Chapter 53: Harapan

3 1 0
                                    

Guncangan dari dunia immortal lagi-lagi membentur Langit. Seluruh dewa dan pengawal yang berdiam diri di bawah cahaya terang dan gelap yang ada di atas kepala mereka—di Tanah Cahaya yang kini bergetar, saling harap-harap cemas. Mereka tahu guncangan besar sebelumnya dengan diiring asap kelabu yang pekat dan berwarna kemerahan adalah tanda kalau Mo Lushe sudah menginjak Istana Shanqi.

Dari tempatnya berdiri, Jenderal Denglai yang pakaiannya sudah hampir terbakar dan hangus sebagian di ujung-ujung kerah dan lengannya, menatap khawatir.

"Apakah Dewa Shanqi sudah siap melawan Mo Lushe? Apakah ia tidak meminta Xuxian datang?" sahut salah satu dewa Wuxian—Dewa Pedang, Wangtian.

"Aku tidak tahu. Sekarang ini portal Dunia Mortal sudah hancur. Kita sibuk menahan hantu-hantu merah. Beruntung, nampaknya serangan Xianlong berhasil memantrai mereka dan memusnahkan para hantu merah. Hanya saja, hujan api masih belum berakhir. Aku juga tidak tahu apakah Xuxian bisa naik ke sini. Hanya dapat mengandalkan pendeta..." kata Denglai setengah merenung tak pasti.

"Bukankah kita bisa menanyai pendeta di Kuil Giok Langit?" tanya Wangtian.

"Aku sudah mengirim sinyal. Tapi tidak ada jawaban. Khawatir, Kuil Giok Langit juga sudah dibabat habis sebelum Mo Lushe melakukan penyerangan besar ini."

Wangtian menggeram. "Dia sudah tahu titik nadi Dunia Mortal lalu menghancurkan mereka satu per satu supaya kita tidak bisa membantu dunia mortal. Sialan."

"Kuil Giok memang seperti nadi-nadi penting yang menghubungkan dunia immortal dengan dunia mortal. Begitu juga para pendetanya yang adalah darah penyambung. Tapi kita, sebagai Langit Giok yang berupa jantungnya kedua dunia, kita tidak boleh lengah."

Wangtian mengangguk. "Aku tahu. Sementara ini keempat dewa yang lain sudah turun. Mereka katanya mendapat sinyal dari Puncak Qianfeng. Katanya, ada orang dari Klan Langit yang masih hidup. Dia sepertinya salah satu orang penting karena bisa menahan sebagian besar tekanan dari Tanah Bening supaya hujan api tidak menerjang dunia mortal terus-terusan. Tapi aku khawatir tenaga dalamnya tidak cukup dan dia malah bisa mati sendiri. Jadi aku mengutus keempat dewa untuk membantu."

Denglai memandang Wangtian penuh rasa terima kasih. "Bagus. Kalau begitu, apa kau bisa mencarikan Xuxian lewat orang itu?"

"Aku akan mencoba bertanya siapa dia. Kalau dia memang orang Klan Langit, seharusnya dia orang dekat dengan Xuxian."

Dari dalam istana kaca yang tak jauh dari tempat Denglai dan Wangtian bicara, sebuah cahaya berwarna hijau terang menerjang ke arah mereka. Pengawal muncul dari balik cahaya itu langsung bersujud.

"Jenderal, Kaisar hendak menemui Anda segera!"

Denglai mengangguk ke arah Wangtian lalu teleportasi ke istana kaca dan mendatangi tempat Kaisar Yu Huang masih terbaring lemas.

*

Ruangan tempat Xuxian dan Bai Suzhen saling duduk berhadapan tempatnya kecil dan tidak begitu tinggi plafondnya. Itu seperti pondok kecil tempat penyimpanan ternak babi dan bebek. Di belakang pondok ini banyak kandang babi, tapi semua hewan itu sudah mati karena asap panas dari api yang bergelora tak henti.

Di depan Bai Suzhen, Xuxian memejamkan matanya. Seperti biasa, menenangkan pikiran supaya bisa menyentuh basis kultivasi paling atas dari bawah sadar.

Bai Suzhen jadi ingat pertama kali dirinya diajarkan basis kultivasi oleh Mo Lushe. Kenangan itu merebak jalinan emosi yang sulit terputus. Rasa pahit yang menerjang salur-salur mencekik tenggorokannya. Jika dulu ia tahu Mo Lushe melakukan ini hanya untuk memanfaatkannya, mungkin ia tidak pernah ingin melakukan itu.

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang