Hari ini adalah akhir pekan. Sekolah tentu saja libur. Akan tetapi, tidak dengan sang ayah yang pagi dini hari sudah berangkat ke Daegu--untuk melakukan survei pemasaran di Perusahaan cabang Daegu. Terlebih, sang ayah yang tidak membangunkan Jihyo, hanya memberikan catatan kecil di sebelah piring berisi bibimbap dan segelas susu.
Untuk putri kecilku.
Ayah harus pergi bekerja. Jaga diri di rumah dan ayah kemungkinan kembali besok. Ayah membuatkan sarapan untukmu. Semoga hari putri cantik ayah menyenangkan. Ayah menyayangimu.
Jihyo membeku membaca pesan itu. “Padahal aku sudah bangun sangat pagi karena hendak joging. Nyatanya, ayah bangun begitu pagi untuk bekerja,” ucapnya sedikit frustrasi. Lebih kepada kasihan pada ayahnya yang jelas bekerja mati-matian untuk memenuhi kebutuhan mereka--tepatnya kehidupan putri kecilnya.
“Aku sepertinya akan tetap mencari pekerjaan sampingan yang tidak dapat di ketahui oleh ayah. Jelas ayah pasti akan melarang jika tahu,” ucap Jihyo yang sudah mengukuhkan keputusannya. Setelah dari joging, ia akan berselancar di sosial media untuk menemukan pekerjaan paruh yang tidak akan mengganggu sekolahnya.
Alhasil, terlebih dulu Jihyo duduk dengan tenang untuk mengisi perut dengan bibimbap. Siapa yang tidak tertarik? Terlebih sang ayah adalah koki yang andal setelah mendiang ibunya. Jika Jihyo pikir-pikir, kematian sang ibu membuat banyak perubahan dalam kehidupannya. Salah satunya, sang ayah semakin bekerja keras dan bahkan hanya memiliki waktu sedikit untuk beristirahat.
Jihyo jadi berpikir, apa ini seperti peralihan agar sang ayah tidak terlalu memikirkan sang ibu yang telah meninggal dua tahun lalu karena kanker payudara yang dideritanya?
Jihyo hanya bisa menghembuskan napas seraya mengunyah potongan bibimbap yang terakhir, lalu meneguk susunya hingga tandas sebelum beranjak ke dapur--untuk membersihkan piring dan gelas kotor.
Pekerjaan kecil itu sering ia lakukan, mengingat ia tidak seperti orang kaya yang memiliki pembantu rumah tangga. Tentu dituntut oleh keadaan.
Alhasil, setelah selesai sarapan. Jihyo mengenakan jaket untuk melindungi dari dinginnya suhu Seoul di pagi hari. Kemudian mengenakan sepatu olahraga dengan tenang.
“Hari-harimu harus menyenangkan Jihyo!” gumamnya menyemangati diri. Ia bangkit setelah selesai lalu mengunci pintu rumah.
Jihyo meregangkan tubuh sembari memejamkan mata. Membiarkan segarnya sekitar menghantam tubuhnya hingga ia membuka mata lalu bersiap untuk berlari kecil--menuju taman yang ada di pusat kota.
Ya, semoga Jihyo bisa karena itu adalah target jogingnya.
Hanya saja, Jihyo ternyata tidak bisa sampai di taman yang ada di pusat kota. Tubuhnya secara melemas kala melihat sebuah taman yang ada di depan mata. Setidaknya sudah jauh dari area rumah. Taman itu tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang serta sekumpulan orang yang bermain bola basket. Jihyo tidak tertarik dengan itu, karena ia letih--pun ingin duduk dengan nyaman di kursi taman.
Dengan langkah pelan, membawa badan yang lemas itu mendekat ke taman. Tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk tiba di sana hingga kursi tersebut kini tepat di hadapannya. “Syukurlah!” Jihyo berseru dalam hati.
Ia pun lantas menuntun dirinya untuk duduk di kursi tersebut, tetapi sialnya, ia mendapatkan kejadian yang sangat menjengkelkan.
Ringisan tidak bisa terelakkan begitu saja kala bola basket yang digunakan sekumpulan lelaki tiba-tiba saja mengenai kepalanya. Jihyo sangat kesal, sehingga bola basket yang ada di sampingnya mendapat lirikan tajam. Sembari memegang kepala yang sakit, Jihyo mengambil bola basket itu. Apalagi kala Jihyo mendengar teriakan dari pemilik bola di belakangnya.
Jihyo yang telah mendapatkan bola itu, langsung berbalik dengan tatapan tajam ingin membunuh pada sekumpulan lelaki itu. Hanya saja, kedua mata bulat itu langsung saja membulat begitu lebar. Tidak menyangka jika paginya akan di ganggu dengan para pria bajingan.
“Oh, ternyata kalian ya! Tidak bisakah kalian bermain dengan tenang dan tidak menggangguku? Apa sesulit itu?” tanya Jihyo yang memencak.
Ryu, Jimmy, Alexio, Jay dan Jungkook mengamati Jihyo dengan lekat. Tidak ada yang bersuara dan semakin membuat emosi Jihyo tersulut.
“Kalian sungguh menjengkelkan, ya! Sudahlah tidak ada maaf. Itu juga hal sulit untuk dilakukan?” katanya lagi.
Alexio yang notabenenya tidak suka gadis modelan Jihyo yang kerjanya hanya mengomel langsung saja mengusap kupingnya berulang sekali sembari berdecak sebal. “Ini masih pagi. Kepalamu juga masih aman’kan? Tidak ikut terlempar dari tubuhmu. Maklum, lemparanku tidak begitu keras tadi,” ucapnya spontan yang semakin membuat Jihyo memanas.
Jihyo melangkah untuk mendekat dengan wajah yang tidak bersahabat. “Kau! Tidak punya sopan santun dan etika. Sudahlah tidak berperasaan—“
“Dari tadi kerjaanmu mengomel saja, katakan apa yang kau inginkan? Kita meminta maaf begitu?” sahut Jimmy kala yang lainnya masih memilih diam dan mengamati. Ryu sebenarnya tampak ingin berbicara dan melakukan isi kepalanya, tetapi ditahan oleh Jungkook melalui pergerakan tangannya.
Jihyo tentu saja mengangguk. “Kau pikir memang apa? Kau sudah tahu tetapi tidak ingin melakukannya. Anak kecil saja kalah dengan kau yang beranjak dewasa,” timpalnya.
Alexio menghela napas dan ingin kembali berdebat. Ia tidak ingin meminta maaf, rasanya tidak ada harga diri jika merendah pada perempuan dengan meminta maaf. Akan tetapi, Jungkook langsung memberikan bahasa untuk menyuruh diam. Alhasil, Jihyo kini menoleh ke arah Jungkook dengan tatapan yang kesal. Bahkan serasa ingin membunuh.
“Ternyata ada leader-nya di sini, tidakkah kau melakukan sesuatu untuk menertibkan anggotamu?” tanyanya yang membuat Jungkook tersenyum miring.
“Kau tidak perlu mengajariku soal menertibkan anggotaku. Kau akan mendapatkan keinginanmu, tetapi dengan syarat tentunya,” ucap Jungkook.
Jihyo tidak habis pikir. Padahal perkara minta maaf tidaklah harus seperti ini. Gengsi memang sangat menyebalkan. Alhasil, Jihyo menatap Jungkook dengan tatapan menantang.
“Apa kau ingin menantangku dengan bermain basket dan pemenangnya akan mendapatkan keinginannya, begitu?” ucap Jihyo asal yang mendapati anggukan dari Jungkook.
“Dua keinginan untuk pemenang,” ucapnya. Jihyo yang dalam emosi memilih untuk menerima tantangan itu. Terlebih kala harga dirinya kini di permainkan.
Secepat kilat, melempar bola itu ke pada Jungkook dengan sebal. “Aku terima! Kau melawanku dan hadiahnya mendapatkan dua keinginan,” ucap Jihyo yang kembali menjelaskan. Anggota lainnya merasa tidak habis pikir dengan apa yang mereka lihat. Termasuk Ryu dan ia merasa bodoh karena tidak bisa melakukan hal apapun. Hanya menyaksikan mereka berdua yang mengambil ancang untuk berlomba dengan Alexio sebagai wasit.
Alhasil, mereka berdua kini siap untuk bertanding. Akan diberikan kesempatan untuk memasukkan bola ke keranjang, tetapi lawan mencoba untuk merebut. Pihak yang berhasil memasukkan tiga bola akan menjadi pemenangnya. Jihyo tentu percaya diri kalau menang, mengingat ia bisa bermain basket dengan bagus. Namun, Jihyo tidak mengetahui soal Jungkook adalah ketua basket periode sebelumnya dan telah menyabet banyak penghargaan untuk timnya. Semua anggota Black Dragon juga adalah anggota basket sekolah.
Lantas, siapakah yang akan menang?
Jihyo sudah bersiap untuk menenangkan pertandingan. Kini, berhadapan dengan Jungkook yang men-dribbling bola amat lihat--tatapan dingin mengarah pada dirinya.
“Sial, kenapa dia malah terlihat lihai?” ucapnya dalam hati. Namun, Jihyo mencoba untuk tidak peduli.
Jungkook terus men-dribbling bola untuk mendekat ke arah ring basket. Lantas, Jihyo hendak untuk merebut tetapi nyatanya Jungkook melompat dan melempar bola di tempat--masih dalam area lingkaran. Jihyo terdiam dengan mulut menganga kala lemparan itu masuk.
Sempritan lantas terdengar nyaring. “Poin untuk Jungkook!” ucap Alexio. Anggota Black Dragon bersorak, tetapi Ryu hanya diam saja.
“Kukatakan dia akan kalah!” seru Jimmy.
Jihyo menatap tidak suka. Ia mengambil bola tadi. Kini, gilirannya men-dribbling bola dengan Jungkook yang berusaha untuk merebut. Amat mudah Jungkook melakukannya dan kini ia mencoba untuk lay up hingga sempritan kembali berbunyi.
“Poin kedua untuk Jungkook!”
Lantas Jihyo mulai tidak bersemangat dan kurang percaya diri. Jungkook sisa membuat satu poin sehingga akan mendapatkan kemenangan. “Seharusnya aku tidak terlibat pertandingan konyol seperti ini! Bodoh kau Jihyo!” batinnya.
Ia salah dengan meremehkan Jungkook yang begitu berbakat. Sangat mudah Jungkook mengambil bola lalu melakukan shooting ke ring dan kembali lagi, mencetak poin ketiga.
Alexio pun membunyikan sempritannya. “Poin ketiga untuk Jungkook! Pemenangnya adalah Choi Jungkook!”
Kemudian, sorak kemenangan dari kubu Jungkook terdengar memekik telinga. Jihyo tidak bisa berkutik. Mulai khawatir dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Mengingat, pertandingan ini memiliki taruhan. Akan mendapatkan dua keinginan yang harus dikabulkan oleh lawan yang kalah.
Jihyo serasa menjebak diri, tetapi ia tidak bisa memakan tantangan yang ia sepakati sendiri. Dengan pelan, ia menarik langkah mendekat ke arah Jungkook beserta temannya dengan tatapan lirih.
“Ya, kau menang. Jangan aneh-aneh, katakan apa keinginanmu?” tanyanya tanpa basa-basi.
Jungkook tersenyum miring mendengar Jihyo yang menawarkan sendiri. Terdengar sangat menakjubkan. Kepalanya spontan mengangguk dengan amatan yang masih fokus pada Jihyo.
“Keinginan pertama, aku ingin Alexio meminta maaf kepada Jihyo atas kesalahannya,” ucapnya. Ampuh membuat Alexio menunjuk diri sendiri. Lelaki itu serasa sedang bermimpi.
“Jung—“
“Lakukan, Alexio!” Jungkook memerintah. Bergegas Alexio melakukannya daripada mendapatkan amukan dari Jungkook, walau semua orang tentu terkejut mendengarnya.
Alexio kini berhadapan dengan Jihyo. “Aku salah, aku minta maaf,” ucapnya yang terdengar tidak tulus.
Jihyo yang masih dibuat terkejut hanya mengangguk. Amatannya masih fokus pada Jungkook yang tersenyum miring kepadanya. “Apa kepalanya tergeser?” tanya Jihyo pada diri sendiri.
Namun, harus terhenti untuk melakukannya karena Jungkook yang mendekat ke arahnya. Hanya menyisakan beberapa senti saja. Jihyo menahan napas karena itu. “Hei, apa yang kau lakukan?”
“Meminta keinginanku.”
Alis Jihyo tertaut karena ia sama sekali tidak mengerti. “Apa maksudmu?”
“Aku ingin kau menjadi kekasihku sampai aku bosan melihat dan merasakan kehadiranmu.”- T B C -
Halo, aku update! Jadi ingat wishlist: Be With You, ya😭 versi sangar tapi ini, wkwk.
Guys! Jihyo udah debut solo, jangan lupa streamingnya di kencengin ya😭
Aduhai banget si mba Jihyo😭😍 tapi aktor cowoknya bikin sebal aku setiap lewat, wkwk. Intinya, jangan dikasih kendor.
So, sampai jumpa di bab selanjutnya ya guys💓
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Me?
Genç KurguBEST COVER BY @INAGAEMGYU Kepindahan Shin Jihyo ke salah satu sekolah terbaik di Seoul, nyatanya mengubah seluruh alur hidupnya menjadi sangat sial. Niat membantu teman sebangku yang ditindas, malah membuatnya harus berhadapan dengan salah satu muri...