35. Serius

161 18 0
                                    

"Mas?"

"Hai!"

Aliya tidak yakin jika hari ini Abisaka akan datang ke rumahnya bersama keluarganya. Tapi sekarang, mereka ada didepan rumahnya! Abisaka tersenyum lebar dengan Roselia dan Resvan yang ikut tersenyum.

"Ada apa nduk? Ehh... Pak Abisaka? Bu Roselia? Silahkan masuk pak, Bu!" Halimah menyilahkan mereka semua masuk.

Sedangkan Aliya berjalan begitu kaku ke kursi kayu rumahnya. Apakah Abisaka benar-benar akan melamarnya?

"Ada Pak Abisaka? Bu Roselia! Mas! Maaf, ini ada apa ya kalau boleh tahu? Apa kalian mau ambil uang 500 juta? Tapi maaf sebelumnya! Kami belum punya uang sebanyak itu! Saya mohon maaf sebesar-besarnya!" Nurkholis tersenyum canggung pada mereka.

"Sebelumnya saya minta maaf soal uang 500 juta itu! Itu kesalahan putra saya ini! Kami sudah tidak mempersalahkannya lagi! Kami membantu hanya murni untuk menolong jadi bapak atau ibu nggak usah mikirin uang 500 juta itu lagi. Terutama kamu sayang!" Roselia melihat Aliya yang diam kaku.

"Saya terima kasih kalau ibu sudah tidak memikirkan uang 500 juta itu lagi. Saya benar-benar berterima kasih atas kemurahan dan pertolongan keluarga ibu. Kami tidak bisa balas semuanya, biar Allah yang balas semua kebaikan keluarga ibu!" Nurkholis tersenyum senang tahu keluarganya tidak terlilit hutang yang begitu banyak itu.

Annisa datang dan meletakan makanan dan minuman di meja. Hanya makanan desa yang bisa mereka sajikan. Aliya meneguk ludahnya, harusnya dia menyiapkan makanan tadi. Kenapa dia tidak paham jika Abisaka itu nekat?

"Kedatangan kami kemari sebenarnya ada maksud lain pak, Bu!" Roselia tersenyum melihat wajah Aliya.

"Ada apa ya Bu Roselia?" Tanya Halimah.

"Saya ingin melamar putri sulung bapak, ibu, untuk jadi istri saya!" Abisaka tersenyum puas melihat wajah mereka semua.

Deggg...

Semua orang terdiam di tempat mereka masing-masing. Apakah mereka tidak salah dengar? Abisaka melamar Aliya? Hari ini? Resvan menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak tertawa melihat wajah pucat Aliya.

"Melamar?"

"Iya! Jujur saja saya jatuh cinta dengan putri bapak. Dia wanita yang sangat ingin saya nikahi. Maka dari itu sebelum orang lain melamar putri bapak, saya datang kemari lebih dulu.  Maaf, kalau kedatangan saya mendadak seperti ini. Tapi saya tidak bisa menahan perasaan saya lagi! Saya harap bapak ibu mau merestui kami!"

"Hah?" Halimah dan Nurkholis saling pandang.

Mereka tidak tahu harus menjawab bagaimana ditambah mereka hanya menyediakan makanan seadanya.

"Ini beneran Pak?" Tanya Nurkholis pada Abisaka.

"Benar, pak, Bu, saya juga sangat ingin punya mantu seperti Aliya! Kalau bisa sih saya maunya mereka nikah secepatnya!" Roselia ingin mereka menikah bulan ini jika bisa.

"Iya! Saya juga senang kalau punya adik... Maksudnya kakak ipar seperti Aliya!" Tambah Resvan.

Aliya kian bergemuruh isi hatinya, apa yang harus dia lakukan?

"Kalau ini terserah sama kamu Al! Abi serahin semua keputusannya sama kamu! Pak Abisaka punya niat baik, tapi kamu yang jalanin semuanya. Tapi sebelumnya maaf pak, Bu kalau kami beri jamuan seadaanya seperti ini. Kalau tahu kalian datang buat lamar Aliya, kami pasti sediain lebih baik dari ini! Sekali lagi saya mohon maaf!" Nurkholis memainkan tangannya gugup.

Keluarga Ramaya dari keluarga yang berada berbeda dengan mereka yang bisa makan apa saja. Halimah mengusap lembut punggung putrinya, dia hanya ingin yang terbaik untuk Aliya. Apapun keputusannya, Halimah akan mendukungnya.

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang