"Jadi apa pelajaran hari ini?"
"Sekarang saya mau kamu gambar apa yang ada di dalam pikiran kamu!" Pinta Arjuna.
"Hmm? Dalam pikiran?" Diana terdiam melihat buku gambarnya.
Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak tahu harus menggambar apa.
"Seperti ini, saya sedang memikirkan pantai bersama ibu saya. Kami sering pergi kesana untuk melihat laut, pasir, dan matahari yang akan tenggelam. Kami bermain-main disana sampai sore hari. Seperti itu, mungkin kami bisa menggambar kenangan yang ada dipikiran kamu. Kenangan yang sulit kami lupakan! Pertama-tama tutup mata kamu dan ceritakan apa yang kamu lihat."
Diana menuruti perkataan Arjuna, menutup matanya dan melihat apa yang ada disana. Awalnya hanya kegelapan yang dia lihat tapi perlahan dia melihat hal lain. Sawah... Besar... Orang-orang sedang menanam padi, lalu sungai, seseorang yang sedang tersenyum padanya. Diana membuka matanya dan menggambar apa yang ada di pikirannya.
Sawah besar, sungai, orang-orang yang sedang menanam padi, dan seorang wanita memakai jilbab. Dia tersenyum lebar padanya. Diana ikut tersenyum saat membuatnya.
"Apa yang kamu gambar?" Tanya Arjuna mendekati Diana.
"Sawah, ada sungai besar..."
"Sawah?" Arjuna menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, sawahnya juga besar. Disini ada gunung-gunung juga, terus ada orang-orang yang baru nanam padi disini, juga ini... Ada perempuan disini!" Tunjuk Diana pada gambar seorang perempuan.
Arjuna tertegun sejenak, darimana asalnya kenangan ini? Bukankah Diana lahir dari anak orang kaya? Kenapa dia bisa mendapatkan gambaran ingatan seperti ini? Arjuna melihat kesana-kemari dan menatap gambaran Diana. Walau tidak bagus, tapi ini sangat jelas bagi Arjuna. Tidak mungkin dia melihatnya di TV atau video. Ini terlalu nyata. Apalagi wajah perempuan ini. Arjuna menatap Diana yang serius menggambar sampai detail kecil. Tidak mungkin.
Ini aneh.
Arjuna merasa aneh.
💗💗💗
"Apa?"
"Kata guru Mbak Diana, dia tidak bisa datang jadi anak laki-lakinya yang menggantikannya. Dia juga lulusan universitas terkenal di Jakarta juga sekarang jadi dosen di universitas Mas Resvan." Jelas Ryan.
"Kenapa kamu baru bilang sekarang?" Tanya Abisaka menatap sekretarisnya marah.
Kenapa dia juga baru tahu akan hal itu? Kenapa mama dan Diana tidak memberitahunya? Abisaka mengepalkan tangannya melihat Ryan yang terlihat ketakutan.
"Maaf pak! Saya juga baru tahu tadi." Ryan menunduk dalam.
"Hah... Baiklah. Sebagai gantinya kosongkan jadwal saya setelah ini."
"Apa? Tapi pak..."
"Ryan!"
"Baik!" Ryan meringis, apa boleh buat. Dia hanya sekretaris bukan bos yang bisa marah pada Abisaka.
"Saya juga punya tugas untuk kamu!"
💗💗💗
"Terima kasih, pak! Saya senang gambar banyak hal tadi!" Seru Diana mengantarkan kepergian Arjuna.
"Iya, ingat pesan saya tadi. Jika kamu ingat sesuatu coba gambar saja. Apapun itu! Besok saya akan lihat gambaran kamu, apa kamu juga sudah selesai dengan tugas membaca buku kamu?" Tanya Arjuna membuka pintu mobilnya.
"Tinggal setengah! Nanti saya habiskan!"
"Bagus! Besok saya datang siang, saya ada kelas besok pagi. Tidak apa-apa kan?" Tanya Arjuna.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIBI ( END )
RomanceDiana harus mengerti bahwa dirinya berada dalam keadaan yang berbeda, dia bukanlah anak kandung dari keluarganya. Jadi siapa dia sebenarnya? Siapa dia? Siapa keluarga sebenarnya? 💗💗💗