8. Taman Bersama

295 23 0
                                    

"Terus aku lihat banyak burung. Ada kupu-kupu juga, Kak Enzo foto aku banyak banget! Nanti tolong minta foto aku ya kak! Aku mau lihatin ke mama! Soalnya aku belum punya nomernya Kak Enzo." Diana duduk di ayunan.

Kenapa dia bisa lupa meminta nomer Enzo? Harusnya sebelum pulang tadi dia meminta nomer kakak sepupunya itu. Sayangnya dia lupa. Resvan menarik ayunan Diana ke belakang dan melepaskannya sampai adiknya berayun-ayun. Dia juga ingin melihat bagaimana senangnya Diana di kebun binatang. Resvan harus meminta semua foto Diana.

"Nanti kakak minta!"

"Wahhh... Lagi tarik!" Pinta Diana.

"Tapi ini harusnya dipakai anak kecil!" Resvan menarik lagi ayunan Diana.

"Aku masih kecil!"

"Kamu udah 19 tahun! Dimana kecilnya?" Resvan melepaskan lagi sampai adiknya kegirangan.

Padahal ini hanya taman biasa, tapi adiknya tertawa keras sampai orang-orang melihat ke arah mereka. Apakah adiknya begitu senang? Resvan tersenyum melihatnya, senang tahu Diana tertawa seperti ini. Itu lebih baik daripada melihatnya murung. Jika bukan karena kuliah, Resvan juga ingin pergi bersama Diana. Mungkin kebun binatang lagi. Sepertinya adiknya sangat suka pergi ke tempat para hewan dikurung itu.

"Kakak! Mau balon!" Teriak Diana menunjuk balon-balon berbentuk aneka ragam hewan.

"Balon?" Resvan mengikuti langkah Diana yang begitu cepat.

"Pak! Mau balon ini!" Tunjuk Diana pada sebuah bentuk binatang.

"Lumba-lumba? Yang ini?" Penjual balon mengambil balon lumba-lumba biru pada Diana.

"Berapa pak?" Tanya Resvan mengeluarkan dompetnya.

"20 ribu aja! Pacarnya pasti suka itu!" Tunjuk penjual balon pada Diana yang berlarian membawa balon.

Resvan mengeluarkan uang 20.000 dan melihat Diana yang asik bermain balon. Dia tersenyum dan mengangguk pada penjual balon.

"Lagi suka-sukanya sama balon! Ini buat bapak aja, kembaliannya ambil aja!" Resvan mengambil uang 50.000.

"Beneran mas?" Tanya penjual.

"Beneran! Makasih ya pak!" Resvan menghampiri Diana dengan senyuman lebar diwajahnya.

"Kak! Lihat, ini namanya lumba-lumba. Tadi di kebun binatang aku belum lihat hewan ini. Ada ya nggak ya? Jadi mau lihat akuarium sama lumba-lumba." Diana memeluk balonnya sayang.

"Mau lihat lagi?"

"Iya!"

"Besok mau?" Tawar Resvan menarik tangan Diana.

"Mau! Tapi... Nanti Kak Abi marah, aku ketahuan kesana terus dia bilang kalau mau pergi ke kebun binatang lagi harus sama dia. Tapi kan aku nggak bisa bebas disana. Kak Abi itu suka banyak atur!"

"Iya sih! Sama kakak aja, aku juga kakak kamu jadi semuanya aman terkendali. Tapi lain kali jangan sama Enzo!"

"Kenapa Kak Enzo baik!" Bela Diana.

"Baik sih, cuma mending kamu sama kakak aja! Mau pulang? Ini mau magrib, pasti mama cariin kita berdua."

"Oke, ayo pulang! Aku mau pamer ini sama mama!" Diana menunjukan deretan giginya.

Resvan menahan tawa melihat bagaimana lucunya Diana yang senang hanya karena sebuah balon. Apakah dia perlu membeli banyak balon bernuansa lautan? Dia akan meminta seseorang membeli nanti. Pasti Diana akan sangat senang.

"Besok kakak nggak kuliah?"

"Kuliah sih!"

"Gimana kalau kita perginya pas kakak libur aja? Hari ini kan udah, aku juga mau di rumah besok. Kata Kak Abi, aku bakalan dapat guru."

ALIBI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang