14. Latihan Berenang

216 19 0
                                    

"Kaki kamu!"

"Udah! Gini kan?" Diana melakukan apa yang Abisaka katakan. Tapi rasanya dia tidak bisa mempraktekkannya langsung. Kakinya seperti sangat kaku untuk bergerak bebas.

Abisaka hanya bisa bersabar untuk mengajari Diana. Berulang kali sampai Diana terbiasa dengan air di kolam ini.

"Aduh, udah kak! Aku capek!"

"Capek? Ini baru pemanasan! Katanya mau latihan."

"Iya tapi aku capek! Udah dulu, pakai itu aja. Bantuin aku naik!" Tunjuk Diana pada balon berbentuk burung flamboyan besar.

"Hah... Saya ambilkan!" Abisaka mengambilnya dan menariknya ke atas air.

"Bantu aku! Gimana cara naiknya?" Tanya Diana melihat balon besar didepannya.

"Tinggal naik!" Abisaka mendorong tubuh Diana baik ke atas.

Sepertinya Diana makan dengan baik dan benar. Abisaka sedikit kesulitan untuk membantu gadis yang sedang berusaha naik ke atas balon. Diana tersenyum senang setelah berhasil melakukannya tanpa masalah. Sekarang dia bisa menikmati air di kolam tanpa perlu berenang dan mengerakkan seluruh tubuhnya.

"Kamu tambah gendut!" Ejek Abisaka mendorong balon.

"Apa? Apa kakak bilang tadi? Ulangi!"

"Kamu tambah gendut!"

"Kakak tahu nggak apa yang nggak boleh dikatakan sama cowok? Bilang kalau cewek itu gendut! Aku nggak gendut ya, cuma tambah berat aja. Daripada aku kurus waktu awal-awal itu. Kakak nyebelin!" Diana memalingkankan wajahnya marah.

Siapa perempuan yang tidak marah jika diejek gendut? Dia memang sedikit bertambah berat badan. Diana juga merasakan kedua pipinya kian maju sampai Resvan sangat suka mencubit pipi dan hidungnya. Tapi tidak untuk dikatai gendut. Dia tidak gendut tapi gemoy.

"Pfttt... Kamu memang gendutan sekarang. Berat!" Ejek Abisaka senang melihat wajah marah Diana.

"Sana pergi aja! Kakak sebenarnya cuma mau ejek aku kan?" Diana mengambil air dan melemparkannya pada Abisaka.

"Gendut!"

"Kakak!" Diana melemparkan banyak air pada Abisaka berulang kali. Abisaka tidak akan tinggal diam, dia juga melakukan hal yang sama untuk membalas Diana.

Mereka terus bermain lempar air tanpa henti. Tidak ada yang mau kalah. Begitu juga Diana yang terus menerus melakukan tanpa kelelahan.

"Rasain ini dasar kakak angry bird!" Ejek Diana.

"Apa kamu bilang?"

"Kakak angry bird! Huuuu...."

"Sini kamu!" Abisaka berenang dan menarik kaki Diana.

"Kakak!"

Byurrr....

Diana menutup matanya sesaat tubuhnya masuk ke dalam air. Dia mencoba meraih apapun untuk digapai, dia tidak akan lagi mengganggu kakaknya kalau begini jadinya. Abisaka tersenyum dan menarik tubuh Diana ke atas permukaan air.

"Hah... Hah... Kakak!" Teriak Diana mengusap wajahnya.

"Kenapa?" Abisaka memiringkan wajahnya melihat bagaimana Diana kesulitan bernafas.

"Udahan aku nggak mau lagi diajari kakak! Mending sama Kak Enzo!"

"Buat apa sama dia kalau kamu masih punya kakak? Hmm?"

"Dia baik! Kakak nyebelin! Aku mau ke atas aja!" Pinta Diana.

Abisaka mengeratkan pelukannya pada Diana. Dia tersenyum melihat Diana yang kesulitan melepaskan diri darinya. Dia tidak mau gadis didepannya meminta bantuan laki-laki lain. Untuk apa?

"Kakak!"

"Jangan minta bantuan Enzo lagi! Kalau kamu butuh sesuatu bilang ke saya!"

"Ck... Lepas! Kakak sibuk kerja, Kak Resvan juga sibuk kuliah. Cuma Kak Enzo yang nggak! Kakak!"

"Buat apa sama dia? Saya juga bisa ajari kamu, kalau kamu ingin pergi, kamu bisa bilang ke saya. Kalau kamu mau makan, saya juga bisa beliin kamu. Saya kakak kamu, Diana.  Kamu harus ingat itu!" Abisaka menyentuh wajah Diana dan mengusap rambut yang menutupi wajahnya.

Diana mengerjapkan matanya, apa ini benar-benar kakak pertamanya? Kenapa rasanya sangat berbeda saat dia mengenal laki-laki ini dulu? Diana memalingkan wajahnya yang memerah. Dia harus segera kabur dari tempat ini. Dia merasa tidak yakin bisa menahan jantungnya yang berdebar hebat.

"Aku mau ke atas!"

"Jawab dulu! Bilang kalau kamu bakalan minta apapun ke saya bukan orang lain!"

"Iya, aku bilang ke kakak! Oke, jadi bawa aku ke sana. Aku nggak mau berenang!" Pinta Diana menatap Abisaka yang begitu dekat dengannya.

"Bagus, lain kali jangan minta sama orang lain terutama Enzo. Kamu paham?"

"Iya!"

Abisaka membawa Diana ke pinggir kolam. Dengan cepat Diana keluar dari dalam air dan berlari cepat masuk ke rumahnya. Dia tidak mau lagi berlatih renang dengan Abisaka. Tidak mau lagi! Abisaka terkekeh melihat wajah Diana. Dia merasa senang melihat gadis itu memunculkan banyak ekspresi wajah. Abisaka menjatuhkan dirinya masuk ke dalam dan menutup matanya rapat-rapat.

'Sudah aku bilang, kak! Aku nggak mau ikutin semua kemauan kakak! Aku ini bukan boneka kakak, aku ini juga manusia. Apa karena keluarga wanita ini yang minta ke kakak buat jodohin aku? Iya? Nggak! Aku nggak mau! Dengar ya cewek nggak tahu diri, aku tahu kelakuan kamu selama ini. Aku nggak pernah sudi anggap kamu jadi kakak ipar aku! Sampai matipun aku nggak akan sudi! Kamu cuma lihat kakakku dari kekayaannya aja! Ingat ini kak! Kalau kakak sampai berhubungan jauh dengan cewek ini, aku nggak akan diam aja. Lebih baik aku mati!"

"Maafin kakak, Diana!"

💗💗💗

"Dasar angry bird!"

Diana memeluk gulingnya berulang kali. Dia melihat wajah Abisaka disana dan memukulnya bertubi-tubi. Berulang kali sampai tangannya lelah sendiri. Dia masih sangat ingat bagaimana Abisaka tadi. Dia menutup wajahnya melihat wajah Abisaka yang begitu dekat dengannya.

"Hah... Kenapa ya bisa ganteng? Kak Resvan juga sih, tapi ini beda. Kak Abi, ganteng banget. Pasti banyak yang suka. Wajah aku juga lumayan kan? Emang anaknya mama nggak ada yang gagal! Tapi sumpah, nyebelin banget! Arghttt..."

"Ada apa nih? Kenapa teriak-teriak?" Tanya Resvan berada di ambang pintu.

"Kakak! Hah... Aku tadi latihan renang sama Kak Abi! Terus katanya tadi aku gendut! Masa aku gendut?" Diana melihat dirinya sendiri.

Apa dia perlu diet?

"Gendut dari mana? Kamu bukan gendut tapi imut! Coba lihat pipinya!" Resvan mendekati Diana dan mencubit pipi adiknya.

"Sakit!"

"Kamu nggak gendut! Dia cuma jahilin kamu aja. Gimana tadi latihannya?" Tanya Resvan merebahkan dirinya di kasur Diana.

"Aku belum bisa apa-apa. Kaki aku masih kaku! Terus capek banget sekarang. Pasti besok badan aku sakit-sakitan."

"Makanya olahraga! Kamu itu harus joging pagi biar kamu sehat."

"Joging? Besok kakak sibuk nggak? Ayo joging sama-sama!"

"Yakin?"

"Yakin! Ayo joging sama-sama, ya ya!" Diana menatap Resvan penuh harap.

Resvan terdiam sejenak, kenapa dia yang tidak yakin? Tapi apa boleh buat jika adik kecilnya yang meminta? Resvan mengangguk pertanda jawabannya. Lagipula dia juga tidak memiliki waktu lagi untuk bisa bermain bersama Diana. Jadi dia akan meluangkan waktunya.

💗💗💗

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang