18. Masakan Kamu

170 20 0
                                    

"Kak! Ini yakin makan sebanyak itu?" Tanya Diana pada Resvan yang menumpuk makanannya menjadi gunung besar.

Dia heran kenapa Resvan tiba-tiba datang langsung pergi ke dapur untuk makan. Apakah kakaknya selapar itu? Mungkin iya karena Resvan memakan makanannya begitu lahap tanpa melihat bahwa dia mamanya sedang melihat tingkahnya.

"Kayaknya kakak kamu suka tuh masakan buatan kamu!" Bisik Roselia.

"Iya tapi itu yakin bakalan habis?" Tanya Diana.

"Habis itu! Mama udah kenyang, nggak bagus kalau makan banyak-banyak. Nanti kalau Abisaka pulang tolong buatin kopi! Budhe Siti mama suruh pijetin mama di atas!"

"Iya!" Diana mengangguk dan mendekati Resvan yang asik memakan ayam.

"Kakak suka banget ya?" Tanya Diana melihat Resvan yang sudah hampir habis.

"Heeekkk... Hah? Suka! Kakak habis ujian tadi, makasih ya makan siang tadi! Tahu aja kalau kakak jarang makan di kampus!"

"Kenapa jarang makan?" Tanya Diana ingin tahu.

"Sibuk! Banyak tugas terus ujian. Jadi nggak ada waktu buat makan."

Diana diam melihat Resvan yang begitu lahap makan. Pantas saja kakaknya yang ini kurus walau tinggi. Diana jadi tidak tega melihat kakak keduanya yang begitu kelaparan seperti ini. Diana tersenyum dan menatap Resvan, jika Resvan tidak memiliki waktu. Diana akan mengingatkannya!

"Besok aku buatin bekal mau?" Tawar Diana.

"Hah? Beneran?"

"Iya! Besok aku kirim lagi ya lewat ojek online! Kakak cuma perlu tunggu kayak tadi aja. Gimana?" Tanya Diana.

"Boleh, tapi kamu yakin? Nanti kakak malah repotin kamu lagi!"

"Nggak lah! Demi kakakku yang sibuk mau jadi Dokter Gigi ini, aku bakalan buatin makanan enak buat kakak! Kakak cuma perlu bilang mau makan apa, besok aku bisa bikin. Kalau nggak tahu nanti bisalah belajar lewat video."

"Kalau kamu bisa, aku sih mau-mau aja! Aku terserah kamu aja, aku nggak akan nolak makan apapun dari kamu! Pasti enak!"

"Ohhh... Kalau batu mau?"

"Kamu tega sama kakak!"

"Hahaha... Ya tadi bilangnya nggak nolak makanan apapun! Jadi kalau batu mau?"

"Terus gigi kakak lubang-lubang? Kakak itu calon Dokter Gigi masa giginya jelek?"

"Besok deh aku mikir mau masak apa!"

Diana menahan tawa memikirkan bagaimana Resvan menjadi Dokter Gigi dengan gigi berlubang. Pasti pasiennya langsung pergi entah kenapa. Diana menggelengkan kepalanya dan melihat seseorang yang datang.

"Kak Abi!"

"Kenapa disini?" Tanya Abisaka melepaskan jasnya.

"Tadi Kak Resvan makan! Kak Abi mau kopi? Aku buatin ya, mau makan juga nggak? Gudeg sama semurnya masih ada. Aku bawa kesini ya? Sebentar!" Diana berlari menuju dapur dan menyiapkan makanan untuk Abisaka.

"Heekkk... Nggak pulang cepat lagi kayak kemarin?" Tanya Resvan melihat Abisaka dari atas ke bawah.

"Banyak tugas di kantor! Gimana kuliah kamu?" Tanya Abisaka melonggarkan dasinya dan duduk di meja makan.

"Gitu aja! Mau kayak gimana? Aku cuma Dokter Gigi bukan dokter lain. Hah... Lama-lama aku betah di rumah kalau kayak gini!" Resvan mengusap perutnya yang membesar.

Abisaka menaikkan sebelah alisnya melihat piring kosong Resvan. Apakah Resvan sudah makan lebih dulu? Dia melirik ke arah dapur dan mendapatkan Diana yang membawa kopi kepadanya.

"Ini kopinya. Kakak mau langsung makan atau nanti?" Tanya Diana.

"Makan!"

"Oke!" Diana pergi lagi ke dapur.

Abisaka meminum kopinya pelan dan berhenti saat merasakan sensasi aneh di mulutnya. Ini tidak seperti kopi yang bisa dia minum. Ini berbeda dan lagi-lagi Abisaka menyukainya.

"Enak ya pulang-pulang dibuatin kopi! Kayak istri aja!"

"Uhukkk... Apa kamu bilang?" Abisaka mengusap mulutnya.

"Mau sampai kapan kayak gini?" Tanya Resvan serius.

"Apa maksud kamu?"

"Lama-lama dia bakalan ingat semuanya. Apa kamu bakalan terus diam kayak gini seakan nggak tahu apa-apa? Ingatannya bakalan datang cepat atau lambat kayak sekarang. Dia buat makanan kayak gini, aku juga lihat banyak gambar di kamarnya, harusnya kamu juga lihat itu. Kalau sampai dia tahu sebelum kami beritahu, dia pasti bakalan marah besar. Kamu yang buat dia kesini, kamu juga harus selesain ini. Dia juga punya keluarga!" Resvan mengambil piringannya.

"Itu urusan aku! Kamu nggak perlu ikut campur!"

"Memang! Karena semua hal kamu yang kendalikan! Aku cuma mau bilang sebagai adik kamu, sebelum terlalu jauh, bilang ke Diana. Bahwa dia bukan Diana tapi Aliya!" Resvan pergi meninggalkan Abisaka sendirian.

Abisaka menatap kopi ditangannya lamat-lamat. Ini bukan untuknya saja tapi untuk mamanya. Abisaka mencengkram cangkir kopinya. Apakah keputusannya ini tepat?

"Ini dia makanan buat Kak Abi! Tadi gimana kak? Apa kakak suka masakan aku? Kak Ryan juga gimana? Habis nggak?" Tanya Diana bertubi-tubi.

"Habis! Masakan kamu enak kata Ryan. Terima kasih ya!"

"Sama-sama, cepat makan Kak! Aku tungguin!" Diana tersenyum melihat Abisaka.

Abisaka hanya diam melihat bagaimana Diana tersenyum padanya. Bagaimana jika Diana tahu semuanya? Bagaimana jika kebohongan ini terbongkar? Apa gadis didepannya akan memaafkannya?

💗💗💗

"Mbak! Setelah lulus SMA nanti, aku mau kerja biar bisa bantu Abi sama Umi!"

"Nggak dek, kamu kuliah aja ya! Mbak bisa kok kerja sama sekolahin kamu. Mbak nggak mau kamu cuma lulusan SMA kayak mbak. Setidaknya kamu harus kuliah! Soal biaya tenang aja, mbak yang akan usahain!"

"Biaya kuliah itu mahal mbak!"

"Sekali kita berusaha, pasti Allah kasih jalan sama kita. Kamu belajar yang rajin aja. Doain mbak supaya kerjaan mbak lancar!"

"Aamiin!"

Annisa tersenyum dan memeluk kakaknya begitu erat. Sepasang suami istri datang melihat mereka yang begitu dekat.

"Lagi omongin apa ini?" Tanya Abi duduk didekat kedua putrinya.

"Rahasia!" Annisa menutup mulutnya.

"Kok main rahasia-rahasiaan sih? Umi bawa ini nih, singkong rebus sama pisang rebus. Aliya, tolong ambil minum di dalam! Umi udah buat teh tadi!" Umi melihat ke atas seorang perempuan.

Perempuan itu berbalik dan menatap Uminya tersenyum.

"Hah... Hah... Siapa! Itu siapa?" Diana terbangun dengan nafas begitu terengah-engah.

Dia mengambil minum di meja dan meminumnya cepat. Mimpi apa itu? Kenapa ada orang-orang yang sama datang ke mimpinya?! Kenapa? Diana menyentuh wajahnya sendiri dan menatap cermin besar. Bukankah itu wajahnya?

"Kenapa wajah kami sama? Siapa tadi itu? Siapa dia?"

Diana menunduk dalam, sebenarnya apa yang terjadi?

💗💗💗

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang