2. Ingin Pulang

687 48 0
                                    

Diana tersenyum melihat wajahnya yang tidak sepucat saat dia bangun dulu. Rasanya dia akan baik-baik saja sekarang untuk pulang ke rumah. Tapi baik dokter atau keluarganya masih memintanya untuk tetap di rumah sakit sementara waktu. Diana menghela nafas panjang, kapan dia bisa pulang ke rumah?

"Kakak datang! Gimana kabar adik kakak ini?" Resvan datang membawa banyak makanan.

"Baik! Kita kapan pulang kak! Ini udah seminggu lho!"

"Kamu harus nurut, mungkin dua hari lagi! Kenapa? Kamu bosan disini! Padahal ada kakak lho sama mama!" Resvan mengambil makanan dan membukanya untuk Diana.

"Tapi aku pengen lihat di luar ada apa. Aku cuma disini aja. Kak Abi juga nggak pernah datang! Kak Abisaka sibuk banget ya kak?" Tanya Diana ingin tahu.

"Jangan urus orang itu! Dia emang gila kerja! Coba ini, tapi jangan bilang-bilang dokter atau suster. Nanti kakak yang kena!" Bisik Resvan memberikan satu snack pada adiknya.

"Emang kenapa?" Diana tersenyum senang memakan snack dari kakak keduanya.

Hanya Resvan yang bisa memberi makanan seperti ini untuknya. Sebenarnya dia tidak masalah dengan makanan rumah sakit tapi dia sangat bosan memakan itu itu saja. Mamanya juga melarang memakan banyak hal seperti ini. Diana mana mau memakan buah setiap hari. Dia juga ingin makan seperti di televisi. Dia juga ingin memakan pizza, burger, dan semacamnya saat keluar dari rumah sakit nanti. Dia harus mencoba banyak hal bersama Resvan!!

"Jadi kamu mau kakak dimarahi semua orang? Iya?"

"Pfttt... Jadi kakak takut ya? Aman! Kan hanya Diana yang tahu!"

"Makanya kamu diam aja!"

"Iya-iya!" Diana menganggukkan kepalanya paham bahwa bagaimanapun ini bukan makanan yang pantas untuk pasien rumah sakit.

Brukkk...

"Resvan!"

Diana dan Resvan saling pandang, mereka menatap seseorang yang baru saja datang dengan wajah begitu merah padam. Dua orang menelan ludah dan menyembunyikan apa yang ada ditangan mereka secepat mungkin.

"Kak Abi?" Diana tersenyum lebar sampai giginya nampak jelas.

"Sudah aku bilang! Jangan bawa makanan sembarangan! Kata Ryan, kamu bawa makanan dari luar. Mana?" Pinta Abisaka pada adiknya.

"Itu... Itu..."

"Kak! Aku yang bilang ke Kak Resvan! Aku yang mau!" Diana menunjukkan makanan di tangannya.

Dia harus melindungi Resvan yang sangat baik kepadanya.

"Ck! Apa saya minta kamu buat makan makanan ini? Hah?" Tanya Abisaka merebut makanan dari tangan Diana.

"Maaf!"

"Dan kamu! Bawa itu keluar, jangan pernah bawa makanan seperti ini lagi Resvan! Diana masih perlu perawatan ekstra!" Abisaka menatap marah Resvan.

"Kak, jangan marah sama Kak Resvan. Aku yang salah! Aku yang minta, aku mau makan yang ada di tv. Maaf ya kak! Aku nggak akan makan lagi! Aku janji!" Diana melirik Resvan yang terlihat ketakutan.

"Hah... Keluar dan bawa semuanya!" Teriak Abisaka.

Resvan mengangguk patuh dan membawa kembali apa yang dia bawa. Dia mana berani melawan kakak pertamanya yang siap memakannya hidup-hidup seperti harimau kelaparan? Resvan juga tidak mau menambah masalah dan hukuman. Ini semua salah Ryan!

"Hah! Mana orang itu?" Resvan menggeram marah.

Abisaka duduk di tempat dan mengambil kedua tangan Diana yang penuh dengan bumbu berwarna kekuningan. Dia menghela nafas dan mengambil tisu basah membersihkan tangan Diana pelan.

"Lain kali jangan makan lagi! Kamu masih perlu perawatan, setelah kamu sembuh 100%, kamu bisa makan makanan seperti itu lagi! Kamu paham?" Abisaka melirik Diana dan kembali fokus pada tangannya.

"Iya! Maaf kak! Aku nggak bisa nahan, aku juga bosan makanan rumah sakit. Sebenarnya kapan aku bisa pulang ke rumah?"

"Besok!"

"Besok? Kakak serius?" Tanya Diana dengan mata berbinar.

"Iya! Besok kamu sudah bisa pulang!"

"Yess! Pasti Kak Abi kesini mau temenin aku kan? Besok kan udah pulang! Iya kan?"

"Ada mama nanti! Saya cuma sebentar disini!" Abisaka menyelesaikan membersihkan tangan Diana.

"Hah... Kakak pasti sibuk kerja. Kakak nggak mau nemenin aku?" Tanya Diana.

"Maaf, saya harus kerja lagi! Tapi besok saya akan antar kamu pulang! Saya harus urus banyak hal jadi jangan memikirkan hal lain." Abisaka menepuk kepala Diana pelan.

Diana tersenyum kecil, kakaknya pasti harus mengurus ini itu. Dia tidak boleh mengeluh karena Abisaka juta tidak terlihat baik-baik saja dengan wajah kusutnya hari ini. Padahal ini baru siang hari. Apa dia bekerja keras di pagi yang cerah ini? Pasti begitu.

"Iya! Tapi kakak harus antar aku besok!"

"Hmm..." Abisaka mengangguk kecil.

"Okey! Tapi kakak nunggu disini ya? Mama belum datang, Kak Resvan juga baru kakak usir keluar. Kakak jagain aku disini sebentar aja ya? Aku mau tidur!" Pinta Diana sudah memposisikan dirinya.

"Cepat tidur! Saya tunggu kamu disini!" Abisaka menyilangkan kakinya dan menatap Diana yang sudah menutup matanya.

Diana tersenyum mendengarnya, dia tidak akan memikirkannya lagi bahwa kakaknya tidak menyukainya. Abisaka disini, datang, dan menunggunya. Diana cukup puas akan hal itu. Selama seminggu ini dia hanya berpikir bahwa Abisaka memang tidak suka padanya. Walau mereka saudara tapi bisa saja tidak memiliki hubungan baik. Tapi semuanya telah musnah dari pikirannya. Abisaka tidak membencinya.

💗💗💗

"Oh... Jadi kamu yang bilang ke Abisaka?" Tanya Resvan menatap marah pada Ryan.

Jika bukan karena Ryan yang banyak bicara dia tidak mungkin ketahuan oleh kakaknya. Dia tidak akan mendapatkan amarah dari Abisaka dan Diana masih bisa memakan makanan yang dia bawa. Resvan menggulung lengan bajunya dan siap memberi pelajaran pada sekretaris kakaknya ini.

"Ampun! Bukan saya yang bilang!"

"Terus siapa? Atau jangan-jangan kamu sama Kak Abi kirim orang buat buntutin aku kan? Hah? Jawab!" Resvan menarik krah baju Ryan.

Dia sudah tidak tahan untuk memukul wajah anak buah Abisaka yang kelewat ikut campur.

"Maaf, Mas Resvan! Saya benar-benar nggak maksud tapi memang orang suruhan saya yang bilang langsung ke Pak Abi!"

"Cepat tarik kembali orang nggak guna itu! Kalau kamu masih masih kirim orang lagi, aku pastikan besok hari terakhir kamu bekerja di Perusahaan Ramaya!" Peringat Resvan.

"Iya mas! Maaf!"

Resvan melepaskan Ryan begitu saja, dia heran dengan Abisaka yang mengawasinya setelah Diana mengalami kecelakaan. Apa kakaknya khawatir padanya? Tidak mungkin. Resvan tahu betul tabiat Abisaka yang tidak peduli sama sekali dengannya dan Diana dulu. Tapi apa-apaan sekarang? Apa mata Abisaka terbuka setelah Diana kecelakaan?

"Hah... Aku nggak butuh pengawasan! Tarik lagi orang-orang yang kalian bayar! Aku bukan lagi anak kecil, Abi juga nggak perlu sok peduli padaku atau Diana. Kamu tahu kenapa?" Tanya Resvan menatap sengit Ryan.

"Ke-napa?"

"Karena dalam hidup Abisaka hanya ada mama! Bukan adik-adiknya! Kamu harusnya tahu kenapa Diana bisa mengalami kecelakaan hebat hari itu. Kamu juga disana kan?"

Ryan meneguk ludahnya susah payah. Dia tahu dan paham apa yang terjadi hari itu. Alasan kenapa Diana bisa pergi dan mengalami kecelakaan itu. Dia tahu! Sangat tahu!

💗💗💗

Salam ThunderCalp!🤗

Bagaimana cerita ini menurut kalian?

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang