Chapter44 : Dugaan yang salah

9 2 0
                                    

Hei Suzhen terkena serangan mendadak dari kekuatan Cahaya Roh. Ia menyeret tubuhnya yang sudah kembali berubah wujud dari ular menjadi wanita biasa, yang tersuruk di tanah ketika mendengar suara Mo Lushe berseru-seru di telinganya.

"Bangun anak bodoh! Bai Suzhen ada di depan matamu tapi kau tetap tidak bisa melukainya barang sekalipun?! Mengesalkan! Anak tidak berguna! Hanya karena kultivasi rendahan dari bocah itu saja kau sudah pingsan!"

Seketika Hei Suzhen panik dan luput dari kepalanya yang masih terasa berat. Di atas kepalanya, air menetes-netes, hujan masih berlangsung. Pakaian Hei Suzhen basah kuyup, namun di sekitar pasar, bangunan yang terkena ledakan energi Xuxian sudah seperti terkena badai topan. Sementara di atas kepalanya, langit menyemburkan petir bak penguasa dunia.

"Cepat bangun! Pendeta dari Kuil Giok sekarang akan mencarimu. Mereka pasti akan menyuruh Xuxian untuk kembali ke sana dan menyegel tempatnya. Cari Xuxian dan Bai Suzhen sekarang sebelum mereka menemukannya!"

"Baik, guru!"

Dalam satu detik, Hei Suzhen merasa tubuhnya kembali berat. Ia berdiri sempoyongan saat energi Mo Lushe yang merasukinya meninggalkan jiwanya. Gurunya pasti akan menjalankan rencananya sekarang. Hei Suzhen tidak boleh mengecewakan sang guru. Ia bangkit, hendak menerobos hujan, tapi dari pinggir gang pemukiman, sebuah kereta kuda penuh dengan pengawal berseragam zirah muncul.

Hei Suzhen kembali bersembunyi dan mendengarkan.

"Ular hitam! Sungguh aku melihatnya! Itu pertarungan yang mengerikan. Pengawal, tolong laporkan masalah ini pada kekaisaran. Kami rugi besar! Lihatlah kekacauan yang diakibatkannya!" seorang warga berseru panik sementara suaranya beradu dengan hujan. Hei Suzhen mengintip dari samping gang sempit, seorang pengawal nampak menunduk dan mengamati keadaan di sekitar.

Rumah-rumah pemukiman dindingnya rontok seperti tersapu angin, atap dan gentingnya hancur berkeping-keping, membuat lubang di sana-sini, reruntuhan mengotori sepanjang jalanan dan kekacauan itu nampak menyedihkan. Tapi di mata Hei Suzhen ia tidak peduli.

"Komandan, lihat," seorang pengawal bangkit dengan tangan memegang sebuah batu hitam. Hei Suzhen menyipitkan mata, berusaha menjangkau pandangan.

Bukan. Itu bukan batu.

Itu sisik ularnya yang tersobek oleh kekuatan payung Xuxian.

Hei Suzhen menarik napas panjang, emosi menggulung dalam dadanya.

Seorang pengawal yang bertubuh lebih besar, mengenakan topi besi meraih sisik ular Hei Suzhen yang permukaannya kasar dan keras seperti batu itu lalu mengamatinya hati-hati.

"Ini benda magis. Chen Mao, laporkan ini pada kekaisaran segera. Dao Ling, kau cepat kirimkan merpati pada Kuil Giok. Beritahukan pesan ini; siluman ular hitam telah tiba di dunia mortal."

*

Kuil Giok mendapatkan pesan itu. Luo Qinfei yang masih bersedih karena kematian Ouyang Feilan hanya bisa meremas-remas kertas surat itu lalu melemparkannya ke lantai. Dari depan pintu, pelayan Lei Hexia berjalan masuk disusul majikannya. Lei Hexia mendapati Luo Qinfei melengos dan duduk setengah membanting diri.

"Ketua Luo," sapa Lei Hexia pelan.

"Kau sudah menemukan Xuxian?"

"Belum. Aku sudah bertanya pada Walikota Yan Zhong, tapi beliau tidak tahu ke mana Xuxian setelah mengantar seorang wanita pergi dari sana."

Walaupun Lei Hexia adalah Ketua Kuil Giok, namun Luo Qinfei sudah lebih berumur dan lebih tinggi kultivasinya. Lei Hexia tetap menghormati pria itu dan berunding bersama-sama terhadap kepentingan kuil.

"Kau yang bertanggung jawab atasnya. Namun masih saja tidak bisa menemukannya di saat-saat genting seperti ini."

Lei Hexia memungut kertas yang tadi dibuang ke lantai lalu membaca isi pesannya.

"Itu pesan dari divisi pertahanan kekaisaran. Hei Suzhen nampaknya sudah memulai kekacauan," kata Luo Qinfei setengah putus asa.

"Ketua Luo, biarkan urusan Hei Suzhen aku dan pendeta lain yang mengurusnya. Kau istirahatlah. Masalah Ouyang Feilan, kita akan melakukan upacara besar setelah ini selesai." Lei Hexia paham kesedihan pria tua itu lalu meremas pundaknya pelan, memberi sedikit dukungan.

"Setelah segel Pusaka Dunia Mortal di Langit Giok hancur, Kaisar Yu Huang tidak sadarkan diri, apakah Dewa Shanqi tetap menunggu Mo Lushe menyerang duluan?" Mata sayu Luo Qinfei yang sudah berkerut dan sipit nampak pupus oleh harapan.

Beberapa jam yang lalu, kabar buruk melandai Langit Giok. Kaisar Yu Huang kalah dari serangan Hei Suzhen yang katanya dirasuki Mo Lushe. Setelah melihat bayangan hitam besar memasuki perbatasan langit, tentu saja lima pengawal di Gunung Qianshi membuat formasi untuk menghalangi datangnya Hei Suzhen ke kota. Namun serangannya terlalu dahsyat. Kelima pendeta hebat itu pun tidak mampu menghalanginya.

"Dewa Shanqi masih menunggu waktu yang tepat. Kau sendiri tahu kalau kekuatan beliau masih belum pulih sepenuhnya. Lihatlah Kaisar Yu Huang. Ia begitu memaksakan diri dan akhirnya kini jatuh tak sadarkan diri. Kalau Xuxian sampai tahu hal ini, dia pasti akan khawatir sekali. Dan bukannya fokus untuk berkultivasi, dia malah memaksakan diri untuk naik ke Langit Giok. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Jadi lebih baik, biarkan saja dia tidak mengetahui masalah ini sampai aku mendapat perintah dari Dewa Shanqi untuk menyerahkan Cahaya Rohnya," ungkap Lei Hexia sedikit ragu.

"Jika sampai waktunya Xuxian menyerahkan Cahaya Roh..." Luo Qinfei mengangkat wajah, memasang ekspresi sendu yang sama seperti Lei Hexia sejak tadi.

"Aku tahu. Itu sudah takdirnya."

*

Di Istana Hei, tanpa ada yang tahu, bahkan Hei Suzhen yang kini ada di dunia mortal pun, tidak tahu rencana yang kini memenuhi isi kepala Mo Lushe. Ia menyibak jubah panjangnya, berjalan melintasi lorong menuju aula depan istana yang sudah ditunggu Hei Luna bersama sekumpulan prajuritnya dari Sekte Ular.

"Kau sudah berhasil membujuk Sekte Tulang Putih dan Sekte Kesesatan?" tanya Mo Lushe sesampainya di depan aula. Ia berdiri menghadap Hei Luna di tengah aula.

"Sekte Tulang Putih tidak bisa diajak kerjasama. Terlalu buruk untuk mengikutsertakan mereka. Tapi aku mendapat kendali Sekte Kesesatan dan berhasil membujuknya. Ini, kau bisa gunakan batu pusaka ini untuk memulai rencana itu."

Dari saku baju, Hei Luna mengeluarkan sebuah batu hitam dengan kerak salur-salur berwarna kemerahan. Batu Kesesatan itu adalah gerbang utama Mo Lushe untuk mentransfer seluruh kekuatannya kepada Hei Suzhen yang ada di dunia mortal.

"Dengan begini, seharusnya kita tidak perlu menginjakkan kaki ke Tanah Cahaya dan berurusan dengan dewa-dewa kecil yang merepotkan itu," kata Mo Lushe sambil menyeringai, memandangi Batu Kesesatan.

"Bilang saja kau takut dengan Shantian," tukas Hei Luna setengah mencemooh. Mo Lushe tidak tersinggung, ia sudah terbiasa dengan sikap Hei Luna yang senang menyulut emosi.

"Shantian memang hebat. Mereka bisa kutangani sendiri, namun khawatir, mereka punya formasi rahasia lain. Aku tentu tidak akan jatuh ke jebakan mereka begitu saja. Justru ini... rencanaku kali ini, tentu tidak akan membuat mereka melakukan formasi rahasia lagi. Dan nasib dunia mortal, sebentar lagi... akan menjadi milikku."

***

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang