15. Timpukan Fakta

134 11 6
                                    

Pertarungan kedua legenda kita setelah lima belas tahun akhirnya kembali. Sementara itu, mari kita berdiam diri dan menonton meski tidak ada biji jagung yang bisa Peppey ledakkan menjadi popcorn.

Lagipula, apa yang bisa kita lakukan di tengah suasana intensif ini? Menyoraki layaknya pertandingan resmi? Yang ada justru kita ikutan dilempar ilusi sana-sini atau ditebasi sabit imitasi sihir yang pastinya bukan milik Grim Reaper si mantan tersayangku. Meskipun imitasi begitu, benda itu pasti tetap akan memberikan efek yang sama dengan sabit pencabut nyawa yang asli kalau-kalau tersasar ke sasaran yang tidak bisa menghindarinya.

Sementara yang lain mengawasi jalannya pertarungan dengan waspada seolah mereka perlu menghitung skor masing-masing petarung untuk menentukan pemenangnya, aku hanya mengusap dahi. Bukan hanya ingatan soal kejadian di dekat gua penyegelan yang dihapus, ingatanku mengenai alur asli Viva Fantasy juga masih belum cukup lengkap. Aku teringat kembali dengan identitas asli Genah sebagai Clover tepat saat ia mengumumkannya, namun aku yakin masih ada satu lagi identitasnya yang belum diungkap dan tidak bisa kuingat. Tolong, admin server, berikan aku kesempatan untuk mengingatnya. Gumamku dalam hati entah untuk siapa. Aku janji tidak akan memberikan spoiler gratis kepada mereka.

Jalan pertarungan ini jelas tidak menuju ke arah yang baik bagi kami, karena Genah sudah semakin tersudut bahkan meski menggunakan kemampuan ilusi gelang topaz. Meski ia juga terus mendesak Herobrine, tapi semua saksi pasti menyaksikan siapa yang sebenarnya paling terpojok.

Topeng Clover itupun retak, begitu juga topaz yang terlepas dari wadahnya. Hempasan angin yang begitu kuat menerpa, menjatuhkan kalung emerald Marvel dari lehernya.

Kita semua melihatnya. Genah sudah melewati ambang kekalahan. Dengan Marvel hanya bisa menatapnya, memanggil perlahan. “Papa—”

Topaz sudah berada dalam genggaman utuh Herobrine, yang sudah siap mengacungkan sihirnya untuk menutup lembaran takdir Genah secara harfiah. Sihir bernuansa keunguan itu menguar pekat di antara mereka, aku terlalu terpaku untuk bisa menghentikannya.

Lagipula, bukan aku yang menghentikan mereka.

Suara dentuman lain terdengar, menaikkan kembali atensi kami. Aku berbalik, melihat Marvel yang entah bagaimana menguarkan aura samar kehitaman. Demi melihat itu, entah kenapa Herobrine mendadak jadi pengecut dan memutuskan untuk pergi begitu saja.

Samsul sudah setengah jalan untuk mengapresiasi Marvel yang berhasil mengusir Herobrine, namun aura hitam itu masih menguar lebih pekat dan mulai bergerak tidak terkendali menyerang ke segala arah. Demi melihat kondisi yang masih buruk, Genah segera memberikan instruksi.

“Samsul! Lempar kalung itu ke Papa sekarang!”

Samsul yang masih tangkas segera mengambil kalung emerald yang tergeletak di sebelah kakinya, lantas melemparkannya dengan jitu pada Genah. Di genggamannya, kalung itu entah bagaimana bersinar terang, mengeluarkan cahaya silau benderang yang seolah meraup seluruh aura hitam yang menyelimuti Marvel. Aura itu hilang, begitu juga dengan kesadaran Marvel yang langsung ambruk ke tanah.

-

Genah sedang sibuk berbincang dengan Gizan dan Daazan sementara kami menatapi Marvel yang belum siuman.

“Tadi kalian lihat kan? Marvel—” Samsul mencoba mencari topik pembicaraan.

“Iya, kita lihat. Marvel ngeluarin entah apa aura-aura hitam gitu, menurut kalian itu apa?” sambung Peppey, ikut melontarkan pertanyaan.

Aku berkelakar, “Bukannya sudah jelas itu sihir?” mereka kompak menoleh padaku, membuatku melanjutkan penjelasan. “Maksudku—memangnya apa penjelasan lain di dunia penuh sihir kayak gini? Kita gak tau apa bakat sihir Marvel sebelumnya, mungkin sekaranglah sihir dia akhirnya bangkit.”

A Changed Plot - Viva FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang