Saat ini, Jihyo berada di basecamp. Sebenarnya, ini karena Jungkook yang datang begitu pagi ke rumah dan mengajak joging. Lalu, masih dengan keadaan berkeringat, Jungkook membawanya ke basecamp dengan menaiki motor dengan alasan mereka mencari sarapan. Akan tetapi, Jihyo tidak menyangka jika mencari makan hingga di basecamp.
"Basecamp sepi sekali ternyata kalau pagi seperti ini," ucap Jihyo yang membuka percakapan. Itu bersamaan dengan Jungkook yang membuka pintu basecamp. Hawanya begitu dingin.
"Biasanya tidak seperti ini. Namun, ya, waktu terus berlalu. Perlahan, satu persatu anggota akan pergi, mencari jati dirinya," kata Jungkook membalas yang terus menarik langkah. Jihyo mengekori hingga mereka memasuki lift.
Jihyo mengangguk setuju. Ia paham akan maksud Jungkook. "Jadi, bagaimana jika kau sudah ke Las Vegas nanti? Bukankah akan sulit mengawasi dari kejauhan?" Seraya melirik Jungkook yang tengah bertumpu tangan, mereka saling berhadapan.
Menurut Jungkook, Jihyo adalah pemandangan yang begitu indah dan menakjubkan. Apa lagi dengan beberapa sisi rambut yang tampak basah, terlihat begitu seksi.
"Jung, aku bertanya," ucap Jihyo yang agak jengah ketika Jungkook hanya memandangnya seperti ingin memangsa, tidak terasa, pintu lift terbuka, membawa mereka ke lantai atas.
"Iya, aku dengar, Baby. Jimmy yang akan mengambil alih dan tidak akan seaktif sekarang. Black Dragon hanya akan menjadi tempat persinggahan dan itu sudah menjadi resiko. Kami, pihak lelaki, akan disibukkan dengan menyusun masa depan. Kau bisa lihat sendiri bukan, anggota Black Dragon bukan dari kalangan biasa. Mereka memiliki peran di keluarganya," jelas Jungkook yang terus melangkah ke dapur.
Jihyo mencerna perkataan Jungkook. Tidak menampik Itulah kenyataan yang ada. Semua anggota Black Dragon itu memang anak konglemerat. Makanya, tidak heran mereka memiliki basecamp semewah ini.
"Pantas saja. Aku jadi penasaran, bagaimana bisa kalian semua bertemu dan membentuk sekutu." Dengan sebelah alis terangkat dan Jihyo menopang dagu menggunakan kedua tangan di sebuah meja panjang yang menjadi batas dengan dapur.
Sementara Jungkook sibuk membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa bahan yang memang tidak pernah absen ada di sana. "Sederhana saja. Aku bertemu dengan Jimmy pertama kali ketika dia kecelakaan, lalu tidak sengaja kita bertemu lagi saat aku di Universe School. Jimmy memiliki banyak koneksi di Seoul dan aku memanfaatkannya," kata Jungkook singkat.
Jihyo mengangguk paham. Ternyata, pemikiran Jungkook memang luar biasa dan tidak bisa ditebak. Saat ini, melihat Jungkook yang seperti ingin memasak sesuai, membuat Jihyo mendekat dengan amatan bingung pada beberapa bahan yang asing, mungkin karena bahan premium.
"Ingin memasak apa kalau begitu? Aku akan membantu dan memaksa kali ini," kata Jihyo sembari berpangku tangan. Jungkook menoleh, kemudian langsung berhadapan dengan Jihyo--membuat mereka cukup dekat ditambah Jungkook yang menundukkan kepala. Mengingat, Jihyo hanya setinggi pundaknya.
"Kau ini, seharusnya tidak perlu. Akan aku--"
Jihyo berhasil menghentikan perkataan Jungkook yang ingin terus berujar. "Jung, aku akan bantu. Aku tidak apa-apa. Tidak akan lecet atau terluka. Kau'kan ada. Sudah, mau membuat apa dan apa yang harus aku lakukan?" tanya Jihyo yang mulai mengambil pisau. Memang agak aneh, ia saja heran kenapa mengambil benda itu dari sekian banyak objek yang ada.
Jungkook tertawa renyah di buatnya. "Baiklah, Baby. Kita akan membuat dakjuk. Kau tahu?"
"Tentu saja. Aku asli Korea Selatan, lebih tepatnya Busan, masa tidak tahu. Dakjuk itu adalah bubur yang biasa aku buat sih. Memang cocok untuk pagi ini. Baiklah, aku akan memotong ini dan ini." Tanpa membiarkan Jungkook mengeluarkan balasannya, lekas Jihyo mengeksekusi bahan-bahan yang ada. Sementara Jungkook juga melakukan hal yang sama, ia mengambil panci yang telah ia isi beras, kemudian membersihkannya dan menaruh di atas kompor.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Me?
Teen FictionBEST COVER BY @INAGAEMGYU Kepindahan Shin Jihyo ke salah satu sekolah terbaik di Seoul, nyatanya mengubah seluruh alur hidupnya menjadi sangat sial. Niat membantu teman sebangku yang ditindas, malah membuatnya harus berhadapan dengan salah satu muri...