Chapter 19

2K 234 10
                                    

- Happy Reading -

Kabar masuknya Aran dan sahabatnya itu akhirnya sampai di telinga Chika, wanita yang kini tengah mengendarai mobil dengan kecepatan yang lebih dari biasanya ini terlihat menahan napas karena perasaan khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kabar masuknya Aran dan sahabatnya itu akhirnya sampai di telinga Chika, wanita yang kini tengah mengendarai mobil dengan kecepatan yang lebih dari biasanya ini terlihat menahan napas karena perasaan khawatir. Pikirannya kacau, meski Shani sudah menjelaskan bahwa kini Aran sudah baik-baik saja.

Tak lama setelah Chika menyusur jalanan kota itu, Chika akhirnya sampai di rumah sakit. Wanita dengan setelan blazer casual dan rok pendeknya itu segera mencari kamar Aran berbekal petunjuk dari resepsionis.

Ah, ini dia!

Chika memutar handle pintu kamar Aran, "Aran."

"Hai," sapa Aran menampilkan senyumnya pada wanita ini.

Chika mendekat dan meletakkan tasnya di kursi samping bangsal Aran. Raut wajahnya sedih dan bahunya terasa merosot saat melihat lengan Aran yang terdapat perban tebal itu.

"Astaga, kok bisa kaya gini? Luka apa itu? Ada luka lain?" Chika menghujani pertanyaan pada laki-laki yang cengar-cengir karena kedatangan Chika.

"Luka tusuk doang. Sama lebam dikit ini," Aran menunjuk sudut bibirnya.

"Luka tusuk itu gak doang, Aran. What's wrong with you?"

"Chik, ini udah gak sakit. Tiga hari paling sembuh,"

"Kamu kena begal?"

Aran tertawa geli mendengar pertanyaan itu, "bukan Chika. Ceritanya panjang, gak cukup satu malam aku cerita. Kasian kamu udah seharian dengerin cerita orang lain."

"Tapi beneran cerita ya,"

"Kalo inget ya,"

Chika mendadak mengangkat sebelah alisnya.

"I'll let you know. How's your day?" tanya Aran.

"It's going bad, because at the end of the day i just got a bad news. Then I found you in this room,"

"No!" Aran menutup mulutnya tak percaya.

"So I've ruined your day?" lanjut Aran.

"I really worried about you,"

Aran tersenyum dan menautkan jarinya dengan jari tangan Chika, "I'll make the best day ever for you some day." Aran mengucapkannya dengan penuh semangat dan penekanan seperti anak kecil.

Pipi Chika mendadak merona di balik wajah lelahnya. Lagi lagi ia merasakan kupu-kupu bermain di hatinya.

"Permisi, kita ganti infus dulu ya pak," ucap salah seorang perawat yang masuk ke kamar Aran.

"Biar saya aja sus,"

"Loh, doker Fiony bukannya sudah pulang?"

"Saya pulang kalau urusan saya sudah selesai," jawab wanita yang tak lain adalah Fiony yang masih menenteng jas putih kebesarannya.

SUPER TEACHER (CHIKARA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang