Jihyo menjadi amatan dari banyak lelaki yang ada di lantai atas. Hal itu bahkan juga di mulai kala ia memasuki basecamp. Tatapan banyak ekspresi, sebenarnya membuat nyali Jihyo ciut. Hanya ia pintar menyembunyikannya. Walau dalam hati, ia berdoa pada Tuhan agar semuanya baik-baik saja.
“Wah-wah, Nona dari Black Dragon akhirnya menginjakkan kaki di basecamp. Sebenarnya, aku masih berharap bahwa apa yang dikatakan Jungkook sebelumnya itu hanya bualan,” sahut seorang lelaki yang memiliki rambut pirang—mengenakan seragam sekolah dari Starlight High School.
Jihyo mengerjapkan mata. “Sok ganteng sekali, sih! Lagi pula, aku juga berharap yang sama!” batin Jihyo menggerutu.
“Jhon, tutup mulutmu sebelum Jungkook yang melakukannya. Sebagai Ketua Divisi dua, kau harus menghargai anggota dari divisiku,” balas seorang lelaki yang baru menaiki lantai atas--langsung melewati ia dan Jungkook begitu saja.
Jihyo menyipitkan mata. “Tumben sekali! Biasanya juga dia yang paling gencar menyudutkanku!”Akan tetapi, Jihyo jelas tidak lupa jika Alexio adalah ketuanya. Hanya saja, Alexio begitu memerankan diri. Ia dibuat terkejut akan perubahan Alexio yang ternyata perhatian pada para anggotanya.
Jhon tampak mendecih. “Terserah, aku tidak peduli. Pada dasarnya, dia hanya akan menyusahkan kita. Aku masih heran dengan pemikiran Jungkook yang begitu tenang. Entah apa yang dia pikirkan.”
Semua orang sebenarnya sepemikiran dengan Jhon. Termasuk Alexio, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak selain pasrah dan menerima Jihyo sebagai anggota divisinya. Walau jelas akan menjadi beban divisi. Terkadang Alexio pusing dibuat memikirkan divisi pertama di masa depan nanti.
Jihyo pun juga satu pemikiran. Siapa tidak berpikir seperti itu kala Jihyo sendiri tidak memiliki minat atau kemampuan apapun?
“Salahkan Jungkook! Aku bahkan suka rela keluar jika Jungkook mengizinkan. Entah apa yang Jungkook pikir dan rencanakan! Hanya saja, pikirannya terlalu jauh!” Jihyo memekik dalam hati. Pikirannya tambah berkecamuk mendengar ungkapan anggota Black Dragon yang lainnya.
Namun, Jungkook diam saja. Tatapan dingin itu, rasanya ingin Jihyo cabik-cabik. Sangat menjengkelkan.
“Ini keputusanku! Tidak ada yang bisa mengganggu gugat dan kalian juga harus menghormati dan menghargai Jihyo sebagai bagian dari Black Dragon,” ucap Jungkook menengahi setelah ia memilih diam sejak tadi.
Semua orang tampak menunduk hormat. “Siap, leader!”
Jihyo langsung menatap heran. “Secepat itu mereka menuruti Jungkook! Memang sudah tidak waras.”
Lantas, Jungkook menoleh ke arah Jihyo yang termangu. “Baby, kau bisa mengambil alih sebagai treasure di Alexio dan memahami banyak hal tentang itu. Untuk saat ini, hanya itu dulu sebelum aku memberikan pemahaman lainnya,” ucap Jungkook memberikan titah lalu ia menoleh ke arah Alexio.
“Xio, beritahu Jihyo soal posisi treasure dan jangan membuatnya tertekan, apa lagi terluka.” Terdengar dingin menusuk membuat Alexio langsung mengangguk paham.
Jika sudah mendengar perintah itu, anggota yang ada di bagian atas seketika merinding. Mereka tentu tidak ingin membuat sisi lain Jungkook keluar jika sedang marah. Lebih baik memilih sifat dingin Jungkook daripada sisi keberingasannya yang sekali telak bisa melumpuhkan lawan.
Jungkook mengamati sekitar dengan ekspresi yang sama, lalu kembali mengamati Jihyo. “Kau di sinilah bersama dengan Alexio. Aku pergi--“
“Kau mau ke mana? Kenapa kau meninggalkanku seorang diri di sini? Kau tahu tidak, di sini begitu banyak lelaki yang serasa ingin memangsa. Kau mau membunuhku, huh?!” ucap Jihyo yang memangkas perkataan Jungkook. Bahkan memegang lengan Jungkook untuk menghentikan pergerakannya.
Jungkook terdiam beberapa saat sebelum tersenyum miring. “Oh, kau bisa takut juga ternyata.”
Mendengarnya, serasa ingin membuat kedua mata Jihyo keluar dari asalnya. “Kau pikir sendiri jika berada dalam posisiku.”
Alhasil, Jungkook melakukannya lalu kedua alisnya menukik bingung. “Ya, jika aku ada dalam posisimu, akan kuhabisi mereka sebelum ingin melakukannya pada diriku—“
“Tidak punya otak sekali! Pergilah!” ucap Jihyo dengan suara sedikit meninggi. Berhasil membuat beberapa orang di ruangan itu terkejut. Alexio yang mendengar sebal sendiri, tetapi berbeda dengan Jungkook yang malah tertawa renyah.
“Baiklah, kau hati-hati di sini. Tendang saja benda pusakanya kalau mereka macam-macam,” balas Jungkook yang mengacak-acak rambut Jihyo sebelum meninggalkannya. Untung saja, Jungkook lekas pergi dikarenakan jika tidak, dialah yang akan menjadi sasaran empuk Jihyo untuk menendang benda pusaka itu.
Jihyo kesal sekali. Akan tetapi, sekejap ciut setelah kembali mengamati sekitar. Ia melihat tatapan seolah ingin mengulitinya. Terlebih, Alexio yang langsung meninggalkannya menuju sebuah tempat. Tentu Jihyo mengekori, mengingat ia tidak mengenal siapapun selain Alexio kali ini.
“Entah kapan penderitaan ini akan berakhir? Jungkook sialan!”
***
Jungkook memukul bola bilyar menggunakan tongkat pemukulnya dan mencetak poin--bola itu masuk ke dalam lubang yang telah tersedia dan seharusnya seperti itu. Alhasil, ia mendapatkan tepukan karena itu adalah bola terakhir--Jungkook menang dalam ronde kali ini.
“Seharusnya kau tidak perlu main, Jung! Kalau begini, hanya kau yang akan menang dan main terus,” ucap Jimmy yang sungguh kesal. Ia telah menanti sejak tadi.
“Pecundang sekali!” ucap Jungkook santai. Rasanya Jimmy ingin merobek bibir Jungkook yang tidak berpikir setelah mengatakannya.
Saat ini, terdapat lima orang sedang memainkan bilyar. Jimmy, Jungkook, Jay, Ryu dan salah seorang anggota dibagian divisi dua, Myungso. Setelah memberikan Jihyo dan Alexio kesempatan untuk mengurus soal treasure, ia memilih bermain bilyar dengan yang lain setelah melihat kehadiran mereka.
Alhasil, Jimmy terdiam setelah mendengarnya. Jika kembali menimpali Jungkook, itu hanya akan menguras emosi dan membuat pusing saja.
Ryu yang sejak tadi diam mengamati, pikirannya sedikit berkelana. Akan tetapi, ia sudah lebih baik setelah peristiwa itu dan kembali beraktivitas seperti biasanya, walau mungkin belum se-efektif kemarin. Namun, seketika Ryu memikirkan seseorang--Jihyo! Gadis malang itu.
Oleh karenanya, Ryu langsung melirik ke arah Jungkook yang menanti putaran ronde selanjutnya. “Jung, lalu bagaimana dengan Jihyo? Kau tidak menyusahkannya, bukan?” tanya Ryu, tetapi Jungkook belum merespon--menoleh saja tidak ia lakukan.
Ryu jadi kesal saja. “Jung, ingat, kau yang menariknya dan jangan membuatnya semakin kesulitan dengan bergabung di sekelompok lelaki—“
“Aku tahu, Ryu! Lagi pula, dia tidak selemah itu dan jangan pikirkan apapun lagi soal, Jihyo!” ucap Jungkook tanpa menoleh dengan nada dasarnya, tetapi detik selanjutnya mengamati Ryu begitu lekat.“Ingat, dia adalah kekasihku dan aku tahu apa yang kulakukan untuknya!”
Perkataan Jungkook jelas didengar oleh semua orang yang ada di bagian bilyar. Mereka melihat dengan jelas, Ryu dan Jungkook yang saling menatap dengan aura yang begitu dingin dan itu hanya karena seorang gadis--Shin Jihyo.
***
Jihyo berdecak kagum melihat rekapan buku berisi transaksi untuk geng Black Dragon juga saldo tabungan dengan nilai fantastis--berkali-kali lipat dari uang tabungannya. Jihyo benar-benar tidak habis pikir.
“Sial, dari mana kalian mendapatkan uang sebanyak ini? Tidak mungkin merampok bank bukan?” ucap Jihyo spontan.
Alexio yang membuka lembaran demi lembaran buku sontak saja menghentikan kegiatannya. “Enak saja! Kami tidak seperti itu, ya! Ini semua ....” Alexio menggantung ucapannya karena ia langsung memperlihatkan sebuah daftar nama anggota Black Dragon.
“Iuran anggota Black Dragon setiap bulan,” ucapnya yang membaca setiap kata.
Alexio mengangguk. “Kami membayar iuran untuk ini semua, keperluan kita sendiri. Setiap bulan sekitar tiga puluh ribu won—“
“Mahal sekali! Sama saja seperti merampok dan tunggu dulu, jangan bilang aku harus membayar juga?” Jihyo lantas mengamati Alexio yang memilih mengedikkan bahu.
“Tanyakan pada Jungkook. Gadis miskin sepertimu jelas sulit untuk membayar iuran setiap bulannya, bukan? Siapa tahu, Jungkook yang akan membayar atau bahkan kau tidak membayar sama sekali,” jawab Alexio dengan lugas.
Ingin rasanya Jihyo memukul mulut Alexio walau memang ia tergolong miskin. Akan tetapi, ia memilih menatap sinis ke arah sang empu. “Aku memang gadis miskin, tetapi kau tidak perlu menyadarkan juga!”
“Apa salahnya? Bagus, bukan? Agar kau tidak lupa dan bisa memoroti Jungkook. Walau ikatan kalian tidak jelas, tetapi Jungkook mengakuimu sebagai kekasihnya. Gunakan sebaik mungkin dan jangan takut Jungkook bangkrut, dia bahkan bisa menghidupimu tujuh turunan. Lihat saja di daftar nama, dia penyumbang terbanyak dan pernah menyumbang sebesar sembilan ratus ribu won,” ucap Alexio yang menjelaskan pada Jihyo yang saat ini diam membeku.
“Kau kira aku matre—“
Alexio menggeleng. “Tidak, kau bodoh malahan. Seharusnya realistis saja. Aih, kau payah sekali! Aku ambil minuman dulu, baca itu terlebih dahulu!” pinta Alexio yang lekas pergi.
“Pergi sana! Cerewet sekali kau ternyata!” ucap Jihyo seraya melempar sebuah bantal sofa ke arah Alexio yang sudah terlebih dahulu menjauh.
Jihyo memilih fokus membaca apa yang ada di depannya dan memang benar. Jungkook selalu mengeluarkan banyak uang. Pantas saja mereka memiliki basecamp seperti ini dan juga, satu hal yang pasti, Jihyo jelas menyadari jika para anggota Black Dragon tentu saja tergolong dari kalangan atas.
Jihyo memahami jika ia tidak bisa membayar iuran ini.Hola guys! Maaf baru bisa update lagi, hehehe😄
Oh iya, covernya cantik kan? Ini dibuatin sama kak InaGaemGyu Makasih sebelumnya kak udah bikin cover sekece ini😻🙏
Oh iya guys, sampai jumpa di bab selanjutnya ya🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Me?
Teen FictionBEST COVER BY @INAGAEMGYU Kepindahan Shin Jihyo ke salah satu sekolah terbaik di Seoul, nyatanya mengubah seluruh alur hidupnya menjadi sangat sial. Niat membantu teman sebangku yang ditindas, malah membuatnya harus berhadapan dengan salah satu muri...