28. Obat

191 19 0
                                    

"Pakai ini!"

"Makasih mas!" Aliya menerima obat salep dari Abisaka.

Abisaka memalingkankan wajahnya dan memilih melihat ke arah jalanan. Dia tahu Aliya butuh waktu untuk mengobati lukanya sendiri. Dia tidak mungkin bisa membantunya. Abisaka tahu batasannya.

"Apakah sakit?" Tanya Abisaka.

"Hmm... Ini bukan luka bakar mas! Jadi nggak sakit."

"Maaf untuk Clara! Dia memang seenaknya!"

"Ini bukan salah Mas Abi! Kenapa harus minta maaf? Saya baik-baik saja, juga nggak ada yang perlu dimaafkan. Tadi mungkin Mbak Clara nggak sengaja!"

"Saya kenal Clara, sejak dulu dia memang seperti itu. Sejak saya kuliah, dia sudah meminta pertunangan dengan saya. Walau saya menolak, dia jutsru minta ke ayahnya. Mama saya nggak bisa nolak karena mama juga berteman baik dengan keluarganya. Saya nggak bisa nolak permintaan mama saya. Tapi malah Clara semakin menjadi-jadi." Abisaka masih ingat semuanya.

Begitu jelas dalam benak Abisaka bagaimana sifat dan sikap Clara selama ini. Abisaka hanya bertahan saja walau batinnya begitu tersiksa.

"Apa ini ada hubungannya dengan Diana?" Tanya Aliya menutup lengan bajunya.

"Kamu tahu kenapa Diana bisa pergi dan mengalami kecelakaan waktu itu?" Tanya Abisaka.

"Apa?"

"Saat itu tiba-tiba Clara datang ke kantor saya, dia bilang untuk segera menjodohkan Diana dengan salah satu temannya. Saya menolak tapi Clara tetap mau untuk menjodohkan mereka berdua. Tepat di hari itu, Diana mengunjungi saya di kantor. Dia dengar semuanya. Sebelum saya jelaskan pada Diana, dia buru-buru pergi. Dia marah pada saya!" Abisaka tersenyum miris.

Dia terlalu salah saat itu! Harusnya dia menjelaskan langsung kepada adiknya bukannya menunda-nunda.

"Beberapa jam setelahnya, saya dengar kabar tentang kecelakaan Diana dan bis. Mobil Diana masuk jurang dan dia meninggal dunia di rumah sakit. Semua orang terpukul, Al! Terutama mama. Saya orang yang paling merasa bersalah atas kematian adik saya. Saya orangnya! Saya buat dia pergi! Hiskkk... Andai saja saya jelaskan semuanya pada dia. Dia nggak akan pergi kabur, Al! Ini salah saya! Saya buat adik saya sendiri meninggal dunia!"

"Mas!"

"Saya salah Al! Saya yang salah!"

Aliya menarik tubuh Abisaka dan dipeluknya begitu erat. Dia paham akan rada sakit Abisaka, tapi tidak untuk menyalahkan dirinya sendiri.

"Semuanya sudah takdir mas! Sebagai manusia, kita nggak bisa rubah takdir yang ada. Kematian kita sudah diatur sama Allah! Kita nggak mungkin bisa rubah semua itu. Jangan salahin diri sendiri, mas! Diana pasti tahu kalau kamu nggak lakuin hal itu. Diana pasti paham mas!" Aliya mengusap punggung Abisaka.

"Hiskkk..."

"Mas Abi, serahin semuanya sama Allah!"

💗💗💗

"Udah pulang? Kenapa cepat?" Tanya Roselia melihat Abisaka dan Aliya.

"Kita pulang cepat ma!" Jawab Aliya melirik Abisaka yang wajahnya begitu sembab.

Pasti berat menjadi Abisaka yang menjadi tumpuan keluarga ini dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Aliya tersenyum dan memeluk Roselia erat. Suatu saat nanti pasti Roselia juga akan menerima kematian Diana. Tinggal menunggu waktu saja.

"Kamu pasti capek di pesta tadi! Kalian udah makan?" Tanya Roselia.

"Belum! Biar aku aja yang masak! Mas Abi mau makan apa?" Tanya Aliya pada Abisaka.

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang