Jihyo mengekori Alexio yang terus melangkah tanpa beban kala disetiap sisi mereka terdapat banyak lelaki dengan jaket yang senada--seperti lambang bagi mereka karena terdapat logo Black Dragon. Hanya saja, itu adalah jaket berbeda yang sering Jungkook kenakan waktu itu, karena jaket ini lebih keren dengan panjang hingga ke paha. Hitam mendominasi, sedikit berwarna putih yang terdapat di punggung bagian logo juga tulisan bahasa korea di setiap sisi lengan.
Ia pun masih menerka-nerka, alasan Jungkook menyuruh Alexio membawanya ke sini. Terlebih, ia hanyalah gadis satu-satunya di tempat ini.
Sekuat tenaga Jihyo mengangkat dagu, walau rasa takut menghantuinya begitu dalam. Mengingat, begitu banyak tatapan dan bisikan yang terdengar--bagai hantu yang membuatnya merinding.
“Sial, Ya Tuhan! Tolong lindungi aku!”
Kemudian, Alexio berhenti di baris depan. Jihyo yang masih mengenakan seragam sekolah, melihat eksistensi Jimmy dan Jay. Sontak saja pun Jihyo membulatkan mata kala melihat kehadiran Ryu yang tersenyum tipis kepadanya. Ryu terlihat tidak baik-baik saja dengan beberapa luka di wajah yang mulai mengering. Jihyo meringis melihat Ryu yang hampir tewas pada waktu itu, tetapi kini seperti siap kembali untuk berperang.
“Astaga, dia punya beberapa nyawa, sih?” Jihyo bergumam dalam hati.
Jika Ryu saja yang terlihat seperti itu, bagaimana dengan beberapa lelaki berbadan besar yang dilihatnya tadi? Jihyo yang tidak ada apa-apa, tentu kalah telak begitu saja.
“Di mana Jungkook? Kenapa kita dikumpulkan dan juga, apa yang dilakukan seorang gadis payah di sini?” sahut seorang lelaki berbadan besar dengan rambut panjang blonde bagai perempuan.
Jihyo pun kesal disebut payah. Ia melirik dengan tajam. “Aku tidak payah, ya! Kau itu yang aneh!” ucap Jihyo membalas. Lelaki itu maju, tetapi Alexio langsung berada di tengah.
“Jangan gegabah, dia gadis Jungkook. Dia bisa membunuh kita jika melukainya.” Hanya itu yang dikatakan oleh Alexio, ampuh membuat lelaki itu menggeram seperti serigala lalu mundur.
Semua orang takut dan menghormati Jungkook. Itu sudah sangat jelas. Mereka tidak ingin menyenggol atau terlibat hal buruk dengan lelaki itu.
“Baiklah, tetapi di mana Jungkook? Pasukan sudah siap!” Seorang lelaki kembali berteriak.
Namun, tidak ada balasan. Baik anggota inti pun memilih diam, hingga tidak berselang lama, seorang lelaki dengan kharisma tak terkalahkan kini bergabung--ia sebelumnya berada di rumah adat untuk menenangkan diri dan kini hadir menghadapi puluhan anggota Black Dragon.
Tatapan kosong itu, sekilat menghipnotis Jihyo. Dia tidak bisa munafik, Jungkook begitu berwibawa dan berkarisma--sangat berbeda dengan Jungkook yang menjengkelkan kala mengenakan jaket itu.
“Jungkook telah hadir! Mohon perhatiannya!” Jimmy berseru--mendadak semuanya senyap. Fokus kini terpusat pada Jungkook yang begitu cocok menjadi seorang pemimpin.
Jungkook pun masih memilih mengamati sekitar--pasukannya, hingga tidak sengaja melirik ke arah Jihyo--hanya sekilas lalu kembali mengamati hal lain untuk bersiap mengumumkan beberapa hal.
“Selamat malam, semuanya. Aku tidak akan banyak bicara. Setelah kejadian yang menimpa Ryu atas Tunderbolt. Kali ini, aku mengumumkan Lee Mihyuk yang dikeluarkan secara tidak hormat dari Black Dragon sekaligus jabatannya sebagai Ketua Divisi satu dicopot atas pengkhianatan yang dilakukan terhadap Black Dragon!” Sontak semuanya berbisik, tetapi langsung senyap kala Jungkook kembali ingin berkata. Semua orang takut menyela.
“Posisi Ketua Divisi satu akan dipegang oleh Alexio Barbara. Aku memberinya kepercayaan untuk memegang dua jabatan. Ketua Divisi satu dan sebagai strategist!” ucapnya lagi, belum ada suara keberatan yang mengudara karena Jungkook memang belum memberi izin.
“Sebelum melanjutkan pembahasan. Aku mengumumkan jika gadis yang bersama dengan Alexio, Shin Jihyo, kini menjadi bagian dari Black Dragon Generasi III dan akan memegang posisi treasure sekaligus berada di bagian Divisi satu.” Jungkook menambahi seraya menoleh ke arah Jihyo yang mengangguk paham, tetapi detik selanjutnya melotot tidak percaya. Ia bahkan menunjuk diri karena saking terkejut.
“Aku? Kenapa aku, Ya Tuhan! Cobaan macam apa ini?” ucap Jihyo spontan. Ia rasanya takut dan ingin menangis. Namun, harus tertahan kala Alexio mengajaknya untuk maju--memperkenalkan diri.
“Kau saja, Alexio! Aku bukan bagian dari lelaki bajingan—“
“Tetapi Jungkook sudah mengatakannya. Diam dan lakukan saja. Demi kebaikan bersama!” ucap Alexio yang memotong perkataan Jihyo.
Ingin rasanya Jihyo memukul kepala Alexio, kebaikan bersama? Jihyo malah mencium bau-bau sengsara bagi hidupnya. Hanya saja, Jihyo seperti orang idiot. Mengikuti perkataan Alexio hingga mereka kini berdiri di hadapan semua anggota.
Jihyo melirik tajam ke arah Jungkook yang berada tepat di depannya. Ingin rasanya ia menerkam Jungkook yang membawanya sejauh ini--begitu dalam pada masalah yang akan semakin banyak datang. Akan tetapi, Jungkook menatap Jihyo datar. Bahkan, kala Jihyo yang secara spontan mengikuti hal yang Alexio lakukan. Menunduk--memberikan hormat lalu mereka berbalik.
“Dengar! Aku Alexio Barbara, bersumpah akan menjalankan tugas dengan baik dan tidak menjilat ucapanku sendiri untuk mengabdi pada Black Dragon!” ucap Alexio dengan tegas. Semua orang bersorak. Mereka tahu kemampuan yang dimiliki oleh Alexio, sehingga tidak ada yang protes.
Namun, tidak berselang lama, keadaan langsung menjadi senyap dan canggung. Hal itu disebabkan karena Jihyo yang belum berkata sepatah kata. Jihyo gemetar dan menjadikan seragamnya sebagai pelampiasan.
Alexio yang melihat itu, terlebih Jihyo berada di bawah naungannya, langsung menyenggol dan berbisik. “Katakan sesuatu!”
Alhasil, Jihyo menoleh dengan sebal. “Apa yang harus kukatakan? Mereka seperti ingin membunuhku—“ Jihyo langsung berhenti berujar karena mendengar Jungkook yang berdeham.
“Jihyo, ada yang ingin kau katakan?” Pertanyaan dari Jungkook yang membuat Jihyo semakin gelisah. Ia mengutuk Jungkook sebelum menoleh ke belakang dan mengangguk dengan tatapan sinis. Kemudian, kembali ke depan.
“Halo semuanya. Aku Shin Jihyo. Er ... aku tidak tahu ingin mengatakan apa, tetapi mohon bimbingannya!” Jihyo pun serasa ingin mengubur dirinya setelah mengatakan itu.
Semua bisikan langsung terdengar dan semakin berisik. Sangat berbeda respon setelah Alexio memberikan sepatah kata beberapa saat yang lalu, hingga Jungkook berteriak--menghentikan kebisingan yang terjadi.
“Shin Jihyo akan menjadi anggota Black Dragon di bawah pengawasanku dan Alexio sebagai ketuanya secara langsung. Ini keputusanku dan siapapun yang ingin menentang, silakan maju ke depan!” pekik Jungkook. Namun, tidak ada yang berani. Mereka keburu takut untuk melakukannya, membuat sebelah bibir Jungkook terangkat.
“Baiklah. Pembahasan malam ini selesai! Semua bisa kembali ke basecamp atau pulang.” Jungkook kembali menambahi, sehingga semua menyebar ke parkiran. Suara-suara dari motor begitu nyaring terdengar, tetapi tidak menggentarkan Jihyo yang langsung saja mendekat ke arah Jungkook dengan tatapan tajam.
“Apa maksudmu, hah? Kau ini sudahlah bajingan! Pemaksa pula! Tidakkah kau membiarkan hidupku tidak dalam bahaya?” ucap Jihyo yang langsung menumpahkan semua rasa kesalnya.
Tatapan kosong dan datar yang sejak tadi Jungkook perlihatkan, kini berubah hangat dengan senyum lebarnya. “Kau tidak akan terluka, Baby. Aku akan—“
“Karena kaulah yang akan membuatku terluka, Jung! Egois sekali kalian. Aku hanya ingin hidup tenang dan kau malah menarik hidupku seperti ini.” Jihyo sebal sekali. Ia bahkan menangis dan menghantam dada bidang Jungkook dengan jemarinya. “Kau jahat, bajingan dan brengsek!”
“Aku tahu itu.” Lihatlah, Jihyo memang tidak salah akan pemikirannya sendiri.
Jay, Ryu, Jimmy dan Alexio yang ada di sana, saling melempar pandangan sebelum memberikan bahasa isyarat untuk meninggalkan Jungkook dan Jihyo menyelesaikan masalah mereka. Ryu melihat Jihyo dengan lekat, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak. Jungkook itu sangat keras kepala. Terlebih jika telah membuat keputusan.
Alhasil, ia memilih mengikuti rekannya--dibantu oleh Jimmy meninggalkan mereka berdua. Lagipula, Jungkook tidak segila itu untuk berbuat jahat terhadap Jihyo jika sudah sejauh ini.
Kepergian mereka pun tidak mengindahkan fokus mereka berdua. Terlebih Jihyo yang sebal sekali. Namun, Jihyo lelah. Tidak sekuat yang dibayangkan. Kini, berakhir mengamati Jungkook dengan bola mata yang basah akan air mata.
“Jangan menangis, Jihyo. Aku tidak melakukan apapun—“
“Sebenarnya apa yang kau rencanakan, hm? Mau menghancurkanku seberapa dalam, Jung?” Jihyo memangkas perkataan Jungkook yang saat ini langsung diam membisu.
Jihyo tersenyum kecut. “Kau kali ini melihat titik lemahku, Jung. Akan tetapi, aku akan memperlihatkan jika keputusanmu itu salah besar!” Dengan pandangan yang masih terpusat pada Jungkook.
Diamnya Jungkook, membuat Jihyo bingung. Ia tidak mengerti, bahkan kala Jungkook memangkas jarak di antara mereka--semakin dekat dan Jihyo tidak bisa menghindar kala bibir Jungkook mendarat di kening Jihyo--cukup lama. Matanya terpejam, kemudian di rasa Jungkook mengusap rambutnya dengan lembut.
“Aku tidak akan membuatmu terluka, Ji. Aku janji. Ayo, pulang. Aku akan mengantarmu.”
***
Jihyo masih memikirkan perkataan Jungkook beberapa waktu yang lalu kepadanya. Bahkan, kala motor Jungkook berhenti tepat di hadapan rumah Jihyo dan ternyata, di sana terdapat eksistensi seorang pria paruh baya yang menatap khawatir pada Jihyo selaku putrinya.
“Dari mana saja, Nak?” tanya Dohyun yang begitu khawatir. Ia belum menyadari kehadiran Jungkook, hingga ia pun menilik Jungkook setelah Jihyo melirik tidak enak ke arah Jungkook.
“Ayah, aku tidak ke mana-mana—“
“Saya minta maaf, Pak. Saya tidak bermaksud mengantar Jihyo kembali begitu larut. Saya hanya mengajak keliling, tidak lebih,” ucap Jungkook dengan ramah seraya menundukkan kepala.
Dohyun belum merespon. Ia seperti sedang mengingat sesuatu, hingga ia menjentikkan jemari. “Tunggu, aku mengingat satu hal! Kau yang membantuku saat perampokan beberapa waktu lalu, bukan? Saat aku membawa mobil kantor? Iya, aku mengingatmu!”
Akan tetapi, Jungkook terlihat bingung. Hanya beberapa saat sebelum ia mengingat suatu. Ia pun tersenyum seraya mengangguk. “Aku tidak menyangka jika itu adalah anda. Aku sangat senang jika anda baik-baik saja.”
Dohyun tersenyum lebar. Ia menepuk bahu Jungkook yang membuat Jihyo menatap heran. Rasanya, Jihyo ketinggalan sesuatu.
“Syukur saat itu kau ada, Nak. Oh iya, Jihyo, dialah yang membantu Ayah sewaktu hampir dirampok. Dia sangat kuat dan hebat. Ayah tidak tahu jika ternyata dia adalah temanmu,” ucap Dohyun lagi begitu bahagia. Walau Jihyo sempat terkejut karena kejadian menimpa ayahnya, tetapi ia tidak terima jika Jungkook memiliki pandangan yang baik di mata sang ayah.
“Oh, begitukah? Baiklah, terima kasih, teman. Akan tetapi, ini sudah larut malam. Kau bisa kembali, sampai jum—“
“Jihyo, tidak baik! Biarkan dia masuk dulu!” Namun, Jihyo menggelengkan kepala.
“Ayah, ini sudah larut malam. Ayo masuk dan pulanglah.” Jihyo berujar dengan senyum lebar. Jungkook diam mengamati interaksi keduanya. Ia tidak banyak bicara, bahkan memilih menundukkan kepala kala Jihyo memaksa ayahnya untuk masuk dan menutup pintu.
Jungkook tidak merasa kesal. Justru kini menggeleng dengan senyum tipis. “Entah apa yang kau lakukan padaku, Nona Shin!”
Hola! Nggak tahu aku ini nulis apa, semoga nggak ada tipo dan jelas deh, komen ya kalau ndk jelas, wkwk.
Cie, yang jawabannya benar, hehe.
Sampai jumpa dibab selanjutnya, teman-teman 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Me?
Teen FictionBEST COVER BY @INAGAEMGYU Kepindahan Shin Jihyo ke salah satu sekolah terbaik di Seoul, nyatanya mengubah seluruh alur hidupnya menjadi sangat sial. Niat membantu teman sebangku yang ditindas, malah membuatnya harus berhadapan dengan salah satu muri...