Bab IX : Pertengkaran

262 53 4
                                    

Katakan Jihyo bodoh, maka Jihyo akan memukul kepalanya. Lagipula wajar Jihyo menolak tumpangan yang ingin diberikan Jungkook kepadanya, mereka tidak seakrab yang dibayangkan. Jihyo bahkan seharusnya waspada. Bagaimana nanti di pertengahan jalan, Jungkook dengan temannya itu melangsungkan aksi yang tertunda? Membunuhnya?

Jihyo yang tengah menarik langkah sontak menggelengka kepala. "Aku tidak mau meninggal secara mengerikan! Aku juga masih muda," ucapnya lalu menghembuskan napas panjang. "Keputusanku sudah benar dengan berjalan kaki. Mereka pun sepertinya sudah jauh dan tidak mengekori. Itu lebih baik."

Alhasil, Jihyo menoleh ke belakang. Beberapa gedung termasuk gedung sekolahnya telah raup dari pandangan. Itu berarti, ia sudah jauh tertinggal. Hanya saja, untuk sampai ke rumahnya masih memerlukan beberapa waktu lagi. Terlebih jalan kaki.

"Sial sekali harus berjalan kaki!" Kembali menuntun kedua kaki untuk membelah lautan trotoar di sore hari yang hampir petang dengan mengentakkannya cukup keras.

Lelah, rasanya ingin berbaring saja di tengah jalan seandainya kendaraan tidak berlalu lalang. Apalagi, suasana trotoar yang mulai sepi--sedikit menjauh dari pusat kota. Sekuat tenaga, Jihyo meyakini diri akan keselamatannya hingga tiba di rumah nanti.

Hanya saja, kala berbelok dan melangkah beberapa saat, Jihyo seketika menghentikan langkah dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Mata bulatnya lantas mengerjap disertai gigitan pada bibir menahan rasa takut.

"Eh, ada murid dari Universe School yang melewati kawasan kita," sahut seseorang yang membuat Jihyo mengambil langkah mundur. Ia bisa melihat empat lelaki berseragam dari sekolah Starlight High School. Seragam mereka berantakan--bak anak berandalan, tetapi Jihyo bisa melihat nama sekolah mereka dari logo mereka. Sebelumnya, ia hampir berada di sana.

Jihyo hanya diam sembari melangkah mundur secara perlahan. Alhasil, membuat lelaki tersebut tersenyum miring. "Mau kabur ke mama, girl?"

Pertanyaan itu keluar bersamaan dengan Jihyo yang menabrak seorang di belakang. Serasa ia terkena serangan listrik. Tubuhnya merespon dengan getaran takut. Dengan cepat berbalik dan menemukan eksistensi seorang lelaki yang sama. Hanya saja, lelaki itu mengenakan jas sekolahnya berwarna abu-abu.

"Kalian membuat gadis ini takut," ucap lelaki itu dengan tatapan fokus pada Jihyo. Mata cokelatnya yang tidak lekas pindah, malahan lelaki itu tersenyum tipis.

Salah seorang dari mereka yang berambut pirang melangkah mendekat, pun Jihyo membuat jarak. "Ayolah, Dante. Kami hanya ingin bersenang-senang dengan salah satu murid dari Universe School. Itu sangat lucu tahu untuk mengundang kemarahan seseorang. Benar, bukan?" Lelaki dengan pin nama Hong Kai menaikkan sebelah alis pada Jihyo yang sejak tadi diam.

Alhasil, Jihyo menampilkan wajah jijiknya. "Dasar pengecut! Bersenang-senang yang ada di kepalamu itu hanya ingin mempermainkan. Hanya orang bodoh yang tidak tahu. Aku mau pergi-"

Namun, pergerakan Jihyo terhenti kala Kai menghentikannya. Senyum miring tampak di wajah tampannya. "Cepat sekali, ayo bersenang-senang dulu, baru itu ...." Kai tidak melanjutkan ucapannya kala mendengar suara ribut dari depan yang bersumber dari empat motor yang terus meraung. Kai bahkan langsung mengalihkan amatannya pada sosok yang baru saja datang. "Nah'kan, dia datang."

Tentu saja, Jihyo langsung menoleh ke arah itu. Suaranya yang berisik membuat Jihyo tersentak. Kai dan pria bernama Dante serta dua lelaki lainnya lantas memberikan fokus pada lima lelaki yang baru saja tiba, dengan amarah yang ingin meluap.

Itu adalah Black Dragon. Hanya karena seorang gadis, membuat Dante langsung tersenyum miring. "Halo, rival. Selamat datang di kawasan Tunderbolt, aku harap kau menikmati waktu yang-"

What's Wrong With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang