Chapter 9

1.8K 217 8
                                    

"Aran," panggil gadis berambut panjang hitam itu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aran," panggil gadis berambut panjang hitam itu lagi.

"Kenapa?"

Fiony bangkit dari duduknya. Freya sudah boleh pulang, itu tandanya ia tak akan melihat Aran lagi entah sampai kapan. Rindu yang selalu Fiony pendam memang selalu ada obatnya meski sedikit.

"Kamu udah makan siang?"

"Belum," jawab Aran singkat.

Fiony mulai menautkan jemarinya dan jari Aran, "makan siang bareng aku ya. Sekali ini aja."

Aran menatap mata Fiony. Bagaimana bisa lupa jika gadis ini selalu mencoba untuk memperbaiki semua kesalahannya?

Aran ingat betul, saat Freya lahir hingga beberapa bulan, Fiony kedapatan selingkuh dengan rekan kerja Aran. Saat Aran benar-benar membutuhkan Fiony dalam hidupnya, gadis itu malah dengan mudah berpaling. Mungkin memang Aran kurang berarti. Aran sendiri yang menganggap Fiony adalah belahan jiwanya, namun Fiony tidak sebaliknya.

"Aku harus urus kepulangan Freya, juga ada keperluan lain di kantor. Jadi, maaf gak bisa," tolak Aran.

Aran perlahan melepas tautan tangan Fiony dan meninggalkan dokter itu di ruangannya sendiri.

Sedangkan Fiony masih berdiri di sana menatap Aran menutup pintu setelah keluar dari ruangan tersebut. Meski semua sudah usai bertahun-tahun, nyatanya dengan siapapun Fiony menjalin kasih, tetap Aran lah pemilik hati Fiony seutuhnya.

"Sekeras apa pun kamu menghindar, sekeras itu juga aku akan berusaha rebut hati kamu lagi,"

***

"Gito sialan, anj-"

Aldo meraup mulut Ashel yang sembarangan bicara, "omongannya."

"Iih Aldo, diem deh. Chika harus liat ini," gerutu Ashel yang tangannya masih menggenggam ponselnya dan mengarahkan kamera pada dua orang di seberang yang tengah bermesraan.

"Sayang, gak usah ikut campur urusan mereka lah,"

"Sebentar, aku gak akan biarin sahabatku diginiin Do!"

Ashel terus merekam.

Rasanya sudah jengah sekali dengan Gito ini. Ashel sudah tau semua dari Olla. Oleh karena itu, inilah saat yang tepat untuk Chika lebih percaya pada sahabatnya daripada laki-laki brengsek seperti Gito.

"Aldo, telpon Chika cepet suruh kesini," pinta Ashel.

Kini mereka berada di sebuah cafe yang cukup ramai. Aldo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia pun mencoba menelpon Chika, namun sepertinya gadis itu sedang tidak online. Sehingga Aldo tidak bisa menghubungi sahabat kekasihnya ini.

SUPER TEACHER (CHIKARA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang