Chapter 25 : Temu Duga

7 1 0
                                    

Gua Mata Peri letaknya ada di bawah tebing gunung utama di tengah hutan. Secara geografis, Gunung Kunlun terletak di tengah hamparan hutan lebat yang luas. Di kelilingi beragam sungai dan ditutup oleh segel tak kasat mata yang jika disentuh oleh makhluk lain selain Dewa atau Manusia, ia akan membal dan membentuk lapisan pasir tipis yang mematikan. Gunung Kunlun sendiri terbagi menjadi sepuluh bukit pegunungan dengan tebing-tebing membentuk jurang yang saling bersisian. Puncak-puncaknya tertutup awan dan kabut. Namun di antara gunung-gunung itu ada banyak gua dan tempat-tempat suci yang pasti menjadi kawasan spiritual Xianlong sendiri.

Dari antara gua yang sedemikian banyak itu, Dewa Taiyang tahu kalau gua kesukaan Xianlong hanyalah Gua Mata Peri. Di dalam gua itu selain ada pohon spiritual—Pohon Mata Peri, ada beragam jenis tumbuh-tumbuhan magis yang mengandung banyak khasiat alami. Selain itu, yang terpenting, di sanalah letak Kolam Nadi Kunlun berada. Kolam tempat para dewa yang sering tersesat untuk datang dan menanti kebenaran untuk mereka melanjutkan hidup.

Taiyang tahu hal itu karena dulu ia pernah mendengarnya dari dewa-dewa langit yang tinggal di Istana Giok. Biasanya, dewa-dewa setengah manusia yang sering datang untuk meminta bantuan Xianlong lepas dari hasrat duniawi dan berpihak pada Dewa Shanqi. Bagi para manusia, jiwa-jiwa mereka masih fana. Dan sulit bagi mereka untuk fokus secara naluriah terhadap sifat-sifat asli dewa. Mereka banyak meminta bantuan pada Xianlong dan Gua Mata Peri menjadi tempat yang cukup populer di Tanah Cahaya.

Setelah terbang melewati pohon demi pohon, akhirnya Taiyang tiba beberapa menit di depan sebuah tebing gunung yang tinggi dan curam. Di bagian bawah gunung itu, pepohonan menyembul bagai selimut. Membuat kaki gunung tersebut nampak tenggelam di lautan hutan. Di antara temaram bulan, Taiyang maju dan mengangkat tangannya di mulut gua.

Samar-samar, cahaya keemasan keluar dari telapak tangannya, mengalir lembut ke arah mulut gua. Mulut gua merespons dengan sebuah denyutan tipis ketika cahaya keemasan milik Taiyang mengenai permukaan tak kasat di udara. Di mulut gua, sihir Xianlong menyegelnya. Apa yang Taiyang pikirkan ternyata benar.

Dengan bersiaga dan membentuk kuda-kuda, Taiyang berkonsentrasi di satu titik pada kepalanya. Secara teknis, kekuatan Dewa Taiyang di bawah satu level dari Xianlong. Tapi karena ada banyak teknik yang dimiliki Taiyang, menangkal sihir segel seharusnya tidak sesulit itu.

Pelan-pelan, angin menderu di sekitar Taiyang. Membawa dedaunan tipis melayang di udara dan rambut hitam keabu-abuannya mulai menerpa ikut terbawa angin. Matanya memejam dan tangannya bergerak, berayun-ayun membentuk jurus. Seiring udara berputar, cahaya keemasan yang menyala membawa secercah alur tipis seperti kabut. Ketika Taiyang mendorong cahaya tipis keemasan itu, ia pun menembakannya ke arah mulut gua dan sebuah ledakan energi menghantam udara tak kasat. Serbuk cahaya di sekitar serpihan energi yang meledak itu tersisa dan melayang tipis di udara seperti tungau debu. Taiyang kembali berdiri tegap dan menduga-duga, "Kenapa Xianlong harus menyegel Gua Mata Peri?"

Taiyang masuk ke gua dan menyusuri lorong temaram yang hanya diterangi jamur-jamur magis di sudut lorong. Ia terus berjalan mengikuti lorong gua hingga ia menemukan Pohon Mata Peri dengan dahan dan dedaunannya yang menyala berwarna biru. Ia menengadah pelan, melihat tanda-tanda apakah Xianlong ada di sini.

Tanah di sekitar pohon basah oleh air, namun tidak ada jejak yang benar-benar bisa ia dapatkan. Taiyang pun kembali melanjutkan langkahnya dan berjalan menyusuri lorong ke luar mulut gua menuju Kolam Nadi Kunlun. Selama berjalan, Taiyang tidak menemukan peri-peri satupun. Mungkin para peri sedang bersama Xianlong dan mereka ada di Kolam Nadi Kunlun sedang membahas sesuatu, gumam Taiyang sendiri.

Sempat terpikir kalau Xianlong memang sedang melakukan kultivasi tertutup di sana, namun mustahil rasanya. Ini sudah hampir satu minggu Taiyang memberitahu soal kedatangan Bai Suzhen yang mendadak. Seharusnya Xianlong tidak sembarang berkultivasi ketika wilayahnya sedang dikelilingi oleh iblis itu.

Ketika Taiyang berpikir demikian, ia sudah tiba di mulut gua. Hutan-hutan lebat dengan beraneka ragam salur-salur tanaman memenuhi langit-langit hutan. Ranting-ranting membelah bagai saraf dan nadi hutan itu sendiri. Sedikit menghalangi langit malam yang penuh bintang. Taiyang berjalan pelan dengan mata terus bergerak mencari sosok Xianlong.

Tak jauh sebelum ia benar-benar keluar dari jalan setapak di hutan, ia mendengar suara Xianlong.

"Benar. Sekarang, biar kuajarkan caranya..."

Taiyang mendelik, pandangannya sedikit terhalang ujung-ujung semak liar di depannya. Namun mata Taiyang melotot dan dapat melihat dengan jelas posisi Xianlong berdiri berhadapan dengan Bai Suzhen—

Jantung Taiyang berdegup keras. Sedang apa Xianlong? Kenapa Bai Suzhen kelihatan akrab dengannya? Pemikiran itu mengganggunya untuk beberapa saat sebelum Xianlong mengangkat ketiga benda di udara menggunakan dua tangan. Taiyang berusaha keras melihat apa ketiga benda itu. Ia hendak menebak apa yang hendak dilakukannya.

"Ketiga fragmen ini semacam pemicu untuk untukmu memasuki energi murnimu. Mudahnya, kau adalah keturunan Sekte Bulan. Dan fragmen-fragmen ini bisa membangkitkan kekuatanmu dan menuntunmu untuk bisa menaikkan level kultivasi terakhir. Dengan begitu, kau bisa utuh."

Tidak bagus.

Taiyang menyibakkan lengan bajunya lalu keluar dari tempatnya. Ia terbang dengan tenaga yang kuat dan sambil mengulurkan tangan, sinar keemasan tersalur, menembak ke arah tiga fragmen yang melayang di udara. Xianlong dan Bai Suzhen terkejut. Mereka sama-sama terkesiap, namun ketika Taiyang hendak menyerang Bai Suzhen, Xianlong menghalanginya. Secara mendadak, Taiyang pun terpaksa menahan serangan dan berputar mundur untuk menyeimbangkan kendali.

Taiyang melotot ke arah Xianlong.

"Apa yang kau lakukan!? Kau mau membantu siluman ini menyentuh kultivasi terakhirnya?" Taiyang menemukan suaranya bergetar dan panik tak keruan. Ia memandang Xianlong yang memiliki mata hijau bening dengan takjub. Namun Xianlong membalasnya dengan tatapan tenang seperti biasa.

"Dewa Taiyang, kau lancang," gumamnya pelan sambil meletakkan kedua tangan di depan perut.

"Aku lancang? Sejak beberapa hari yang lalu aku mengatakan kalau Gunung Kunlun kedatangan siluman iblis, kau menghilang. Aku dan dua dewa yang lain sudah pergi melapor kepada Dewa Shanqi dan menunggu Bai Suzhen datang padanya sendiri. Namun, sama sepertimu, dia sama-sama menghilang dan kami tidak bisa merasakannya. Dan sekarang..." suara Taiyang memelan. Ia memandang Bai Suzhen yang menatapnya dingin di balik bahu Xianlong. Rambutnya tergerai lurus, ia kelihatan lebih sehat dari yang terakhir Taiyang lihat.

"Apa yang kau lakukan, Dewa Kunlun?"

"Kau melapor pada Shanqi untuk apa? Karena tak bisa melawanku seorang diri, hah?" sahut Bai Suzhen membuka alur pertikaian. Taiyang tidak menggubrisnya karena ia merasa Bai Suzhen nampaknya 'jinak' di tangan Xianlong. Namun yang menjadi pertanyaan dan mengganggunya adalah, apa yang dilakukan Xianlong dengan kata-katanya barusan? Dia mau membantu siluman untuk membunuh Shanqi?

Xianlong menghela napas pelan dan berbalik pada Bai Suzhen. "Kau tunggulah di sini sebentar. Biarkan aku bicara pada Taiyang."

Tanpa menyahut, Bai Suzhen hanya mengangguk samar. Gestur itu terasa aneh di mata Taiyang, namun ia tidak bisa menyela lagi karena Xianlong sudah menuntunnya sedikit masuk ke dalam hutan.

***

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang