.

Ogayama yang terkenal dalam 'dunia gelap', seperti terkenal dalam distributor pasar gelap, koneksi yang sangat besar, memiliki 1000 wajah -karena keterampilan menyamar serta memiliki segudang bakat- yang dimana dalam hal ini adalah untuk melakukan pekerjaan pembunuh bayaran -namun pekerjaan ini hanya diketahui oleh sebuah organisasi (lebih tepatnya diketahui oleh kepala organisasi) karena kami bekerja sama serta segelintir orang saja-.

Dalam keluargaku, ayah berperan dalam pengawasan setiap pekerjaan. Kakak tertua dan kakak kedua ku, Ogayama Ichiro dan Ogayama Jiro, terjun langsung dalam setiap pekerjaan, sedangkan aku Ogayama Nioko yang juga merupakan anak perempuan dan anak terakhir, berperan dalam pekerjaan sebagai pembunuh bayaran.

Sedangkan ibu hanyalah ibu rumah tangga.

Namun jangan salah, karena sedari kami bertiga masih kecil, ibu lah yang mengajari kami dalam berbagai bidang dan profesi, tak lupa juga ibu mengajari kami belajar dalam pelajaran sekolah.

Karena itulah, aku dan kedua kakak ku selalu mendapatkan peringkat pertama, dan juga menguasai berbagai bidang.

Sedangkan ayahku yang melatih kami terkait pekerjaan. Salah satunya adalah seni beladiri, dan juga melatih kami dengan berbagai senjata.

Tidak hanya senjata seperti pistol, pisau, panah atau pedang, ayah juga mengajari kami akan pentingnya barang disekitar.

Seperti contoh peniti, yang dapat menjadi pengganti dari kunci, lalu jarum, dimana merupakan benda yang sangat mudah dibawa dan disembunyikan, namun juga sangat mematikan disaat yang bersamaan apabila jarum tersebut dilumuri oleh racun.

Alasan tidak diperbolehkan nya kami berkeliaran kecuali untuk pekerjaan adalah tidak lain dan bukan untuk menutupi identitas. Walaupun kami dijuluki sebagai 1000 wajah, namun tidak ada salahnya untuk berwaspada bukan?

Dan karena kami memiliki kemampuan yang berbeda, ditakutkan apabila berada di dunia luar, tanpa sengaja malah menimbulkan kecurigaan atau bahkan kehebohan. Yah seperti waktu itu.

Aku yang saat itu masih kecil -sekitar kelas 1 sekolah dasar- dimana anak-anak seusiaku masih lah belum mengerti apa-apa. Namun aku sudah pandai memainkan pistol mainan yang berisi kelereng -yang biasanya ada pada stand saat festival- dan menembak tanpa kesalahan satu pun.

Alhasil bukan nya malah kagum, sang penjual malah menyipitkan mata menaruh curiga.

Juga aku yang menyadari akan bakat alamiku, dimana kecepatanku dan refleks ku yang berbeda dari orang lain -bahkan dari kakak-kakak ku-.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang