Bab VII : Kepemilikan?

334 53 7
                                    

Kedua mata mereka beradu. Jihyo masih terpaku atas apa yang terjadi. Keduanya bahkan tidak memedulikan sekitar mereka yang menatap tidak percaya dan ingin histeris. Mengingat, ini pertama kalinya Jungkook memiliki interaksi lebih kepada seorang gadis, dikarenakan sebelumnya Jungkook memiliki kabar miring mengenai dirinya yang katanya menyimpang--menyukai sesama. Terlebih, Jungkook tidak peduli soal itu--seperti sampah di matanya.
 
Hanya saja, hal itu tidak berselang lama karena Jungkook yang hanya menatap lekat, dengan cepat menarik kedua bibir untuk tersenyum tipis lalu melepaskan diri dari Jihyo yang menjadikannya sebagai penopang. Alhasil, Jihyo terjatuh. Pantatnya terasa begitu ngilu dan Jungkook melongos begitu saja ke dalam kelas--tanpa memedulikan kekesalan dan kesakitan Jihyo.
 
“Sial, inimah sama saja membohongi diri!” umpatnya. Tidak berselang lama, Hyena mendekat ke arah Jihyo untuk membantu.
 
“Kau tidak apa-apa? Kita ke unit kesehatan kalau kau sakit,” ucap Hyena yang begitu perhatian. Secepat kilat, Jihyo menggelengkan kepala.
 
“Aku baik-baik saja.” Sembari ia bangkit. Dibantu oleh Hyena, mengingat mereka harus segera masuk ke dalam kelas. Namun, mereka berdua harus terhenti kala melihat atensi yang membuat hari  Jihyo begitu kacau. Bitna--si gadis sialan.
 
Mereka hanya saling melempar tatapan sekilas. Tidak berlangsung lama karena Jihyo langsung bergegas masuk ke dalam. Masih jengkel akan keadaannya saat ini. Bahkan kala hendak duduk, ia tidak sengaja bertatap dengan Jungkook--tatapan dingin nan menusuk--membuat Jihyo merinding.
 
“Aku tidak tahu bagaimana aku ke depannya nanti,” batinnya. Tepat di waktu bersamaan, seorang pria yang mengajar kimia kini hadir di dalam kelas yang bernama Mr. Koe
 
“Selamat pagi, sekalian. Mari kini memulai pembelajaran yang menyenangkan hari ini.”
 

***

 
S

aat ini, Jihyo berada di dalam perpustakaan. Setelah Mr. Koe masuk, memberikan materi dan tugas lalu jam pergantian selesai, materi selanjutnya datang walau hanya tugas yang mengiringi. Jika seperti itu, tentu saja hanya yang ingin mengerjakannya. Seperti halnya dengan Jihyo. Sementara Hyena, ia hanya bisa mengikuti Jihyo walau sebenarnya ia ingin ke kantin saja.
 
Mengerjakan tugas di perpustakaan adalah ide dari Jihyo. Sampai sekarang, Hyena dibuat kesal. Mengingat, di perpustakaan, terdapat larangan untuk berisik dan membawa makanan. Itu berarti, Hyena harus menahan lapar dan dahaga beberapa waktu ke depan. Walau sebenarnya, Jihyo tidak pernah menyuruh Hyena untuk ikut
 
Jihyo mencoba untuk tidak peduli. Mulai mengalinis struktur dari sebuah novel--sesuai tugas dari pembelajaran sastra. Kali ini, novel yang ingin dibahasnya adalah Novel A Tale of Two Cities (1859) yang Ryu berikan waktu itu. Tentu, Jihyo akan mengembalikannya setelah ia selesai.
 
“Membosankan. Aku lihat tugasmu nanti, ya, Jihyo! Aku lapar, mau ke kantin sebentar, oke?”
 
Namun, belum juga Jihyo memberikan jawabannya, Hyena langsung meninggalkan Jihyo di perpustakaan. “Apa maksudnya itu?” Lalu Jihyo kembali pada tugasnya. Tidak terlalu memikirkan soal permintaan Hyena, biar gadis itu yang kelimpungan nantinya.
 
Hanya saja, Jihyo dikejutkan akan kehadiran seseorang. Mata bulat itu sontak menyipit--memperhatikan seorang gadis dengan rambut kepang dua serta kacamata bulatnya itu. “Airin? Kau ternyata.”
 
Gadis itu mengangguk dengan senyum lebar. Jihyo baru menyadari jika Airin membawa beberapa buku pembelajaran. “Hai, Kak Ji. Aku tadi melihat Kak Ji dengan Kak Hyena, tetapi aku menuntaskan ini dulu. Bahan pembelajaran persiapan untuk ujian kimia,” ucapnya sembari mendudukkan diri di samping Jihyo. Airin menaruh beberapa buku yang dibawahnya di atas meja lalu meregangkan otot.
 
“Benar-benar menyiksa!”
 
Jihyo yang melihat itu tersenyum kecil. “Jangan putus asa dan aku sangat yakin, kau bisa menjadi yang terbaik nanti,” ucap Jihyo dengan senyum tipis, lantas kembali lagi pada kesibukannya. Mengingat, batas mengirim tugas hingga pukul 12 malam di forum yang telah disediakan.
 
Airin memilih untuk mengamati Jihyo yang tengah sibuk dengan tugasnya yang kemudian ia menghela napas. “Aku terkadang ingin menjadi Seorang Choi Jungkook.”
 
Sontak saja, Jihyo menghentikan kegiatannya lalu menatap Airin dengan tatapan tidak terduga. “Kau serius?”
 
Dengan polos, Airin mengangguk. “Ya, Kak Jungkook terlihat santai dalam hal pembelajaran, tetapi dia selalu memiliki nilai tinggi. Peringkat pertama teratas di Universe School,” ucap Airin. Ampuh membuat Jihyo mengerjapkan mata.
 
Namun, Jihyo terlihat mengenyahkannya. Jungkook memiliki kuasa dan kekayaan. Tentu bisa membeli sebuah peringkat teratas. Terlebih kala mengamati bagaimana bajingannya Jungkook--ia tidak yakin jika itu murni akan hasil dari dirinya. Airin paham tatapan Jihyo yang pasti berpikir sangat jauh.
 
Airin tersenyum kecut. “Aku juga sempat berpikir jika kekuasaan yang dimiliki Kak Jungkook bisa membeli semuanya, tetapi setelah Jungkook mengikuti tes peringkat pertama yang diselenggarakan oleh One Dream International University, kampus nomor satu di Korea Selatan dan berada di 10 peringkat teratas dunia, membuat semua orang bungkam. Hampir semua siswa dan mahasiswa berprestasi ikut dalam ujian itu dan lucunya,  Jungkook berada di peringkat pertama dengan skor 1000. Ujian itu disiarkan secara langsung oleh beberapa media dan selain itu, Kak Jungkook juga sempat mewakili sekolah dalam Olimpiade Sains di tingkat Asia dan ia mendapatkan medali emas. Ya, seperti itulah,” jelas Airin.
 
Jihyo mendengarnya tidak bisa berkata lagi. Terdengar seperti tidak mungkin. “Oke, tetapi aku tidak peduli sama sekali. Anak berandal tetaplah bajingan di mataku,” ucapnya yang kemudian kembali fokus pada kegiatannya. Pun Airin hanya mengangguk saja, tidak ingin mengganggu Jihyo yang tengah sibuk dengan tugasnya. Ia memilih untuk menemani Jihyo walau pastinya Jihyo pun sebenarnya tidak ingin ditemani. Airin hanya ingin saja.
 
Hal tersebut pun tidak lama setelah Jihyo menutup bukunya. Ternyata, sesi mengerjakan tugas telah usai dilakukan Jihyo. Kini Jihyo meregangkan tubuh yang kebas lalu menoleh ke arah Airin yang masih duduk di kursinya--membuat kesibukan dengan membaca buku.
 
Jihyo lantas melirik arloji. Sesi istirahat telah berlalu beberapa menit dan ia sedikit lapar. “Airin, ayo kita ke kantin. Kau pasti belum makan’kan?”
 
Airin yang tadinya sibuk, sontak menghentikannya lalu mengangguk. “Ayo, Kak Ji!”
 
Alhasil, keduanya bangkit dari tempat duduk dengan membawa barang bawaan mereka. Jihyo tidak menanti Hyena, biarlah Hyena kelimpungan karena tidak menemukannya. Lagipula, ia akan ke kantin. Perjalanan yang mereka tempuh pun tidak lama, hanya sekitar tiga menit, mereka telah tiba dan Jihyo juga Airin bisa melihat Hyena yang sedang makan--lebih tepatnya hampir menyelesaikan sesi makannya.
 
“Lihatlah itu Airin! Hyena telah selesai tetapi kita baru saja ingin memulai,” ucap Jihyo sedikit sebal. Ya walau sebenarnya Hyena berulang kali mengajak ke kantin, ia terus saja menolak.
 
Airin memilih untuk tersenyum tipis saja. Keduanya hendak untuk melangkah ke arah Hyena yang masih disibukkan akan kegiatannya, tetapi harus terkendala saat seseorang menumpahkan minuman bersoda--berwarna merah ke arah Jihyo.
 
“Ups! Aku tidak sengaja,” ucap seorang gadis yang tidak lain adalah Bitna—kini diapit oleh Rosie dan Yeona. Bitna tersenyum licik sembari membuang gelas berisi soda itu.
 
Jihyo terkejut. Soda itu mengenai seragamnya, kemeja putihnya juga terkena dan itu sangatlah menjengkelkan. Terlebih, Bitna yang sengaja melakukannya.
 
“Sungguh aneh. Aku yang terserempet, tetapi sang pelakulah yang otaknya bergeser. Kebetulan sekali itu tidak sengaja,” ucap Jihyo dengan tenang walau hati yang bergemuruh. Kini mengibas-ibaskan seragamnya dengan tangan. Pun mereka kini menjadi pusat perhatian.
 
Bitna yang mendengar itu, masih menampilkan senyum liciknya. “Sangat pintar. Aku memang sengaja.”
 
Lantas, Jihyo kini menatap Bitna--masih dengan tatapan tenang--menubruk tatapan penuh akan muslihat dan kelicikan itu. “Hebat sekali. Kali ini, aku tidak mempermasalahkannya, Nona. Akan tetapi, kau seharusnya berpikir sebagai gadis terhormat. Bertindak seperti ini, kau seperti gadis gila dan tidak tahu diri. Bertolak belakang dengan dirimu yang sebenarnya,” ucap Jihyo tanpa takut. Semua orang yang mendengar itu terkejut. Jihyo si murid baru yang berani menentang Bitna. Geng Black Dragon yang tidak jauh dari tragedi juga cukup terkejut dengan keberanian dari Jihyo.
 
Apa yang Jihyo lakukan, tidak luput dari amatan Jungkook.
 
Bitna yang mendengar itu, memiringkan kepala dengan senyum miring. “Satu hal yang harus kau ketahui, Shin Jihyo. Kau tidak bisa lagi menarik kata-kata dari mulut miskinmu itu dan kau harus memperhatikan lawanmu. Kau hanya seperti hama di mataku,” ucap Bitna. Kedua tangannya mengepal.
 
Jihyo sama sekali tidak takut. Ia sangat kesal dan tidak terima terus ditindas padahal ia tidak melakukan apapun. Airin yang berada di samping Jihyo begitu kalut, begitupun dengan Hyena yang mulai was-was--mengamati Jihyo yang kini menjadi sorotan panas.
 
Jihyo lantas mengangguk. “Aku memang tidak berniat menarik kata-kataku dan tolong, bercerminlah sebelum menghakimi orang. Di sini, kau dan temanmulah yang menjadi hama, apa perlu diperjelas lagi?” ucap Jihyo yang cukup menantang, tetapi Jihyo tidak peduli lagi. Ia memilih untuk pergi begitu saja tetapi Bitna dengan tatapan yang sama, menghentikan pergerakan Jihyo.
 
“Aku suka melihatmu menantangku seperti ini,” ucap Bitna yang kemudian menatap Jihyo dengan datar. “Akan tetapi, kau salah memilih lawan!” Pun Bitna mendorong bahu Jihyo dengan kasar--membuat Jihyo terpental ke belakang, sekali lagi hampir terjatuh tetapi seseorang menolongnya.
 
“Ju--Jungkook,” ucap Bitna tidak percaya.
 
Jihyo yang menyadari keterkejutan orang sekitarnya, juga mengalami hal serupa. Hanya saja, ia tidak bisa menerima kala Jungkook akan menghempaskannya begitu saja seperti tadi. Itu hanya belum terjadi dan mereka kini menjadi sorotan panas, Jihyo dan Jungkook saling melempar tatapan dan tidak berselang lama, senyum tipis kembali tampil di wajah tampan Jungkook.
 
“Bitna, kau melakukan kesalahan besar dengan mengganggu milikku, gadisku ...,” ucap Jungkook dengan pelan tanpa menoleh ke arah sang empu. Akan tetapi, semua orang dapat mendengarnya, pun Jihyo dapat mendengar itu dengan jelas. Ia sangat terkejut. Omong kosong macam apa itu?
 
Lalu, amatan Jungkook kini beralih pada Bitna dengan tatapan yang datar--begitu menusuk. “Ini peringatan terakhir dariku. Hentikan sebelum kau berurusan denganku.”
 
Jihyo yang mendengar itu, tidak bisa berkata-kata. Perkataan Jungkook, mengunci kedua bibir dan bahkan kedua mata bulatnya. Hanya saja, ia tidak mengerti maksud dari Jungkook--bajingan yang membuatnya hampir menjadi gadis yang tidak waras.
 
Entah apa yang Jungkook rencanakan kali ini?

TBC.

Helooo, aku update~~

Semoga suka ya, jangan lupa tinggalkan jejak dan maaf kalau nemu tipo dan ngerasain ternyata🤣🙏

Tetap nantikan kisah mereka, yang nyari uwu-uwu, sabar, nanti ada lah waktunya, wkwk.

See you guys!

What's Wrong With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang