30. Kakakku Seorang Dewa, dan Segalanya Jadi Lebih Buruk

134 11 3
                                    

Setelah tercengang beberapa saat, Samsul adalah yang paling pertama bersuara.

“Jadi–selama ini, Kak Azre sebenarnya adalah dewa?” ucapnya patah-patah, “kenapa kakak gak pernah bilang ke kita?”

Azre menghembuskan napas perlahan, rautnya bersalah namun tidak punya pilihan lain. “Maaf, itu cerita yang panjang. Tapi intinya, kita tidak punya banyak waktu sekarang ini. Kalian harus bergegas.”

Aku beranjak mendekati Rafel yang masih lemas dan raut pucatnya yang seolah habis kerasukan. Entah kenapa secara alamiah aku punya respek lebih kepada Rafel, mungkin karena kami sama-sama berambut oren di sini. “Apa yang terjadi? Rafel kenapa?” tanyaku pada Azre.

“Dia menderita syok berat akibat jalur sihirnya dibuka paksa. Aku butuh kalian untuk menyembuhkannya,” sahut Azre menatap para perawat yang dengan sigap membopong Rafel. Sementara itu, tatapan kami terpancang pada Azre. “Apa yang telah terjadi?”

Azre menarik napas, menatap kami dengan awas. “Beberapa hari setelah kalian pergi ke Olvia, pulau Spadia diserang.”

“Kami tau itu,” potong Alvin yang sedari tadi hanya diam bersandar dinding. “Lebih baik, jelaskan langsung apa yang kami tidak tau, wahai dewa berkulit manusia!”

Azre menatap Alvin seolah mengatakan, aku tau itu tapi dengarkan dulu! Ia menarik napas berat dan melanjutkan, “Diam dulu, bocah. Hari itu, Apophis menyerang Spadia dan sengaja memutus jalur antara Spadia dengan kawasan luar. Dia mengincarku dan sengaja melakukan itu agar aku tidak memiliki kesempatan membantu kalian.

“Lalu, ketika aku menjauh dan sampai di kawasan hutan Vermillion, aku mendengar suara dentuman ganjil dari gua penyegelan Herobrine. Saat sampai di sana, Malik dan GM …”

Azre terdiam, menatap Rafel yang rautnya masih belum membaik. “Antek-antek Annum tengah menyerbu mereka. Pasukan dari Olvia bergelimpangan. Malik dan GM disudutkan, sementara Rafel … kemampuan Fantasianya sebagai seorang Spirit diaktifkan paksa, membuatnya mengalami syok parah sementara antek-antek Annum berebut menguasainya. Aku berhasil menyelamatkan Rafel, tapi mereka keburu membawa pergi Malik dan GM sementara aku bisa merasakan Apophis bertolak ke Elheims. Aku berusaha sesegera mungkin untuk sampai, tapi sepertinya Apophis terlalu cepat. Apalagi antek-anteknya menghalangiku sepanjang jalan.” Pungkasnya panjang lebar.

“Tunggu dulu,” interupsiku, “bukankah Annum tersegel di Void bersama Babilonia? Bagaimana antek-anteknya bisa keluar? Dan, bukannya hal yang sama juga berlaku pada Apophis?”

Azre menatapku. “Kau benar, Apophis seharusnya juga terikat di penjaranya bersama Void. Sayangnya, ketika The Reborn terjadi, sebagian kekuatan Kekacauan Apophis ikut terhempas keluar bersama dengan sihir Babilonia. Setelah 15 abad, tampaknya kekuatannya sudah cukup terkumpul sehingga sebagian manifestasi dirinya sanggup keluar. Meski tetap saja, tubuh aslinya tetap terperangkap dan baru terbebas jika segel Void dibuka.

“Dan soal antek-antek Annum, mungkin lebih tepatnya antek-antek Annum yang dikendalikan Apophis. Meski hanya mewujud sebagian, pengaruh Apophis sudah begitu kuat. Antek-antek Annum yang juga mewujud keluar saat The Reborn dia kuasai dan pergunakan. Kelihatannya, Apophis telah merencanakan sesuatu bersama Annum. Sesuatu yang sepertinya lebih jauh dari sekedar membuka segel Void.”

Kami mencerna penjelasannya perlahan, sebelum kemudian Gizan menambah pertanyaan. “Kalau begitu, apa tujuan mereka menangkap Raja Vermillion dan Raja Olvia? Juga bocah ini–” dia menoleh pada Rafel, “–apa yang membuatnya seolah begitu spesial sampai-sampai diperebutkan segala?”

Aku mengangguk, “Apophis juga sempat mengatakan kalau kedua raja kita sedang menjadi mainan dewa. Sebenarnya ada apa dengan mereka?”

“Itu mudah dipahami,” ujar Azre, “mau bagaimanapun, kaum seperti mereka memiliki hubungan lebih luas dengan sihir. Malik adalah putra Blane, pengguna batu ruby sebelumnya disamping ia juga memiliki kemampuan fisik yang paripurna. Kalau ia melatih sihirnya seintensif latihan berpedangnya, dia akan mudah menjadi seorang yang ditakuti dan menjadi bawahan yang berharga untuk Annum. Sementara GM adalah petinggi sihir yang berpengetahuan luas, dia akan lebih mudah menerima kuasa Annum dan lebih menguntungkan ketimbang seribu prajurit manusia yang awam. Dan Rafel sendiri memiliki tipe sihir Spirit, summoner yang dapat memanggil makhluk yang berkontrak dengannya.”

A Changed Plot - Viva FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang