Taman Doa, Kuil Giok.
Embusan angin di sekitar Gunung Qianshi sesekali mengelitik leher Xuxian. Ia sedang duduk, dengan postur tegap dan napas yang teratur, matanya memejam sementara pikirannya fokus ke satu titik. Sudah dua hari ia tidak bersungguh-sungguh berkultivasi. Malam ini, setelah tadi sore mendengarkan rencana Ouyang Feilan, entah kenapa Xuxian jadi tergoda untuk serius kembali memulai kultivasinya.
"Aku akan mencoba membunuh Bai Suzhen menggunakan darah batu Qianfeng."
Bunuh.
Apakah ayah bakal senang mendapat kabar ini? Semisal dirinyalah yang justru mengambil peran itu, apakah ayah bakal lebih bangga?
Kegelisahan pelan-pelan merayap dari hatinya. Xuxian menghela napas keras dan membuka mata. Ia berguling ke lantai kayu tempat Taman Doa berada lalu berbaring menatap ke langit luas di atas kepalanya.
Taman Doa berupa ruangan terbuka tanpa dinding yang berukuran lima kali lima meter. Dikelilingi kolam beku yang sekitarnya tertutup salju, di belakang Taman Doa ada sebuah bangunan kecil yang menampung patung Dewa Shanqi. Patung itu terbuat dari lapisan es beku yang dipahat menyerupai bentuk sang dewa itu sendiri. Di belakang bangunan kecil itu ada koridor terbuka berbentuk setengah lingkaran yang memutari kolam dan menyambung ke taman di samping kolam. Sejauh mata memandang, Taman Doa selain dikelilingi taman dan kolam, di sekitar Gunung Qianshan, puncak-puncak gunung sesekali menyembul dari antara kabut tebal yang menengahi perbatasan Kuil Giok dengan kota di bawah sana.
Xuxian merebahkan diri dan bersantai sejenak di tengah embusan udara dingin. Rambut poninya sesekali terhempas pelan. Ia sudah berusaha menenangkan pikiran hampir dua jam. Seiring ia menikmati waktu yang tenang, tanpa sadar ia tertidur dan bermimpi.
Di dalam mimpi, Xuxian melihat seekor ular putih dengan tanduk kebiruan di atas kepalanya. Ular putih itu memiliki mata biru dan sisik-sisik berkilau dan menakjubkan. Di antara bukit—yang sepertinya adalah Gunung Qianshi sendiri, Xuxian seolah mengenali sosok itu. Mereka berbincang sebentar, dan Xuxian mendapati kalau ular itu ternyata tinggal di sekitar Gunung Qianshi.
"Aku punya satu rahasia yang tidak pernah orang lain ketahui," kata Ular Putih itu.
Xuxian berjalan di samping ular besar itu. Ia mendongak dan menyahut, "Apa itu?"
Bukannya menjawab, ular itu malah bersinar dan berubah menjadi sesosok wanita cantik dengan rambut panjang dan pakaian serba putih melilit tubuhnya yang ramping. Di sekitar pinggangnya terdapat selendang putih yang berkilau. Di wajah wanita itu sekilas terdapat sisik putih, namun dalam beberapa detik, sisik itu menghilang.
Mata cerah itu menatap ke arah Xuxian dan dengan senyumnya yang menggetarkan jiwa, Xuxian mendapati dirinya membeku di tempat.
"Aku akan membunuhmu," ucap ular itu sambil tersenyum.
Belum juga Xuxian sadar dari kecantikannya, selendang berkilau yang ada di pinggang wanita tadi itu langsung ditarik ke udara. Xuxian tersentak. Selendang itu berubah menjadi pedang dan ular putih tadi langsung menghunuskan pedang ke perut Xuxian. Dalam sentakan cepat itu, Xuxian pun bangun dan berteriak.
Napas Xuxian terengah-engah. Ia mendapati mimpi itu terasa nyata sekaligus menyeramkan. Dalam kekalutan, ia meraba-raba jantungnya dan merasakan denyut pelan dan dingin dari sana.
Cahaya Roh masih aman.
Dia masih hidup.
"Xiao Xian?" suara seorang pria tua memecah keheningan. Xuxian menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Lei Hexia sedang melangkah mendekatinya dari arah koridor terbuka.
Samar-samar, cahaya rembulan menyinari Taman Doa yang gelap. Xuxian sengaja tidak menyalakan lentera di sekitar Taman Doa karena demi menjaga ketenangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Between the White Snake and the Prince
FantasíaCompleted. [Retelling Chinese Mythology] Bai Suzhen, siluman ular putih yang cantik harus mendapatkan kembali kepercayaan gurunya-Mo Lushe dan membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengkhianati Tanah Iblis. Gara-gara energi cahaya yang tidak sengaja...