Jalanan di depan Kuil Mata Api retak. Sesuatu mendorong ke luar dari dalam tanah, membuat retakan panjang sampai entah ke mana. Tanah bergetar hebat dan guncangan pelan seolah menimpa titik-titik tertentu di tanah. Dunia mortal sedang dalam ancaman. Langit merah di atas kepala mereka menekan keberanian, menguapkan debar cemas dan kekhawatiran. Melambung bagai harapan yang hilang dalam sekejap.
"Langit Giok—" Xuxian hendak berputar dan bergegas pergi. Tapi ia teringat Bai Suzhen.
"Xiao Bai, aku harus ke Kuil Giok sekarang. Langit Giok pasti sedang tidak baik-baik saja..." Xuxian berkata setengah merenung, memandang langit.
"Apakah Guru sudah memulai perangnya dengan Dewa Shanqi?"
Xuxian tidak menjawab pertanyaan itu, matanya melebar dan ia segera berbalik untuk berlari. Namun Bai Suzhen mencegahnya.
"Aku ikut!"
"Tidak. Kau harus di sini. Luka dalammu belum pulih," sergah Xuxian.
"Ikut atau tidak ikut, sama saja. Xuxian, ingatlah kalau aku ini masih ada harapan untuk menjadi sosok penetral. Kau harus memberiku kesempatan."
Setelah Bai Suzhen memohon begitu, Xuxian seperti melihat dirinya di dalam wanita itu. Ia pun menyerah dan membiarkan Bai Suzhen ikut.
Perjalanan menuju Gunung Qianshi sewajarnya memakan satu jam lebih. Tapi karena langit merah, di jalan, para warga keluar dari rumah dan mendadak cemas. Gemuruh di tanah seperti gempa juga membuat orang-orang bertanya-tanya. Ketika melewati kediaman Walikota Yan Zhong, Xuxian diberhentikan oleh Yan Liang yang sedang berkumpul bersama para pengawal. Gadis itu mengenakan pakaian zirah layaknya pengawal yang hendak berperang.
"Xuxian!" seru Yan Liang dengan senyum cerah meski keningnya mengerut cemas. Gadis itu menghampiri Xuxian setengah berlari. Di tengah pusat kota, para warga pejabat mengamati langit merah, saling bergumam khawatir. Tapi mereka tetap tenang dan menunggu pernyataan yang pasti dari kekaisaran.
"Yan Liang, kenapa kau pakai baju zirah begini?" tanya Xuxian setengah takjub melihat penampilan gadis itu. Padahal sehari sebelumnya, gadis itu masih mengenakan hanfu pengantin dan riasan cantik.
"Karena ibuku masih belum merestui Qinfei, aku mengambek dan berlatih bersama prajurit militer saja sampai ibuku menyerah. Jangan hiraukan masalah ini. Aku baik-baik saja. Sebaliknya, kau. Apa yang terjadi di Langit Giok sampai langit merah seperti ini? Kukira kau selama ini masih berkultivasi," sambil berujar, Yan Liang memperhatikan Bai Suzhen yang berdiri di samping Xuxian.
"Ada sedikit masalah. Tapi aku tidak bisa mengatakannya sekarang—"
Yan Liang menyergah Xuxian sebelum dia kembali beranjak, "Xuxian, siapa dia?" tanya Yan Liang ragu.
Xuxian memandang ke arah Bai Suzhen lalu ke Yan Liang. "Ah, dia wanita yang menahan para pengawal waktu itu di jembatan. Kau lupa?"
Bukannya menjawab, Yan Liang malah berbisik ke telinga Xuxian. "Wujudnya luar biasa cantik. Dia pacar barumu, hah?"
"Ngawur!" Xuxian mendecih, dia jadi malu sedikit dan berdeham. "Yan Liang, aku harus segera pergi ke Kuil Giok. Omong-omong, ini Xiao Bai. Aku akan mengenalkannya lebih jelas lagi padamu nanti. Kau berhati-hatilah, Hei Suzhen sudah masuk ke dunia mortal. Kupikir para pendeta tidak membutuhkanku. Kau tahulah, mereka selalu menyuruhku bersembunyi dan menghindar. Tapi sekarang," Xuxian menengadah ke puncak Gunung Qianshi yang samar-samar terhalang kabut di langit. "Aku tidak akan diam begitu saja. Pasti terjadi sesuatu di dunia immortal."
"Apakah Dewa Shanqi akan meminta Cahaya Rohmu?" tanya Yan Liang membuat kening Bai Suzhen sedikit mengernyit. Xuxian tidak ingin menjawabnya sekarang karena ia juga tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Between the White Snake and the Prince
FantasyCompleted. [Retelling Chinese Mythology] Bai Suzhen, siluman ular putih yang cantik harus mendapatkan kembali kepercayaan gurunya-Mo Lushe dan membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengkhianati Tanah Iblis. Gara-gara energi cahaya yang tidak sengaja...