5. Makan Malam Ramaya

383 32 0
                                    

"Kak, itu siapa?" Tanya Diana pada seseorang yang sedang melihatnya.

Sejak dia datang, Diana merasa dia selalu memperhatikannya tanpa henti. Resvan melirik sebentar dan mengusap kepala adiknya pelan.

"Sepupu kita namanya Enzo. Dia anaknya kakak mama, Tante Kinanti disana." Tunjuk Resvan pada seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik seperti mamanya.

"Dia seumuran sama aku?" Tanya Diana ingin tahu.

"Dia seumuran sama kakak! Kamu takut sama dia?"

"Iya! Kenapa dia lihat kesini terus kak? Apa aku ada salah?"

"Nggak usah peduliin dia! Matanya memang mau di colok!" Resvan mengambil garpu dan menatap tajam Enzo yang masih mengamati mereka berdua.

Diana memalingkan wajahnya dan melihat keluarga lainnya. Dia hanya bisa ingat beberapa nama saja lainnya dia lupa-lupa ingat. Bagaimana bisa dia hafal tiap nama jika saudaranya saja sangat banyak seperti ini? Diana tersenyum canggung saat bertatapan dengan beberapa orang. Dia tidak tahu harus melakukan apa selain tersenyum pada mereka.

"Maaf, saya terlambat!" Seseorang duduk di samping Diana.

"Kamu pasti sibuk kerja lagi! Kenapa nggak suruh orang buat selesain, untung baru mau di mulai!" Roselia sempat akan marah jika Abisaka terlambat datang.

"Maaf ma! Banyak yang harus aku urus! Diana mana?" Tanya Abisaka melihat sekeliling.

"Didekat kamu itu! Masa adik sendiri nggak tahu!" Roselia menunjuk Diana di samping Abisaka.

Abisaka menoleh ke kanannya dan mendapati seseorang yang tengah menatapnya dengan mata berbinar. Diana tersenyum senang tahu kakaknya datang di acara makan malam ini. Dia pikir Abisaka akan tidak datang lagi seperti tadi.

"Kakak!"

Abisaka mengerjapkan matanya beberapa kali. Apakah ini Diana?

"Kakak! Kakak sakit ya? Kok ngelamun?" Diana menatap Abisaka yang terlihat gelagapan.

"Nggak!" Buru-buru Abisaka memasang wajah dinginnya lagi.

Kenapa dia sempat terpesona pada Diana tadi? Abisaka melirik Diana dan mendapati Resvan yang memicing kepadanya.

"Kenapa?" Tanya Resvan melindungi wajah Diana.

"Hah... Ma, kita mulai acaranya sekarang!" Bisik Abisaka pada mamanya.

Roselia menganggukkan kepalanya, mereka harus memulai acara makan malam hari ini. Dia bangkit dari tempat duduknya dan melakukan penyambutan untuk semua orang.

"Terima kasih kalian semua mau hadir di acara makan malam hari ini. Saya sangat senang kalian datang untuk melihat bagaimana putri kecil saya yang telah kembali pulang. Saya hanya ingin menyampaikan jika putri saya mengalami amnesia membuatnya kesulitan untuk mengingat kalian semua. Jadi saya harap kalian dapat membantu putri saya kembali seperti dulu lagi. Saya bersyukur atas doa kalian semua, putri saya baik-baik saja. Untuk itu saya ingin merayakan kehadiran kembali putri kecil kami, Diana. Selamat menikmati makan malam ini."

Diana tidak habis pikir, kenapa mereka harus datang dengan begitu formal malam ini? Apa hanya karena untuk menyambut dirinya? Diana tersenyum lebar, yang terpenting dia sudah tahu wajah-wajah saudaranya. Dia tidak akan ragu untuk menyapa mereka.

💗💗💗

Diana memainkan tangannya melihat orang-orang saling berbicara satu sama lain. Mereka begitu sibuk dengan dunia mereka sendiri tanpa menyadari kehadirannya di tengah-tengah mereka. Diana mundur perlahan dan mencari tempat yang cukup sepi. Makan malamnya berlangsung lancar tanpa seseorang yang berbicara keras. Diana sibuk belajar dari Resvan cara makan baik dan benar. Dia tidak begitu ingat rasa makanan tadi, rasanya semua makanan hanya lewat sebentar saja di perutnya.

Dia masih lapar. Tapi malu untuk mengatakannya pada semua orang. Apalagi tidak ada yang tidak sibuk malam ini. Abisaka sibuk berbincang dengan para omnya. Sedangkan mamanya sibuk dengan para tantenya. Resvan bermain dengan para sepupunya yang lain. Diana tersenyum kecil dan duduk di bangku kosong sendirian. Dia menatap langit malam dan mendapati banyaknya bintang di atas sana. Sangat banyak. Tapi hanya bulan yang sendirian saja di tengah-tengah mereka. Sama seperti malam ini.

"Boleh aku duduk?" Tanya seseorang sudah duduk lebih dulu tanpa Diana mengizinkannya.

"Kak Enzo? Duduk aja kak!"

"Kenapa disini sendirian? Nggak mau masuk ke dalam? Kita baru aja mau main bilyard." Enzo memperhatikan Diana yang masih menatap ke atas langit malam.

"Nggak bisa! Aku juga nggak tahu harus apa. Kakak kenapa disini? Bukannya katanya mau main bilyard?" Tanya Diana menatap Enzo.

"Tadi sih maunya gitu. Tapi lihat kamu disini, jadi aku kesini. Kamu benar-benar nggak ingat aku ya?" Tanya Enzo.

"Maaf ya kak! Aku nggak tahu!"

"Nggak apa-apa. Aku tahu kamu hilang ingatan pasti kamu juga lupa gimana waktu kita kecil dulu! Kamu sering main sama aku! Kamu juga sering nangis dan minta ini itu. Kamu lucu saat kecil dulu, sampai sekarang juga." Enzo tersenyum senang.

"Masa? Aku cengeng dulu?" Tanya Diana ingin tahu seperti apa hidupnya dulu sebelum lupa ingatan.

Apakah dulu dia cengeng? Enzo merapikan rambut Diana yang berterbangan dan menyelipkannya ke telinga gadis disampingnya.

"Iya. Tapi mungkin sekarang nggak. Kamu lebih kuat daripada dulu!"

"Gitu. Hmm... Aku nggak tahu harus apa, aku bingung. Mungkin aku juga nggak sekuat itu. Tapi aku cuma coba buat kuat."

Walau hatinya begitu rapuh dikelilingi oleh mereka. Diana menarik nafasnya dan melihat Enzo yang sedang tadi menatapnya. Sejak di meja makan, dia tahu ada sesuatu yang ingin Enzo katakan padanya. Entah apa itu.

"Kakak mau omong sesuatu sama aku?" Tanya Diana.

"Nggak! Aku cuma mau lihat kamu! Besok, kamu ada acara?" Tanya Enzo menyilangkan kakinya.

"Besok? Besok sore ada!"

"Mau jalan-jalan sama aku? Aku mau antar kamu keliling kota. Mau? Besok pagi aku jemput!"

"Tapi..."

"Nanti aku yang bilang sama Tante Roselia. Kamu siap-siap aja besok. Pasti kamu bosan disini. Gimana?" Tawar Enzo.

Diana menggaruk dagunya dan melihat sekeliling. Keluarganya sibuk berbicara dengan orang-orang. Diana menganggukkan kepalanya, mungkin tidak apa-apa pergi dengan sepupunya yang ini. Enzo juga bukan seperti orang jahat. Dia juga ingin berkeliling bukan hanya di daerah ini saja. Jadi tidak masalah untuk pergi besok, toh semua orang juga sibuk. Hanya dirinya yang tidak memiliki kegiatan apapun.

"Boleh kak!"

Enzo tersenyum puas, dia menutup mulutnya melihat bagaimana Diana sangat bersemangat untuk pergi dengannya besok. Dia tidak sabar sampai rasanya dia ingin segera membawa Diana pergi.

Abisaka menatap dua orang yang sedang berbicara disana. Dia memperhatikan Diana yang tersenyum pada salah satu sepupunya. Dia sangat ingin tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Kenapa Diana harus tersenyum selebar itu? Apa yang membuatnya begitu senang? Apa? Abisaka meminum minumannya cepat dan menatap nyalang ke arah Resvan yang sibuk bermain. Harusnya dia menjaga Diana bukannya pergi bermain.

"Resvan!"

💗💗💗

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang