Bab XX : Di Hukum

216 44 3
                                    

Jihyo meregangkan seluruh tubuhnya karena begitu letih setelah mengerjakan pekerjaan rumah yang harus di kumpulkan besok. Jika saja sepulang sekolah ia tidak menerima ajakan Jungkook ke basecamp, jelas pekerjaan rumahnya sudah rampung sejak tadi. Akan tetapi, takdirnya begitu rumit kala kegiatannya itu baru usai ketika jarum jam berapa di angka sebelas malam.

“Sialan kau, Jungkook!” gerutu Jihyo yang hendak memasukkan buku itu ke dalam tas. Namun, urung terjadi karena ponselnya bergetar. Sebelah alis Jihyo sontak tertaut.

“Apa dia tidak bosan terus mengangguku, padahal kita tidak lama ini baru berpisah! Tidak waras!” kata Jihyo lagi. Ia memilih untuk tidak menjawab panggilan itu dan menaruhnya di atas nakas.

Bahkan, Jihyo menyalakan senyap pada ponsel agar tidak mendengar ponselnya berbunyi karena Jungkook yang ternyata terus menghubunginya, karena ia benar-benar sangat mengantuk. Rasanya, kasur sejak tadi menyapa Jihyo hingga ia lekas menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur seraya memejamkan mata—tidak peduli pada apapun lagi.

Nyatanya, Jihyo saat ini lupa menyetel alarm miliknya dan ia sudah tertidur begitu lelap. Bahkan, Jihyo tidak menyadari kala baru terbangun ketika mendengar suara klakson motor yang begitu memekik telinga, kala mengecek keadaan sekitar--waktu terasa begitu cepat--jam menunjukkan angka tujuh pagi.

“Astaga, aku terlambat! Kenapa aku ceroboh sekali!"

"Aku bahkan lupa jika tidak ada yang membangunkanku, karena Ayah harus kembali lembur hingga tidak pulang. Sial, aku bahkan belum sarapan!” Jihyo berkata dengan sangat kesal. Ia sungguh melakukan semua kegiatannya dengan gesit--tanpa rem dan bahkan tidak merapikan kamar tidur.

“Aku bisa melakukannya nanti. Intinya, aku tidak boleh terlambat!” ucap Jihyo lagi yang langsung meraih ransel dan buru-buru menuju ke arah Jungkook yang tengah bermain ponsel.

Jungkook yang tidak mengenakan helm kini tersenyum lebar. “Selamat pagi--"

“Jung, jangan banyak bicara! Ayo cepat ke sekolah. Kita sudah terlambat,” ucap Jihyo yang memangkas perkataan Jungkook dan bahkan langsung meraih helm yang khusus untuknya di jok belakang. Kemudian naik begitu saja.

Jungkook masih diam meresapi perkataan Jihyo, padahal ia belum mengatakan  apapun selain dua kata itu. Jihyo yang melihat Jungkook diam saja, membuatnya semakin kesal saja. Ditepuknya kepala Jungkook cukup keras.

“Ayo berangkat! Motormu tidak memiliki sihir hanya karena kita diam saja lalu tiba di depan sekolah. Jangan hanya diam saja--akh! Jungkook brengsek!” Jihyo mengumpat ketika perkataannya yang belum usai, tetapi Jungkook langsung menarik gas dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

***

Jihyo masih sangat bersyukur ketika mereka tiba tepat waktu. Pagar belum ditutup sehingga tidak ada pengecekan atau hukuman yang bisa saja didapat dari pihak Bimbingan Konseling. Sejak dulu, Jihyo selalu menjaga citranya--menjauh dari hal-hal yang bisa menghancurkan namanya, termasuk terlambat.

Sementara Jungkook, ia hanya bisa menggelengkan kepala saat Jihyo pergi begitu saja. Tanpa mengatakan hal sederhana seperti terima kasih. Jika disuruh jujur, Jihyo satu-satunya gadis yang begitu kurang ajar dan banyak nyali dengan dirinya. Karena itulah yang membuat Jihyo begitu menarik--sangat berbeda dari gadis manapun yang ia kenal.

Dalam hal ini, Jungkook masih berada di bagian parkiran. Ia menunggu kehadiran anggota Black Dragon dan akan ke kelas jika ingin. Sungguh perbedaan begitu kontras, tetapi jangan menganggap remeh Choi Jungkook, karena ia bahkan bisa melampau semua murid dalam pelajaran walau jarang mengikuti pembelajaran pada umumnya.

Namun, di sisi lain, Jihyo saat ini tengah memasuki kelas dan bernapas dengan lega. "Setidaknya, aku sudah sampai di dalam kelas. Tidak ada yang perlu kukhawatirkan lagi," ucapnya sembari memejamkan mata, tetapi ternyata beriringan dengan perut yang berbunyi karena keroncongan.

What's Wrong With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang