Seantero sekolah heboh. Selain karena tawuran yang terjadi, itu juga berlaku dengan kasus dari ayah salah satu murid--Bitna yang membuat semua orang berbondong-bondong untuk mencibir. Hal itu dapat dilihat saat ini. Setiap langkah yang Bitna pijaki, semua murid akan mengunjingnya--tidak ada rasa takut lagi.
Bitna mengepalkan tangan seraya menghentikan langkah. Lekas ia berbalik, menoleh ke belakang yang terdapat banyak perkumpulan.
"Apa kalian semua mau cari mati dengan membicarakanku? Kalian bisa kubuat habis didetik ini juga karena sudah berani secara terang-terangan," ucap Bitna dengan suara lantang. Beberapa orang langsung menunduk, mereka sedikit ciut--aura Bitna yang tetap menakutkan. Tidak membuat sang empu gentar akan masalah yang kini dihadapi keluarganya.
"Masih memiliki nyali yang besar dengan mengatakan itu? Kukira, akan ada perubahan walau hanya sedikit saja. Nyatanya, tidak ada sama sekali," sahut seseorang yang baru saja datang dengan ransel dipundaknya.
Kedua tangan Bitna langsung mengepal kuat. "Lebih baik kau diam saja! Walau kau memiliki tameng dari Black Dragon, aku tetap tidak peduli," ucap Bitna menantang.
Tidak ketakutan, Jihyo malah tersenyum renyah. "Aku hanya berbicara sesuai fakta. Astaga, berita semalam dan bahkan pagi ini perihal Bae Baekho terus saja bergulir. Tahu tidak, sangat mengerikan dengan menggelapkan dana pemerintah dan semua asetnya sedang tahap pemeriksaan," ucap Jihyo tanpa takut.
Semua murid mengangguk setuju. Tatapan yang awalnya menunduk karena takut, kita menatap Bitna dengan tatapan cemooh.
"Dasar! Bukannya tahu diri, malah terlihat seperti pada umumnya. Lihat saja saat ayahnya nanti mengenakan pakaian orange!"
"Lebih kau pergi, Bitna. Jangan bersikap seolah ratu yang selalu ingin menindas kami dengan kekayaan dan kekuasaan. Lucu sekali! Semua itu didapat dengan merusak uang pajak dari rakyat yang seharusnya untuk rakyat!"
Satu persatu ujaran kebencian untuk Bitna menguar bersama angin, membuat Bitna sedikit gemetaran walau sebelumnya ia bersikap santai dan menantang semua orang. Tidak memedulikan apapun, Bitna memilih untuk pergi yang kemudian mendapati sorakan dari para murid.
Jihyo pun hanya menaikkan satu sudut bibir. Kepalanya menggeleng sekilas. "Tidak memiliki rasa simpati sedikit pun."
"Kau benar Jihyo, dan kau sangat luar biasa!" sahut seseorang yang menepuk pundaknya. Kala Jihyo menoleh, itu adalah ulah Hyena.
Ia masih berekspresi sama. "Aku tidak melakukan apapun. Sudahlah, ayo ke kelas. Tidak lama lagi bel," ucap Jihyo seraya menarik langkah.
Hyena memanyunkan bibir. "Hm, terserah dirimu, Jihyo. Intinya kau terbaik dan aku akan mengajakmu jalan selepas pulang sekolah. Nanti katanya pulang cepat. Bareng aku saja, ya?"
Jihyo menghela napas mendengar itu. Sebenarnya Jihyo ingin sendiri dulu untuk menenangkan diri. Akan tetapi, jika tawarannya seperti itu. Sangat sulit Jihyo menolak. Alhasil, Jihyo menganggukkan kepala.
Namun, di sisi lain, Jihyo tiba-tiba saja mengingat kejadian kemarin. Ia penasaran dengan keadaan Ryu. Mengingat, tidak ada kabar apapun yang ia dengar. Jungkook bahkan tidak menghubungi dan mengganggu dirinya seperti biasanya. Hal itu terasa aneh.
Ada apa dengan Jungkook?
***
Jungkook nyatanya tidak masuk ke sekolah. Hanya itu yang Jihyo tahu tanpa kabar apapun. Walau sebenarnya sudah menjadi kebiasaan umum. Akan tetapi, bagi Jihyo itu sedikit mengganggu. Terlebih, sebelumnya telah terjadi hal mengerikan.
Namun, berusaha Jihyo untuk abai. Ia berusaha menikmati waktu bersenang-senang dengan Hyena di salah satu kafe yang tengah mempertontonkan live musik yang amat mengagumkan.
"Suaranya begitu merdu, tetapi Ji, apa kau tidak ingin menyumbang suara merdumu?" tanya Hyena seraya menyuap garpu berisi lilitan pasta ke mulutnya.
Sontak saja, Jihyo menggelengkan kepala. "Tidak mau, suaraku memang merdu, tetapi suasana hatiku buruk untuk menyanyi," balasnya dengan wajah dongkol.
Hyena belum membalas perkataan Jihyo. Ia terlebih dahulu mengamati wajah Jihyo yang tidak bersahabat dengan mengantongi beberapa hal yang berkeliaran di kepala. "Suasana hati yang buruk, ya? Hm ... apa karena Jungkook?"
"Sok tahu!"
Hyena mendengus mendengar jawaban Jihyo yang ketus. Benar-benar mode galak jika suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. "Bukan sok tahu, emang begitu'kan? Mengaku saja. Aku tidak akan mengejek, cuma heran saja, nasibmu begitu sekali, ya? Terjebak dalam lingkaran laknat Jungkook," ucap Hyena yang blak-blakan.
Jika disuruh jujur, Hyena memang benar. Suasana hatinya memburuk karena Jungkook. Sejak kejadian itu, hidupnya begitu sengsara. Ia jadi tidak tenang. "Entahlah, tetapi lupakan itu. Aku muak saja kalau-"
"Jihyo! Ayo kita pergi!" ucap seorang lelaki memanggil seraya mendekat. Hendak meraih pergelangan tangan Jihyo untuk menyeret, tetapi Jihyo dengan cepat menghempaskannya.
Alisnya menaut bingung. Jihyo baru saja ingin bertanya, tetapi Hyena langsung mengambil. "Tidak ada sopan santun sekali dengan senior! Mentang-mentang kau anggota Black Dragon, ya!" ucap Hyena yang sewot.
Lelaki itu langsung saja mengusap lehernya--menahan rasa kesal. "Aku tidak peduli soal itu! Aku hanya ingin menjemput Jihyo. Ini perintah dari Jungkook. Kalau mau berdebat, dengan Jungkook saja!" balasnya yang tak kalah sewot.
Hyena berkacak pinggang. "Dengar, Alexio! Kau kira Jihyo harus terus menurut gitu?"
Perkataan Hyena ampuh menaikkan sebelah alis dan sudut bibirnya Alexio. "Menurutmu? Jihyo pun sudah tahu ini. Aku hanya menjalankan perintah menyebalkan dari Jungkook," jawab Alexio.
Hyena kesal sekali. Akan tetapi, ia belum menjawab. Lebih pada menoleh ke arah Jihyo yang menatap ke arah Alexio dengan sebal.
"Kau mau membawaku ke mana?"
Alexio menghembuskan napas kasar. Ia adalah tipikal lelaki yang memiliki stok sabar begitu sedikit, sejak tadi ia emosi tetapi harus ditahan jika tidak ingin mendapat amukan dari Jungkook.
"Nanti kau akan mengetahuinya. Lagipula, aku tidak akan membunuhmu. Cepatlah! Nanti sangat larut!" ucap Alexio lagi.
Perlahan, Jihyo mengamati arlojinya. Memang hampir tengah malam. Rasanya, ia memang harus bergegas agar tidak mendapat begitu banyak pertanyaan dari ayahnya yang telah memberi izin untuk keluar.
Alhasil, Jihyo kini menoleh pada Hyena lalu pada Alexio secara bergantian, kemudian mengangguk. "Oke, aku akan membunuhmu terlebih dahulu jika kau memang macam-macam."
Sontak saja Alexio merotasikan bola matanya dengan malas. Sementara Hyena? Matanya membulat karena terkejut. "Serius Jihyo?"
Berharap Jihyo mengatakan ia beralibi. Akan tetapi, Jihyo berkata jujur. "Terima kasih untuk traktirannya. Aku pergi dulu, nanti kukabari lagi." Seraya meraih ransel miliknya. Ia juga melambai pada Hyena yang merasa sedikit takut. Hyena hanya khawatir akan keadaan Jihyo nantinya. Ia tidak pernah dan tidak akan bisa percaya begitu saja dengan Alexio atau anggota Black Dragon.
Hyena memejakan mata dengan kedua tangan mengatup. "Ya Tuhan, tolong jaga dan lindungi temanku."
Lalu, Jihyo mengekori Alexio yang memarkirkan motor di tempat parkiran. Dengan pelan, ia menaiki jok belakang sebelum Alexio melajukan motor dengan kecepatan di atas rata-rata.
Jihyo sontak saja memukul kepala yang dibalut helm itu. Alhasil, Alexio menggerutu. "Maumu apa, hah?"
"Kalau kau mau ke neraka, jangan mengajakku! Kau saja yang pergi sendiri. Tidak bisakah kau berkendara sesuai standar prosedur yang ada? Santai-"
"Tidak, kita sudah terlambat. Kau lebih baik tutup mulut!" ucap Alexio yang tidak ingin mengalah. Bahkan, semakin menaikkan tingkat kecepatan motor yang ia kendarai.
"Benar-benar percuma berbicara dengan manusia yang sejenis dengan Jungkook. Mereka sama saja," ucapnya sebal kendati Jihyo berdoa dalam hati agar ia selamat dari semua bahaya yang mungkin ada di depan mata. Bahkan, sekuat tenaga Jihyo berpegangan pada besi di bagian belakang. Ia tidak ingin menyentuh Alexio seperti yang tidak sengaja ia lakukan pada Jungkook.
Motor yang dikendarai oleh Alexio melaju sekitar lima menit dengan laju begitu cepat. Cukup menjauh dari pusat kota, bahkan sedikit mencekam kala mereka melewati rimbunnya pohon yang berdiri kokoh di setiap sisi. Jihyo berusaha untuk berpikir positif, walau sedikit sulit. Mana ada yang tidak lepas dari pikiran negatif kala tiba-tiba dibawa untuk melewati area hutan di larut malam?
Jihyo? Ia sedikit ketakutan. Bagaimana jika Alexio akan membunuhnya di sini dan akan meninggalkan tubuhnya begitu saja?
Jihyo menggelengkan kepala. Itu tidak boleh terjadi. Alhasil, Jihyo sudah mempersiapkan diri untuk membuat perlindungan bagi dirinya sendiri. Bahkan, hingga mereka keluar dari area mencekam itu dan membuat Jihyo sedikit heran.
"Ini ...." Jihyo tidak melanjutkan ucapannya. Ia cukup terkejut melihat begitu banyak motor sport yang berjejer rapi terparkir menghadap sebuah rumah adat Korea Selatan dengan pembatas banyak anak tangga menjulang ke atas.
Jihyo tercengang. Perlahan, turun dari jok belakang. Kini, ia bersebelahan dengan Alexio yang tengah melepas helm. "Ayo, Jungkook dan yang lainnya sudah menunggu di sana." Sambil menunjuk ke arah rumah adat itu.
Dengan mata menyipit, Jihyo bisa melihat begitu banyak barisan pria dengan jaket hitam berlogo Black Dragon menghadap rumah adat itu. Napasnya tercekat. "Kenapa Jungkook tiba-tiba membawaku ke sini, Ya Tuhan? Aku masih mau hidup."Kita cut dulu ya!
Sampai jumpa di bab selanjutnya yang begitu menegangkan😳 ada kejutan nantinya, hayo, apa yoh😄
See you guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Me?
Novela JuvenilBEST COVER BY @INAGAEMGYU Kepindahan Shin Jihyo ke salah satu sekolah terbaik di Seoul, nyatanya mengubah seluruh alur hidupnya menjadi sangat sial. Niat membantu teman sebangku yang ditindas, malah membuatnya harus berhadapan dengan salah satu muri...