Bai Suzhen berjalan dengan langkah lambat seiring kepalanya terus menoleh ke kanan dan ke kiri. Sejauh mata memandang, di sekitarnya, banyak sekali rumah-rumah penduduk yang saling bersinggungan dan menempel. Atap-atapnya beraneka warna, dan sesekali jalanan di pinggir pemukiman itu ramai orang-orang berlalu lalang.
Ia berdiri di jembatan tempat dirinya tersadar setelah kepalanya terasa begitu berat. Bayangan akan pertarungannya dengan seorang pendeta yang ia lupa namanya terbayang-bayang dalam pikirannya. Hanya ada sekelebat bayangan tipis dari rasa sakit ketika sebuah energi menusuk jantungnya begitu kuat.
Perlahan, Bai Suzhen menyentuh dadanya, lalu ia tidak merasakan energi apapun di sana selain detak jantung yang konstan.
Pemuda itu bilang kemarin hanya hujan. Tapi kenapa aku bisa di sini? Apakah pendeta itu mencabut jantung dan Pusaka Iblisku? Bagaimana bisa? Apakah pendeta itu kaki tangan Guru? Kalau benar begitu, seharusnya jiwaku sudah kosong dan jatuh ke dunia mortal karena tidak memiliki pusaka magis lagi. Kalau begitu, sekarang aku benar-benar bukan seorang iblis atau dewa?
Bai Suzhen menatap langit biru di atas kepalanya, lalu teringat bayangan di atas Kolam Nadi Kunlun ketika Xianlong menunjukkannya dunia mortal. Tempat para manusia yang tidak pernah ia dengar sekalipun tinggal. Makhluk paling lemah karena mereka tidak memiliki basis pusaka magis yang diturunkan langsung oleh para dewa. Jarak mereka sejauh bumi dan langit, seperti sebuah kemustahilan yang sama untuk menyadari kalau Bai Suzhen jatuh ke sini.
Namun...
Sebelum Bai Suzhen berpikir lagi, di tengah hilir-mudik terdengar suara orang berseru-seru dan ribut-ribut. Dari tengah jembatan, Bai Suzhen bisa melihat seorang pemuda sedang menggandeng wanita berpakaian mewah, berlari di antara keramaian pasar di pinggir sungai. Kedua orang itu berlari ke arah jembatan. Di belakangnya ada segerombol pria berpakaian pengawal dengan baju zirah hitam dan memakai topi dengan ujungnya berbulu biru. Segerombol pria itu berseru-seru menyerukan namanya.
Ketika kedua orang itu berlari terus, menabrak kerumunan dan keluar dari padatnya pasar, Bai Suzhen baru sadar kalau pemuda yang menarik wanita itu adalah orang yang menyelamatkannya kemarin. Pagi tadi Bai Suzhen langsung pergi karena takut membebani pemuda itu, maka tidak sempat mengucapkan terima kasih. Walaupun sekarang bukan waktu yang tepat, tapi ia harus menolongnya karena nampaknya pemuda itu sedang dikejar segerombol orang jahat.
Bai Suzhen hendak mencengkeram selendang putihnya di bagian pinggang, tapi baru ingat kalau selendangnya hancur saat bertarung dengan pendeta itu. Hatinya kembali meringis. Pemuda dan wanita yang digandengnya muncul di ujung jembatan sementara pria-pria itu terjebak di keramaian pinggir pasar. Susah payah berusaha mengejarnya.
Mata Bai Suzhen dan pemuda itu langsung bertemu.
"Apa yang terjadi?" tanya Bai Suzhen sambil mengernyit. Ia sudah memasang ancang-ancang berharap bisa menolong. Pemuda dan wanita yang kini berhenti sejenak untuk menarik napas dan terengah-engah menatapnya frustasi.
"Xiao Bai, kenapa kau pergi begitu saja? Ah, aku... tidak bisa menjelaskan padamu sekarang, tapi..."
Wanita yang memakai baju mewah itu mengguncang tangannya. "Xuxian, kita harus pergi sekarang!"
Pemuda yang dipanggil Xuxian itu melirik Bai Suzhen dan tanpa mengatakan apapun mereka kembali lari. Bai Suzhen memandangi kepergian mereka yang berbelok ke arah pemukiman. Segerombol pria yang kini berbondong-bondong menaiki jembatan dengan heboh dan terengah-engah muncul. Meskipun pusaka dan energi murninya telang hilang, tapi kemampuannya bertarung tidak. Dengan berani, ia menghadang dan menghentikan mereka.
Bai Suzhen bersalto di tengah jembatan dan segerombolan itu langsung berhenti. Ia menatap pria itu tanpa rasa takut lalu mengacungkan tinju.
"Kalian mau apakan mereka?"
Para pria itu menjawab sambil terengah-engah. "Kau siapa? Mau apa melawan kami?" seru salah satu pria.
"Aku bukan siapa-siapa. Tapi kalau kalian berniat buruk terhadap Xuxian, aku akan menghadangmu." Bai Suzhen masih belum terbiasa menjadi manusia biasa. Selama 2025 tahun hidup, ia selalu memiliki kekuatan basis kultivasi yang luar biasa. Jadi nyalinya selalu lebih tinggi ketimbang langit dunia mortal.
Salah satu pria hendak mengejar lagi karena tahu Bai Suzhen hanya membuang waktu, tapi dengan satu sentakan dan tendangan panjang, Bai Suzhen menahannya. Pria itu terlempar.
"Kurang ajar! Serang dia!" seru pria yang tersuruk ke tanah.
Lima pria sekaligus menyerang Bai Suzhen di tengah jembatan. Bai Suzhen memiringkan pundak, memusatkan tenaga ke kaki lalu melompat untuk memberikan satu tendangan 180 derajat. Angin menghempas seiring kakinya melintas. Kelima pria itu langsung terlempar ke belakang. Rambut Bai Suzhen berkibar, matanya berkilat indah dan sisa pria yang tadi menatapnya takjub.
"Siapa kau!?"
Bai Suzhen tidak menjawab. Ia maju dan mengepalkan tinju. Dengan kekuatan tangan dan siku, ia melompat dan memberi jurus. Dua orang pria mengeluarkan pedang. Bai Suzhen berputar di udara untuk menghindar serangan mereka. Ia melayangkan kaki, menusuk kedua mata pria itu dengan tangan dan jarinya yang lentik, menghindar dan menghunuskan tinju lagi. Tapaknya lebih tajam dari angin. Bertarung dengan magis memerlukan banyak energi dalam, tidak mudah kelelahan. Namun bertarung dengan fisik dan energi dalam, cukup melelahkan. Bai Suzhen belum makan sejak kemarin dan ia merasa tubuhnya sedikit aneh. Udara panas, tapi ia berkeringat dingin. Tapi ia mengabaikannya dan tetap bertarung. Meninju dan memberi tapak satu per satu para pria yang mengaduh dan jatuh ke tanah meringis kesakitan.
Bai Suzhen memberi pukulan terakhir dengan satu tendangan kuat. Mendorong ketiga pengawal sekaligus dan ia terengah-engah capek. Ia memandangi semua pria itu kini tidak bergerak dan hanya meringis kesakitan. Seharusnya Xuxian selamat. Dari belakang, tiba-tiba seseorang berseru.
"Xiao Bai?!"
Bai Suzhen menoleh. Itu Xuxian yang ternyata sedari tadi menyaksikan pertarungannya. Bai Suzhen sedikit terpaku, takut pria itu mengenali dirinya sebagai iblis.
Tapi sebelum ia mengucapkan sesuatu, dari belakang, seorang pria ternyata masih sanggup berdiri. Tanpa Bai Suzhen antisipasi, dari sakunya, pria itu mengeluarkan pelontar besi dengan ujung pencapit otomatis, lalu dalam sekali tangkap, pergelangan Bai Suzhen terikat. Sebelum Xuxian sempat menolong, pria itu mengeluarkan pelontar besi lagi, lalu mencapit dua tangan Bai Suzhen hingga tak bisa bergerak.
*
"Sungguh memalukan!" seru Nyonya Yan yang berpakaian mewah, duduk di atas singgasana bersama suaminya Yan Zhong, Walikota Kota Selatan. Di depannya, Xuxian, Yan Liang dan Bai Suzhen berlutut menghadap mereka di tengah aula Kediaman Walikota Kota Selatan di tengah kota.
Di sekitar bangunan sudah dihias beragam tirai merah dan gantungan-gantungan dari emas untuk memeriahkan pesta pernikahan. Bai Suzhen tidak paham apa yang sedang terjadi dan kenapa hanya dirinya yang diikat. Tapi dari kelihatannya, Xuxian dan wanita ini saling mencintai dan mereka terlibat penolakan restu dari kedua orangtuanya.
Sepintas, Bai Suzhen jadi ingat kata-kata Xuxian kemarin yang menyangka dirinya kabur dari sebuah perjodohan.
"Ibu, aku dengan hormat menolak Xiao Pan dan sudah kukatakan bahwa aku tidak mau menikahi orang yang tidak kucintai," kata perempuan yang bernama Yan Liang itu. Di tempatnya, ibunya melotot marah. Sementara ayahnya sibuk memijat pelipis.
"Lancang! Tahu apa kau tentang cinta?! Kau adalah putri walikota Kota Tengah! Kau wajib memenuhi tugasmu dengan menikahi seseorang dari keluarga kaya dan terpandang seperti Xiao Pan! Dan tidak ada pantasnya kau malah mengincar Pangeran Mahkota!"
Pangeran mahkota? Bai Suzhen melirik ke arah Xuxian yang memejamkan mata, setengah meringis sedih.
Jadi karena status mereka tidak direstui?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Between the White Snake and the Prince
ФэнтезиCompleted. [Retelling Chinese Mythology] Bai Suzhen, siluman ular putih yang cantik harus mendapatkan kembali kepercayaan gurunya-Mo Lushe dan membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengkhianati Tanah Iblis. Gara-gara energi cahaya yang tidak sengaja...