Bai Suzhen membuka mata ketika sadar kalau ia sudah tidak sadarkan diri entah sejak kapan. Ingatan terakhirnya ketika ia digendong oleh Xuxian dan dalam setengah sadar setelah muntah darah lagi, kepalanya terkulai lemas dan jatuh di pundak pemuda itu. Perlahan, Bai Suzhen bangun dan mengamati keadaan sekitar.
Bangunan berbentuk lingkaran dengan lantai dari kayu dan di tengah ruangan ada bekas api unggun yang sudah semalaman dibakar. Di depan ruangan ada pintu berbentuk setengah lingkaran yang langsung mengarah ke sebuah danau. Langit nampak cerah tanpa awan. Bai Suzhen menghirup udara, rasanya begitu menenangkan pikiran.
"Kau sudah bangun?"
Sebuah suara mengejutkannya. Bai Suzhen menoleh ke belakang. Ternyata di belakang ada pintu lagi. Namun mengarah ke hutan-hutan lebat. Xuxian berdiri sambil memeluk kayu-kayu bakar dan menggotong satu ikan besar. Pemuda itu nampak sehat-sehat saja setelah pertarungan besar dengan Hei Suzhen.
"Kau tidak terluka?" tanya Bai Suzhen langsung. Kening Xuxian malah mengerut samar. Ia tidak menjawab untuk beberapa detik lalu berjalan ke tengah bekas api unggun dan menyusun kayu sambil memperhatikannya. Bai Suzhen ikut memandangnya bingung.
"Untuk apa seorang siluman ular membantuku menghalangi serangan adiknya sendiri?" pertanyaan Xuxian membuat Bai Suzhen sadar kalau pemuda itu akhirnya tahu siapa dirinya.
Bai Suzhen terdiam untuk beberapa saat. Sebelum menjawab, ia menghela napas. "Karena kau adalah Pangeran Langit. Kau adalah sebagian dari Dewa Shanqi yang memiliki Cahaya Roh dan keberadaanmu sedang dicari untuk peperangan Tanah Iblis."
Suara kayu-kayu yang dipatahkan dan disusun mengisi keheningan. Bai Suzhen tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, tapi ia tidak berbohong. Dan Xuxian tahu itu.
"Apa pedulimu kalau aku keturunan Dewa Shanqi?"
Bai Suzhen mengangkat wajah, menatap pemuda itu dalam. "Kau tidak tahu kalau aku dan Dewa Shanqi sudah sepakat untuk membantu Tanah Cahaya dan membunuh Mo Lushe?"
Beberapa saat, Xuxian terdiam dan duduk mengamati kayu-kayu di tengah ruangan. Pikirannya kembali mengingat tentang mimpinya. Ternyata selama ini mimpi itu adalah petunjuk untuk masa depan. Dan ternyata, bukan Bai Suzhen yang mau membunuhnya, melainkan kebalikan. Justru ia yang menyelamatkan dirinya dari Hei Suzhen.
"Aku tahu. Bahkan aku percaya. Hanya saja..." Xuxian balas menatap mata indah Bai Suzhen, "Aku ingin memastikan lagi bahwa aku tidak salah. Semua orang bahkan dewa dan para pendeta tidak percaya kalau kau sudah bersepakat pada Dewa Shanqi untuk membantunya. Kemunculanmu seperti sebuah kemustahilan, Xiao Bai."
"Tapi kau percaya padaku," sahut Bai Suzhen.
"Aku percaya padamu karena Dewa Shanqi memberimu kesempatan. Aku yakin, semua ini memang rencana Mo Lushe saja untuk menempatkanmu di posisi yang sulit dan memanfaatkan Pusaka Iblismu yang berisi energi cahaya untuk dijadikan senjata baru melawan Dewa Shanqi."
Bai Suzhen memiringkan kepala. "Bagaimana kau bisa memikirkan dugaan itu?"
"Aku memikirkannya setiap hari. Aku selalu menginginkan diriku bermanfaat untuk ayahku, bahkan untuk Dewa Shanqi. Tapi sampai sekarang, bahkan ketika Pusaka Iblismu jatuh ke dunia mortal, semua orang tetap menyuruhku untuk terus berlindung dan berkultivasi. Padahal yang kuinginkan hanya ikut membantu mereka. Membantu semua orang. Dan karena tidak mempunyai kesempatan apa-apa untuk ikut turut serta, aku hanya memikirkannya."
Sejenak, Bai Suzhen melihat keseriusan di mata Xuxian yang sendu.
"Xuxian, apa yang terjadi di dunia immortal sekarang? Apakah Mo Lushe sudah menyerang Tanah Cahaya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Between the White Snake and the Prince
FantasyCompleted. [Retelling Chinese Mythology] Bai Suzhen, siluman ular putih yang cantik harus mendapatkan kembali kepercayaan gurunya-Mo Lushe dan membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengkhianati Tanah Iblis. Gara-gara energi cahaya yang tidak sengaja...