Bab VIII : Tumpangan

307 50 8
                                    

Jihyo lantas melepaskan diri dari Jungkook, setelah Bitna dan kawannya pergi begitu saja--meninggalkan mereka yang menjadi pusat perhatian. Tatapan tajam begitu tersorot di mata bulat Jihyo ke Jungkook yang hanya tersenyum tipis.
 
“Omong kosong macam apa yang kau katakan? Dasar gila!” umpat Jihyo yang kesal.
 
Hyena yang berada tidak jauh, sontak mendekat ke arah Jihyo dan Jungkook setelah mendengar perkataan Jihyo. Hyena lantas menarik Jihyo sembari tersenyum canggung pada Jungkook yang kini di belakangnya terdapat Ryu, Alexio, Jimmy dan Jay.
 
“Hehe, kami akan ke kelas. Terima kasih sudah membantu dan jangan dengarkan apa yang Jihyo katakan,” ucap Hyena yang kemudian bergegas begitu saja. Airin juga ikut melenggang bersama dengan dua seniornya karena takut dan mendadak tidak berselera lagi untuk menuntaskan hasrat di kantin.
 
Jungkook tidak menanggapi. Hanya tersenyum miring dengan amatan fokus pada Jihyo yang membalas tatapannya dengan nyalang--ingin memangsa. Jimmy yang melihat tingkah aneh Jungkook lantas bersedekap. “Apa ini, Jung? Kau membantunya dan meng-klaim gadis itu sebagai gadismu? Apa kau mabuk?” tanya Jimmy langsung. Malas berbasa-basi dan menjadi perwakilan dari yang lain.
 
Alhasil, Jungkook menoleh ke arah teman-temannya. Kali ini, tatapan dingin seperti biasanya. “Aku tidak mabuk. Dia memang gadisku, lebih tepatnya mainanku,” balasnya sederhana.
 
Ampuh membuat yang lainnya terkejut. Pasalnya, Jungkook tipikal enggan untuk berurusan dengan para gadis. Akan tetapi, kali ini?
 
Ryu pun menatap Jungkook dengan serius. “Jung, kau tidak bisa melakukan sesuka hatimu jika mengenai seorang gadis. Bukankah kau sendiri yang mengatakannya, tidak akan mempermainkan seorang gadis sampai ke tahap yang serius,” ucap Ryu. Semua orang tentu mengingat hal itu.
 
Walaupun mereka geng motor yang sering tawuran dan brandalan, mereka tidak pernah sampai ketahap mempermainkan perempuan. Ya, hanya sekadar kala Jimmy hendak menuangkan cokelat panas waktu itu karena memberikan hukuman yang setimpal--persis yang dilakukan Airin waktu itu pada Jungkook. Selebihnya, mereka hanya berurusan dengan orang-orang yang mempermainkan mereka serta Black Dragon.
 
Mendengar itu, sontak Jungkook menatap Ryu dengan menyipit. “Kau menyukainya?”
 
Pertanyaan yang membuat semua orang terkejut. Ryu tentu juga sama halnya dengan mereka, tetapi raut mukanya terlihat begitu santai--sangat andal mengatur dan mengecoh.
 
“Pertanyaanmu begitu konyol, Jung.”
 
Lantas, Jungkook tersenyum tipis. “Diamlah kalau begitu, karena aku tidak punya alasan untuk melepasnya. Lagipula, gadis itulah yang menawarkan diri waktu itu,” ucap Jungkook dengan pelan. Tidak menghiraukan perubahan ekspresi Ryu dan yang lainnya, karena Jungkook memilih untuk melenggang. Kali ini, ia akan membolos.
 
Alhasil, Jimmy, Jay dan Alexio juga melenggang--mereka ke suatu tempat dan tidak mengikuti Jungkook. Mereka memahami satu hal, Jungkook tidak ingin diganggu kali ini. Kemudian Ryu? Lelaki itu masih pada posisinya dengan pikiran yang berkelana ke mana-mana.
 
“Kau menyukainya?”
 
Ryu menggelengkan kepala dengan cepat. “Itu tidak mungkin. Aku hanya khawatir saja,” ucapnya. Akan tetapi, serasa sulit untuk diterima oleh benak Ryu--seperti sesuatu yang sulit untuk ia pahami kini menguasai dirinya. Hanya saja, Ryu tidak paham soal itu.
 
Sementara Jihyo sejak tadi mendumel sebal. Wajahnya menekuk menahan amarah. “Gara-gara dia! Aku tidak jadi untuk makan dan lucunya, aku lapar--“
 
Jihyo menghentikan celotehnya kala Hyena langsung memasukkan roti ke dalam mulut Jihyo. Tentu saja mengundang kemarahan Jihyo, tetapi sang empu sebelumnya menelan makanan itu.
 
“Sabar, Jihyo. Ini, kau makan dulu dan kita duduk di depan kelas sembari menanti jam istirahat selesai,” ucap Hyena sembari memberikan kotak makanan berbahan kertas berisi roti isi daging. Karena jam istirahat yang hampir usai, mereka memutuskan kembali ke kelas dan berpisah dengan Airin yang tidak bisa berlama-lama.
 
Jihyo yang pada dasarnya, memilih untuk mengambil makanan itu dan menurut untuk duduk. Ia tidak bisa berkompromi soal perut. Soal tadi, ia akan berceloteh nanti. Setelah perutnya terisi, sehingga kini Jihyo disibukkan dengan roti isi daging itu.
 
Dalam hal tersebut, Jihyo tidak lepas dari pandangan Hyena yang menilik begitu dalam. Bahkan, Jihyo bisa menyadarinya dan membuat gadis tersebut merotasikan bola mata dengan malas.
 
“Ada apa dengan amatanmu itu? Kau harus bisa memahami satu hal, aku tidak melakukan apapun! Aku yang ditindas di sini, ya!” sembur Jihyo yang kembali mengunyah roti tersebut.
 
Mendengar itu, Hyena langsung meringis sembari mengusap lehernya. Kenapa ia malah ketakutan?
 
“Tidak ada, hanya saja aku masih terkejut dengan apa yang terjadi hari ini, semuanya seperti mimpi dan sudah bisa dipastikan, sekolah kembali gempar dan lagi .....” Hyena menjedanya, terlihat ia yang mengedarkan pandangan lalu menatap Jihyo dengan tatapan serius. “Bitna pasti akan menargetkanmu.”
 
Rasanya, Jihyo ingin tertawa mendengar hal itu. “Apa aku terlihat seperti mangsa yang siap diterkam?”
 
Secepat kilat, Hyena mengangguk. “Bitna pasti akan melakukan segala cara untuk menyingkirkanmu, Jihyo. Ayolah, tidak ada tidak tahu jika Bitna itu menyukai Jungkook. Pun selain itu, kau juga menjadi target dari Jungkook. Sial sekali hidupmu.
 
Jihyo akui. Itu memang benar. Ia bisa merasakan banyak kejadian tidak terduga yang akan terjadi di masa depan nanti. Hanya saja, Jihyo berusaha setengah mati untuk menimbun ketakutan itu dan jika Hyena terus berbicara seperti ini, ketakutan itu perlahan menyeruak.
 
“Lantas, aku harus bagaimana?”

What's Wrong With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang