Setelah kejadian itu, Jihyo seketika menjadi topik panas bersama dengan Jungkook sang primadona. Tentu saja, Jihyo tidak pernah membayangkan jika terkenal karena hal tersebut dan nyatanya, Jihyo tidak bisa menerima kenyataan itu. Dengan sekuat tenaga, Jihyo berusaha agar tidak naik pitam akan setiap murid yang menghindari dirinya, tetapi setelah kepergiannya yang cukup jauh, mereka langsung membicarakan semua tentang dirinya--bahkan cerita yang Jihyo tidak tahu sama sekali.
Jihyo sebal sekali. Mengingat, ia kini menjauh dari banyak orang, termasuk dari pandangan Jungkook dan memilih berdiam diri di perpustakaan untuk beberapa saat--seraya mendengar musik yang mengalun dari earphone. Jihyo memejamkan mata.
“Killin’ me killin’ me good ....”
Walau ia bersenandung, Jihyo tetap sadar akan peraturan dari perpustakaan, sehingga berusaha untuk mengeluarkan suara begitu kecil. Sembari memejamkan mata, Jihyo terus melakukannya. Namun, harus sejenak terhenti kala sebuah buku mengenai kepalanya sesaat ia memilih duduk di pojokan--bersandar di belakang lemari buku.
“Sialan!” Jihyo meringis kesakitan. Ia langsung bangkit dan menoleh ke segala arah--mencari sesuatu yang membuat buku setebal kamus bahasa inggris itu terjatuh.
Tidak berselang lama, Jihyo melihat eksistensi seorang lelaki dengan raut wajah bersalah. Lelaki itu mendekat dan berusaha untuk menolong Jihyo yang sudah bangkit--memasang wajah ingin menerkam.
“Jihyo, aku minta maaf, aku tidak sengaja,” ucap lelaki itu dengan wajah bersalahnya.
Jihyo yang sebelumnya ingin murka, melihat jika itu adalah kesalahan yang mungkin tidak disengaja oleh Ryu, membuat kemarahannya mereda. Hembusan napas pelahan menguar, yang disertai dengan anggukan.
“Tidak masalah, ini tidak sakit juga!” ucap Jihyo yang kemudian tertawa seraya mengembalikan buku itu ke lemari yang berisi jejeran buku.
Ryu masih tidak enak hati. Terlebih bagaimana keduanya yang berada dalam kondisi yang tidak mengenakan setelah Jihyo benar-benar berkencan dengan Jungkook--rekannya.
“Aku benar-benar tidak sengaja—“
“Sudahlah, Ryu! Jangan membuat suasana hatiku semakin buruk,” ucap Jihyo yang memangkas perkataan Ryu yang belum usai.
Sang empu terdiam beberapa saat, mereka masih berhadapan dengan kedua mata yang tidak sengaja saling beradu. Ryu menatap begitu lekat mata indah milik Jihyo. Ia terhenyak dan tenggelam di sana. Jika saja Jihyo tidak mengibaskan tangan di wajahnya, Ryu pasti masih akan menyaksikan hal itu.
“Kau kenapa?”
Ryu menggeleng. “Tidak ada. Oh iya, aku juga ingin meminta maaf atas perlakuan rekan setimku kepadamu. Sudah jelas, kau pasti tidak akan bisa melupakannya,” ucap Ryu tulus.
Dengan cepat, Jihyo mengangguk sebagai balasan. “Benar sekali! Aku tidak bisa melupakan hal yang dilakukan teman-teman bajinganmu itu! Termasuk leader-mu itu! Apa pada dasarnya, kalian membuat geng untuk merusak? Oh, itu sudah jelas!” ucap Jihyo yang meluapkan rasa kesalnya.
Ryu mengerti kesakitan yang dirasakan oleh Jihyo. Terlebih itu berasal dari Jungkook. Kepalanya pun mengangguk paham. “Aku mengerti lukamu. Akan tetapi, geng yang kami buat tidak seperti yang kau pikirkan—“
“Tahu apa kau soal luka dan pikiranku?” tanya Jihyo dengan tatapan datar--berubah seratus persen dari pertama mereka membuka perbincangan.
“Kau begitu terluka untuk seseorang yang hanya menginginkan ketenangan. Pikiranmu selalu kacau dan tidak tenang, hal buruk selalu menghantuimu setiap saat. Aku bisa memahami itu,” ucap Ryu dengan tatapan yang masih sama.
Jihyo jelas mendengar hal itu, pun Ryu tersenyum tipis. “Akan tetapi, geng yang kau anggap merusak sebenarnya tidak seperti itu. Kami hanya ingin berusaha untuk melindungi dan akhir-akhir ini memang terlihat berantakan, karena keluar dari zona yang telah ditetapkan. Aku minta maaf untuk itu, aku mengusahakan semuanya kembali seperti sedia kala. Maaf membuatmu tidak nyaman, Jihyo,” ucap Ryu lagi yang menambahi.
Sebelum pergi, Ryu tersenyum tipis. Lantas, benar-benar meninggalkan Jihyo yang tenggelam dalam kesunyian perpustakaan dan isi pikirannya setelah mendengar perkataan Ryu.
Jika dipikirkan, Ryu memang satu-satunya anggota Black Dragon yang waras. Hanya saja, Jihyo merasa tidak boleh langsung percaya begitu saja. Sudah cukup membuat hidupnya begitu pelik.Dengan cepat, Jihyo menggelengkan kepala--tidak ingin memahami setiap kata yang Ryu curahkan beberapa saat yang lalu.
“Jelas, itu hanyalah omong kosong!”
***
Jihyo serasa sudah diborgol oleh lelaki sejenis Jungkook. Pasalnya, ia yang hendak pulang seperti biasanya, harus di paksa bagai budak untuk selalu menurut kepada majikan dan Jungkook yang selalu mengingatkan soal taruhan yang ia buat sendiri waktu itu. Setidaknya, bisakah Jungkook membiarkan ia melakukan hal yang ia inginkan? Lagipula, Jihyo tidak peduli perihal mereka adalah sepasang kekasih. Mengingat, itu hanyalah permainan yang jelas tengah Jungkook mainkan.
Jihyo yakin seratus persen dan tidak ingin terperdaya begitu saja. Sikap manis dan sok pahlawan dari Jungkook pasti memiliki makna lain. Sekali lagi, Jihyo tidak boleh begitu mudah percaya dengan setiap perlakuan yang Jungkook berikan. Seperti saat Jungkook memberikan tumpangannya.
Walau Jihyo kini duduk di bagian jok belakang, wajahnya terlihat tidak bersahabat. Beruntung, Jungkook tidak terlalu memacu kecepatan motor. Hal itu dikarenakan di belakang mereka terdapat dua motor sport lainnya yang sejak tadi mengikuti. Motor yang dikendarai oleh Jimmy seorang dan Alexio yang berbagi dengan Jay. Sedikit heran karena Jihyo tidak melihat eksistensi Ryu.
Terakhir kali sewaktu di perpustakaan. Akan tetapi, kenapa ia tiba-tiba mengingat Ryu? Walaupun Ryu baik kepada dirinya. Ryu tetaplah sejenis dengan Jungkook. Ia pun menghela napas dan mulai membuang semua pikiran itu.
Namun, tidak berlangsung lama, motor yang dikendalikan oleh Alexio kini sejejar dengannya. Bahkan, terlihat Jay yang menurunkan kaca helm-nya dan menatap ianjuga Jungkook secara bergantian.
“JUNG! RYU DALAM MASALAH! KINI TUNDERBOLT GANG MENGEPUNG RYU DENGAN PASUKAN YANG BANYAK!” Jay berteriak yang membuat Jungkook mengurangi kecepatannya.
Jay menghela napas melihat respon Jungkook. Itu berarti, Jungkook mendengarnya. “POSISI RYU ADA DI LUAR GEDUNG BISBOL. MENGAMBIL ARAH BARAT SETELAH KELUAR DARI PUSAT KOTA!”
Setelah mendengar itu, Jungkook kembali menarik gas--menambah kecepatan untuk segera tiba. Jihyo pun dibuat takut dan terpaksa memeluk pinggang Jungkook agar tidak terjatuh.
Hanya saja, Jihyo membeku kala mendengar informasi dari Jay. Walau angin saat berkendara begitu berisik, Jihyo masih bisa mendengar sangat jelas. Ryu kini dalam bahaya karena dikepung oleh para lelaki yang sama bajingan dengan dirinya.
Akan tetapi, tunggu dulu! Jihyo sontak membulatkan mata tidak percaya. Kenapa Jungkook tidak menurunkannya di suatu tempat atau sejenisnya? Bukankah seharusnya Jungkook tidak mengajak dirinya yang tidak tahu apa-apa ke tempat berbahaya? Nyatanya, Jungkook langsung melaju dengan kecepatan tinggi menuju area yang telah disebutkan.
“Demi Tuhan, Jungkook! Jika aku terluka sedikit saja, aku akan dengan senang hati memukul dan menjambak rambutmu, sialan!”
Benar saja, Jihyo bisa melihat banyaknya motor yang terparkir di depan sebuah gedung bisbol yang semulanya sepi. Kini ramai karena diisi oleh para anak sekolah dengan motornya.
Jihyo bisa melihat ada sekitar lima belas orang dengan Ryu yang kini penuh akan luka lebam pada wajah juga tubuhnya. Berusaha bangkit dari kesakitan yang ia alami dan lebih dari itu, Jihyo bisa melihat seorang gadis yang berseragam sama dengan dirinya--menangis tidak karuan karena posisinya yang berada di belakang Ryu.
Jihyo mencoba untuk melihat dengan jelas. Namun nyatanya, berhasil membuat kedua bola matanya membulat dengan sempurna. “Arin?” ucapnya dengan terkejut.
Bergegas Jihyo turun dari jok belakang, hendak ke sana tetapi Jungkook langsung menahan pergelangan tangannya. “Kau tetap harus berada di belakangku, Jihyo. Setidaknya, pikirkan temanmu dan juga temanku,” ucap Jungkook pelan. Ekspresi wajah yang datar dan sulit ditebak. Namun, bisa membuat Jihyo menurut untuk sementara waktu.
Ini demi kebaikan semua orang.Tbc.
Halo guys! Kita cut dulu ya di sini, wkwk *kabur
Tetap stay pokoknya sama kisah mereka ya dan jangan lupa tinggalkan jejak🦋
Sampai jumpa di bab selanjutnya, guys🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Me?
Подростковая литератураBEST COVER BY @INAGAEMGYU Kepindahan Shin Jihyo ke salah satu sekolah terbaik di Seoul, nyatanya mengubah seluruh alur hidupnya menjadi sangat sial. Niat membantu teman sebangku yang ditindas, malah membuatnya harus berhadapan dengan salah satu muri...