Jihyo merasa sepi dan sunyi. Sudah tidak ada titik kebahagiaan yang ia rasa di rumah ini. Semuanya telah di bawah oleh Ayahnya--tidak meninggalkan sedikit saja untuk dirinya. Terlebih, hari ini adalah hari libur. Tidak ada yang Jihyo lakukan selain duduk di depan pintu--mengamati halaman depan dengan tatapan kosong. Bahkan, sudah berjam-jam ia melakukannya. Tidak ada rasa bosan.
Ia ingin menangis. Akan tetapi, kedua matanya terasa lelah untuk terus melakukannya. Terlebih, kini Jihyo menggunakan kacamata--setidaknya menutupi hal tersebut, walau ia sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.
Kedua kakinya pun terlipat. Matanya terpejam, tetapi dari kejauhan, ia malah mendengar suara bising dari knalpot motor dan terdengar memekik telinga. Jihyo mengira itu adalah sebuah halusinasi. Alhasil, Jihyo acuh tak acuh.
“Hei, Ji. Jika kau terus seperti itu, kau akan kesambet hantu di siang hari,” teriak seseorang.
Jihyo terkejut. Mata bulatnya yang mulanya terpejam, segera terbuka. Ia bisa melihat eksistensi Jungkook, Jimmy dan Alexio. Mereka kembali membuat keributan dengan menarik pedal gas--suara klakson motor sport terdengar memekik telinga.
Kedua bibir tebalnya masih saja bungkam. Itu membuat Jimmy dan Alexio mendecak sebal. “Ji, kita itu serius. Kau seperti orang tidak waras, maksudku, kau seharusnya ikut kita saja. Akan seru tahu, menggunakan waktu dua hari libur dengan anak Black Dragon,” sahut Alexio--sedikit memperbaiki kalimatnya karena tatapan mematikan dari Jungkook.
Jihyo masih belum bersuara. Tatapan kosong itu terlihat sedikit bingung, tetapi segera memberikan gelengan kepala sebagai jawaban.
“Kau itu, ya! Membuat kita susah--tetapi kau harus ikut, Ji. Ini begitu menyenangkan,” timbal Jimmy yang tersenyum canggung. Sedikit ngeri dengan sorotan mata tajam Jungkook.
Entah kenapa, Jungkook terus saja memandang mereka seakan ingin memangsa jika hanya ingin membuat Jihyo kesal? Atau setidaknya mereka memang sengaja sedang mengolok-olok Jihyo. Jungkook pasti menjadi garda terdepan.
Akan tetapi, mereka melihat tidak ada pergerakan dari Jihyo. Masih pada posisi sebelumnya. Bersuara pun tidak--sangat berbeda dengan Jihyo yang suka sekali berdebat, baik itu hal sekecil saja.
Jungkook lantas menghembuskan napas kasar. Ia memilih mematikan mesin motor, kemudian menuntun kedua kaki untuk mendekat ke arah Jihyo. Lalu, ia mensejajarkan tubuhnya pada Jihyo yang menatapnya dengan sekilas.
“Bagaimana kabarmu, Baby?” tanya Jungkook, sekadar basa-basi.
“Biasa saja. Pergilah!” Singkat, padat dan jelas. Berhasil, meloloskan helaan napas kasar.
Namun, Jungkook tidak mengabulkan. Ia masih pada posisinya dengan menambahkan senyum tipis yang jelas membuat para gadis meleleh. “Aku akan pergi, tetapi dengan dirimu.”
Perkataan itu, membuat Jihyo menoleh sempurna. Tatapan mereka beradu, tetapi Jihyo bisa melihat senyum yang diberikan oleh Jungkook padanya. Hanya saja, ia pribadi merasa kelelahan--tidak berminat melakukan apapun.
“Kalian saja. Aku lelah,” lirih Jihyo.
“Kau tidak akan kelelahan, Baby. Kau hanya akan mengawasi dan menikmati camping yang akan kami lakukan. Anggota yang lainnya sudah menyusul di Puncak Hui,” balas Jungkook. Ia tersenyum lebar seraya menggenggam jemari Jihyo dengan kuat.
“Aku pastikan, ini akan sangat menyenangkan. Ikut, ya?” ucap Jungkook lagi. Berusaha sekuat tenaga agar Jihyo setuju. Terlebih, ia mengadakan camping dan mengeluarkan uang hanya untuk memberikan Jihyo hiburan--sebuah suasana baru.
Jihyo masih mengamati Jungkook yang berusaha membujuknya. Kepalanya dan hatinya berkecamuk, hingga ia melepaskan genggaman tangan itu. Bergegas untuk bangkit dan masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Me?
Teen FictionBEST COVER BY @INAGAEMGYU Kepindahan Shin Jihyo ke salah satu sekolah terbaik di Seoul, nyatanya mengubah seluruh alur hidupnya menjadi sangat sial. Niat membantu teman sebangku yang ditindas, malah membuatnya harus berhadapan dengan salah satu muri...