Bab XXXXVIII : Ujian

164 25 2
                                    

Ujian ada di depan mata, lebih tepatnya esok hari. Jihyo agak frustrasi, saat ini sudah berada di meja belajar dengan fokus pada tumpukan buku yang beberapanya sudah terbuka. Terdapat lembaran yang juga telah diisi jawaban. Hal itu dimaksudkan agar ia tidak cuma membaca saja, jelas perlu ada praktiknya.

Saat ini pun, Jihyo mematikan ponsel. Keadaan yang sudah diberitahukan pada Jungkook, bahwa malam ini, ia tidak akan aktif karena fokus pada persiapan ujian yang menentukan kelulusan. Nasib Jihyo jelas ada di ujian besok.

"Walau semuanya terasa sulit, tetapi tidak akan yang mungkin." Pikir Jihyo walau ia saat ini memang berada pada kondisi masalah finansial yang tidak memadai, Jihyo tetap mencoba untuk mengusahakan apapun.

Ia jelas masih bisa bekerja dan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi khusus kedokteran yang dilakukan, seminggu setelah ujian nasional selesai. Persiapan yang amat singkat, bukan?

Kedua mata bulat Jihyo terus fokus pada lembaran jawaban dengan sebelah tangan menopang dagu dan sebelahnya lagi melakukan coret-menyoret.

"Baik, ternyata seperti ini, ya. Hampir saja aku keliru," gumam Jihyo yang terus fokus pada kegiatannya, ditemani suara yang bersumber dari jam di atas meja tidak disangka Jihyo sudah menghabiskan waktu hingga pukul setengah dua belas malam.

Hal ini di luar dari prediksi. Setelah meminta izin pada Ryu untuk fokus pada ujian dan berakhir di sini, jelas ia harus berhenti. Bahaya jika Jihyo terus melanjutkan kegiatan belajarnya--bisa saja ia akan kesiangan dan badannya menjadi kurang fit.

Ia pun memang sejak tadi menguap, tidak di rasa setelah meregangkan badan, Jihyo mengamati buku dengan menjadikan buku lainnya sebagai bantalan. Seperti sihir yang tiba-tiba saja datang, kedua matanya terpejam begitu cepat. Jihyo, telah berada dalam imajinasi buatan yang membuatnya sulit untuk bangun.

Akan tetapi, Jihyo tidak terlambat di pagi hari, walau ia cukup mengantuk. Karena hari ini ujian, ia memaksakan bangun dan bersiap lebih awal, tidak terasa motor yang tak asing di pendengarannya, terdengar. Itu adalah Jungkook.

Jihyo mengambil sarapan yang sempat di buat dan akan berbagi dengan Jungkook setibanya di sekolah.

Bagi Jihyo, pemandangan yang begitu menakjubkan di pagi hari sebelum berangkat adalah melihat Jungkook yang menunggunya. Lelaki itu masih ada di atas motor, helm juga masih terpasang dan Jihyo merasakan makin hari, Jungkook semakin berwibawa. Apakah ini efek mereka yang memang bertambah dewasa? Jika mengamati fisiknya juga, Jihyo bisa merasakan jika pertumbuhan dalam dirinya juga sangat kentara.

"Selamat pagi, Baby. Bagaimana harimu?" tanya Jungkook sebagai sapaan seraya menyodorkan helm pada Jihyo yang tersenyum lebar.

"Lumayan. Ujian sedikit membuatku tertekan. Aku jadi takut," katanya dengan dongkol. Jungkook tersenyum tipis melihat tingkah kekasihnya ketika ia memasang helm itu dan menguncinya.

Sontak, jemari Jungkook berakhir di pipi Jihyo. Ia memberikan sapuan hangat. "Kau bisa melaluinya. Kekasihku'kan hebat dan luar biasa."

Jihyo jadi tersipu mendengar pujian dari Jungkook. Mungkin terkesan biasa saja, tetapi semua menjadi luar biasa jika Jungkook'lah yang melakukannya. "Tetapi kaulah yang hebat, Jung. Lihat, kau terlihat amat santai. Seperti biasanya."

Jungkook mengamati Jihyo dengan lekat sebelum menghela napas. "Itu karena aku masih kurang bisa mengekspresikan diri, Baby. Soal itu, aku juga pusing kok, tetapi tidak kupusingkan sekali. Nanti stres, aku bisa gila. Kan lucu." Lalu Jungkook tertawa lepas.

Jihyo terpana melihat betapa mengagumkannya Jungkook. Ia bahkan tidak bisa berkedip dan merasakan jantungnya berdetak tidak karuan. Satu hal yang pasti dan tak bisa ia elak, Jihyo semakin dalam mencintai sosok lelaki di hadapannya ini.

What's Wrong With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang