Chapter 41

1.6K 212 12
                                    

- Happy Reading -
🔞alert🔞

Mobil Aran melaju dengan kencang membelah jalanan kota Jakarta, laki-laki itu menggigit jarinya sendiri dengan gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Aran melaju dengan kencang membelah jalanan kota Jakarta, laki-laki itu menggigit jarinya sendiri dengan gugup. Ia mengecek lagi keberadaan Chika melalui ponselnya yang tersambung dengan email di ponsel Chika. 

Pikiran Aran sudah kacau menghadapi masalah baru yang sudah ia buat di dalam rumah tangganya. Aran lalai memberitahu Chika bahwa ia menemui Fiony hari ini, itu pasti yang membuat Chika naik pitam. 

Lelaki dengan kaos hitam dan celana selutut itu mengusap wajahnya dengan kasar, ia menatap box yang berisi test pack itu di atas dashboard mobil. Istrinya sedang mengandung anak mereka, seharusnya beberapa menit lalu menjadi moment bahagia untuk mereka. Tapi malah menjadi  seperti ini.

Mobil Aran berbelok kanan, menuju rumah Pucho. Aran mengikuti petunjuk arah di ponselnya.

Sesampainya di sana, tak ada mobil Chika di halaman rumah Pucho. Apa Chika pergi ke tempat lain? Aran segera turun dan memasuki rumah mewah dua tingkat itu.

Hanya selang sekitar lima menit, mobil Chika memasuki pekarangan rumah Pucho.

Chika mengusap matanya yang basah dan mengetuk pintu rumah itu. 

Lena membuka pintu besar rumahnya dan mempersilakan Chika untuk masuk. Untungnya, ia masih memiliki keluarga untuk pulang saat memiliki masalah seperti ini. Lena kemudian membawa Chika ke ruang keluarga mereka. 

Chika berhenti melangkah saat matanya menangkap Pucho yang tengah menepuk-nepuk bahu Aran menantunya. Mata tajam Chika menatap datar ke arah mereka yang menyadari kedatangannya. 

Chika lalu membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana. Aran yang melihat itu pun tak tinggal diam, ia tergesa setengah berlari mengejar wanita itu. 

Pucho dan Lena membiarkan pasangan muda itu menyelesaikan masalah mereka dengan tak ikut campur. 

"Kayak kita dulu," ujar Pucho. 

"Chika," panggil Aran. Chika memasuki salah satu kamar yang biasa ia tiduri saat menginap di rumah ini. 

Aran mengikutinya, sayangnya Chika lebih dulu cepat-cepat menutup pintunya hingga Aran tidak bisa masuk.

"Sayang, buka pintunya. Biar aku jelasin dulu, ini cuma salah paham," Aran mengetuk pintu.

"..."

Tak ada balasan apapun dari Chika, Aran tetap mencoba mengetuk memohon agar Chika mau mambuka pintu. Aran juga berkali-kali menelepon ponsel Chika, sayangnya pada panggilan ke lima ponsel istrinya sudah tidak aktif.

"Chika, tolonglah. Masa kayak anak kecil gini."

Damn bro.

Sampai di sana, Aran menyerah membujuk Chika untuk membuka pintu. Ia lalu berpamitan pada Pucho dan Lena untuk pulang dan menitipkan istrinya menginap di sini. Aran sudah sangat lelah hari ini.

SUPER TEACHER (CHIKARA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang